b. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu
14
: 1
Kontruktivisme Komponen ini merupakan landasan berfikir pembelajaran
kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Esensi dari
teori konstruktivisme adalah siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Sehingga
strategi memperoleh lebih diutamakan dibanding seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
2 Menemukan
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Beberapa langkah yang dapat digunakan dalam
proses menemukan ini adalah: merumuskan masalah, mengamati atau melakukan observasi, menganalisis hasil pengamatan dan pada tahap
terakhir mengkomunikasikan atau menyajikan hasil pengamatan pada guru, teman sekelas atau pendengar lainnya.
3 Bertanya
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Komponen ini merupakan strategi utama dari pembelajaran yang berbasis pada pendekatan kontekstual. Kegiatan bertanya dapat diterapkan antara
siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan kekelas dan sebagainya.
Kegiatan bertanya sangat berguna dalam proses pembelajaran, seperti yang dikemukakan Depdiknas sebagai berikut:
15
14
Raymond Burhano, “Pendekatan Kontektual Pada Pembelajaran Matematika”, dalam Jurnal Guru Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah, Vol. 2, No.2, Desember 2005, hlm.
66-67.
a Menggali informasi, baik akademis maupun administrasi
b Mengukur kemampuan siswa
c Membangkitkan respon siswa
d Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
e Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f Memfokuskan perhatian siswa pada materi
g Memotivasi siswa berpikir dan bertanya
h Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
4 Masyarakat Belajar
Masyarakat belajar dapat terwujud apabila terjadi komunikasi dua arah yaitu antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran, masyarakat
belajar dapat diciptakan dengan membentuk kelompok belajar, baik kelompok kecil maupun kelompok besar.
Kegiatan belajar ini dapat terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam berkomunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk
bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan
16
. 5
Pemodelan Pemodelan maksudnya adalah sebuah pembelajaran keterampilan
atau pengetahuan tertentu dapat menggunakan atau menghadirkan model yang bisa ditiru. Namun dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-
satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, selain itu model juga dapat didatangkan dari luar lingkungan sekolah.
6 Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tantang apa-apa yang sudah kita lakukan. Metode ini
dapat membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan
15
Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual and Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”, dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November
2006, hlm. 171.
16
Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual and Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”, dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November
2006, hlm. 171.
yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru, sehingga siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya dari hal-hal yang
baru dipelajarinya. Penerapannya dikelas dapat berupa pernyataan langsung tentang
apa-apa yang diperoleh siswa, catatan atau jurnal dibuku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran tersebut, atau berupa diskusi dan
hasil karya siswa
17
. 7
Penilaian Otentik Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran ini perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa telah mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Karena assessment menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan diperoleh dari kegiatan nyata
yang dikerjakan siswa dalam proses pembelajaran, misalnya penilaian terhadap presentasi hasil kerja kelompok.
Berdasarkan tujuh komponen pembelajaran kontekstual di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah
pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, pembelajaran
kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam
kehidupannya. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengkaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana
materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar.
Materi pelajaran akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan
arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai
17
Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual and Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”, dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November
2006, hlm. 172.
tujuan pembelajaran, dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam konteks di luar
sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata, baik secara mandiri maupun secara berkelompok.
Pengembangan konsep belajar dan mengajar yang kontekstual diharapkan dapat menjadi konsep yang membantu guru mengembangkan
materi dengan situasi dunia nyata dan menghubungkan pengetahuan siswa dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hal itu,
Blanchard menawarkan beberapa strategi dalam penerapan pembelajaran kontekstual yaitu:
18
1 Menekankan pentingnya pemecahan masalah;
2 Menyadari perlunya belajar dan mengajar yang terjadi dalam berbagai
konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja; 3
Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya agar siswa menjadi pembelajar mandiri dan teratur;
4 Pembelajaran terjadi dalam konteks siswa yang beraneka ragam;
5 Memotivasi siswa untuk berani belajar dari yang lain dan belajar
bersama-sama; 6
Menggunakan penilaian otentik.
c. Karakteristik Pembelajaran Kontesktual