menimbulkan lebih banyak masalah. Dalam acara makan bersama seringkali anak-anak yang lebih kecil akan mendapatkan jatah makan yang kurang
mencukupi karena kalah dengan kakanya yang makannya lebih cepat dan dengan porsi sekali suap yang lebih besar pula. Jika pendapatan keluarga
hanya pas-pasan sedangkan anak banyak maka pemerataan dan kecukupan makanan didalam keluarga kurang bisa dijamin. Keluarga ini bisa disebut
keluarga rawan gizi, karena kebutuhan gizinya hampir tidak pernah tercukupi Pudjiadi, 1986.
2.2.8 Pendapatan Keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan tentang kuantitas dan kualitas makanan. Ada hubungan yang erat antara pendapatan yang
meningkat dan gizi yang didorong oleh pengaruh menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga
lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi. Rendahnya pendapatan orang-orang miskin dan lemahnya daya beli
memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif terutama untuk anak-anak
mereka Suhardjo, 1989 dalam Nuraeni 2008. Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan konsumsi keluarga. Makin
rendah pendapatan keluarga, makin besar peluang keluarga tersebut mempunyai balita yang berstatus gizi kurang. Bayi dan anak-anak balita
adalah kelompok yang sangat sensitive terhadap kualitas konsumsi pangan keluarga Tabor,dkk, 2000 dalam Ichawanuddin, 2002.
Banyak faktor yang turut berperan dalam menentukan besar kecilnya pendapatan keluarga. Tingkat pendapatan keluarga turut berpengaruh
terhadap kejadian KEP pada anak balita. Tingkat pendapatan keluarga secara langsung dapat mempengaruhi konsumsi makan keluarga.
Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dan sebaliknya
Mudanijah, 2004. Keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat
memenuhi kebutuhan makanannya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang bisa dijamin, karena
dengan uang yang terbatas itu tidak akan banyak pilihan Apriadji, 1986 dalam Lupiana, 2010.
2.2.9 Pola Asuh Gizi Balita
Menurut Marian 2000 dalam Prahesti 2001, pola asuh gizi adalah praktek rumah tangga yang di wujudkan dengan tersedianya pangan dan
perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan balita.
Pola asuh merupakan kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
dan berkembang dengan sebaik-baiknya baik fisik, mental, dan social, berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya
dengan anak, memberikan makan, merawat kebersihan, dan memberi kasih sayang. Pola asuh gizi merupakan bagian dari pola asuh anak yaitu praktik
di rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan perkembangan anak. Zeitlin dalam WNPG VII, 2000. Sedangkan aspek kunci dalam pola asuh gizi meliputi perawatan dan
perlindungan bagi ibu, praktik menyusui, pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI, penyiapan makanan, kebersihan diri, dan sanitasi
lingkungan, praktik kesehatan dirumah, dan pola pencarian pelayanan kesehatan Zeitlin dalam WNPG VII, 2000.
2.2.10 Penyakit Infeksi