BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual contextual teaching and learning terbentuk dari tiga kata, yaitu contextual, teaching and learning.
Teaching adalah refleksi sistem kepribadian sang guru yang bertindak secara profesional. Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa
yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan
1
. Secara kosa kata, context dapat diartikan sebagai hubungan, konteks,
keadaan, suasana. Secara umum kontekstual mengandung arti
2
: 1
Yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks,
2 Yang membawa maksud, makna dan kepentingan.
Dalam jurnal the highlight zone research work mendefinisikan pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
”Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to
real world situations, and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family
members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires.”
3
Arti pembelajaran kontekstual di atas adalah konsep belajar mengajar yang membantu guru dalam menghubungkan materi yang diajarkan
dengan keadaan nyata, dan memotivasi siswa untuk menghubungkan
1
A. Chaedar Alwasilah, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, Bandung: MLC, 2006, h. 19.
2
Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual and Learning dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”,dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November 2006, hlm.
168.
3
Robert G. Berns dan Patricia M. Erickson, “Contextual Teaching and Learning, Preparing Students for the New Economy”, diakses dari situs www.nccte.com, 2001, hlm. 2.
6
antara pengetahuan dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, masyarakat, dan pekerja.
Wina Sanjaya dalam bukunya mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh student center untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
4
Elaine B. Johnson mendefinisikan pembelajaran kontekstual: Sistem kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan
subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial,
dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-
keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja
sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi dan
menggunakan penilaian autentik.
5
Dalam jurnal pendidikan Certel disebutkan Contextual teaching and learning is an approach of teaching and
learning relating the materials and classroom activities to real situation and actual experience focusing on the learning process
leading to creativity, critically thinking, problem solving and being able to apply their knowledge in their daylives Center on
Education and Work at University of Wisconsin-Madison
6
Maksud dari pendapat di atas bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan belajar mengajar yang menghubungkan materi bahan
pelajaran dan aktivitas kelas dengan realitas kenyataan yang
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, Cet. 1, h. 253.
5
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Mizan Learning Center, 2009, Cet. VII, h.
67.
6
Sujito, “Pembelajaran Berbasis Kontekstual Contextual Teaching and Learning”, dalam Certel Jurnal Pendidikan, Humaniora, dan Sains Vol. 1, No. 2 Januari 2005, hlm. 29.
memusatkan pembelajaran dengan pengalaman baru yang menghasilkan proses pembentukan kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah dan
kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan. Dalam jurnal pendidikan Exacta, Nirwana mendefinisikan
pembelajaran kontekstual sebagai konsep pengajaran yang membantu guru mengkaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dengan
memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka.
7
Pembelajaran kontekstual yaitu menghubungkan isi konten mata pelajaran dengan situasi lingkungannya sendiri, baik lingkungan fisik
alam sekitar maupun lingkungan sosial keluarga, masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pembelajaran kontekstual akan menghasilkan
siswa inovatif serta mempunyai kecakapan hidup life skill. Oleh karena itu, strategi pembelajaran kontekstual memfokuskan siswa sebagai
pembelajar yang aktif.
8
Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah strategi yang dipakai dengan harapan siswa dilibatkan dan didorong untuk beraktivitas
secara penuh dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kontekstual tidak menghendaki siswa sekedar mendengar, mencatat, menghafal dan
kemudian melupakan materi yang diajarkan oleh guru. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan
bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya dan berperan sebagai fasilitator tanpa henti yang
membantu siswa menemukan makna pengetahuan. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
7
Nirwana, “Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran Fisika Siswa SMUN 5 Bengkulu”, dalam Exacta Jurnal Pendidikan Matematika
dan Sains, Vol.1, No.2, Desember 2003, hlm. 73.
8
Syafiri Anwar, dkk. “Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran Geografi”, dalam JurnalPembelajaran, Vol. 27, No. 01, April 2006, hlm. 14.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa.
Pengetahuan datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Pembelajaran individual yang dikembangkan dalam dunia
pendidikan perlu diimbangi dengan pendekatan pembelajaran yang berbasis kerja sama, kebersamaan, dan pembelajaran secara kooperatif
agar peserta didik mampu menghadapi masa yang akan datang. Menurut Eggen dan Kauchak ada enam ciri pembelajaran efektif
9
, yaitu: 1
Siswa sendiri aktif terhadap lingkungan dengan cara observasi, menemukan, membandingkan persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan, serta membentuk konsep dan menggeneralisasikan apa yang ditemukannya.
2 Guru hanya menyediakan materi sebagai alat untuk mengasah
kemampuan berpikir siswa dan guru tetap berinteraksi mengawasi. 3
Aktivitas-aktivitas siswa didasarkan atas pengayaan-pengayaan. 4
Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisa informasi.
5 Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan
keterampilan pola berpikir. 6
Guru menggunakan tehnik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Sardiman A.M peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar antara lain
10
: 1
Informator, sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum. 2
Organisator, sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran, dan lain-lain.
9
Pamujie, Pengertian Pembelajaran, diakses dari situs:
http:mrpams.blogspot.com200806html.
10
Sardiman, A.M, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, h. 144-146.
3 Motivator, dalam rangka meningkatkan kegairahan dan
pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan kepada siswa.
4 Pengarah, jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih
menonjol. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5 Inisiator, guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.
6 Transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan
pendidikan dan pengetahuan. 7
Fasilitator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
8 Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9 Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya. Wina Sanjaya menjelaskan bahwa pendekatan approach
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Pembelajaran merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
11
Jadi, pembelajaran kontekstual merupakan kegiatan belajar mengajar yang sudut
pandangnya berdasarkan konstruktivisme membangun yang desainnya berupa keterlibatan siswapelajar secara penuh.
Dari berbagai definisi di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pengajaran yang
menggunakan konsep pembelajaran yang mengkaitkan subjek yang dipelajari dengan situasi sebenarnya dan juga membantu siswa dalam
mengembangkan kreativitas, berpikir kritis dan memecahkan masalah. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
11
Husin Kilwouw dan Iwan Rumelan, “Pola dan Pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL dalam Pembelajaran”, dalam Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 2, November
2006, hlm. 177.
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual menekankan pada multi aspek lingkungan belajar seperti, ruang kelas laboratorium, laboratorium
komputer, lapangan kerja, dan sebagainya. Pembelajaran kontekstual menganjurkan para pendidik untuk memilih atau mendesain lingkungan
pembelajaran yang memadukan sebanyak mungkin pengalaman belajar seperti lingkungan sosial, budaya, fisik, dan lingkungan psikologis untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan
penerapan praktis dalam konteks dunia nyata dalam lingkungan pembelajaran.
Strategi pembelajaran kontekstual dalam pelaksanaan pembelajarannya dapat mengikuti tahapan sebagai berikut
12
: 1
Motivasi: meliputi pengenalan, perbincangan, penggunaan alat bantu guru dalam mengajar.
2 Pemahaman: meliputi penerangan konsep, bacaan dan contoh.
3 Kemahiran: meliputi aktivitas dan penyelesaian masalah yang
dilakukan oleh siswa. 4
Penilaian: meliputi pengingatan kembali fakta dan penilaian kemajuan yang diperoleh siswa.
Berbagai peranan dan aktivitas akan dilakukan siswa dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
13
1 Siswa berperan sebagai pembelajar aktif mengelola dirinya sendiri,
mengembangkan minatnya sendiri atau bekerja kelompok, belajar melalui perbuatan.
12
Gelar Dwirahayu eds., Kontekstual dan Model-model Pembelajaran IPA, Jakarta:IAIN Indonesia Social Equity Project, 2007, Cet. I, hlm. 126.
13
Hamid Dokolamo dan Nursinah Sangaji, “Pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Pendidikan IPS”, dalam Jurnal Kep endidikan, Vol 4, No. 2,
November 2006, hlm.168-169.
2 Membentuk hubungan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan
kehidupan di masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan dunia kerja. 3
Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting, dan berarti bagi dirinya maupun orang lain, membuat pilihan, memberikan hasil
tampak maupun tak tampak. 4
Menggunakan pemikiran tahap tinggi, berpikir kritis, kreatif, melakukan analisis, sintesis, pemecahan masalah, membuat
keputusan menggunakan logika dan fakta-fakta. 5
Mengembangkan kemampuan bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, memahami orang lain,
berkomunikasi, saling membantu dan mempengaruhi. Landasan utama dalam pembelajaran kontekstual terdiri atas lima
landasan jurnal the highlight zone research work yaitu: 1
Pengetahuan yang berdasar konstruktivisme knowledge-based constructivism, aktifitas berupa instruksi langsung dan konstruktivis
sangat efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Artinya belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan dibenak mereka dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
2 Usaha untuk meningkatkan intelegensi effort-based
learningincremental theory of intelligence. 3
Bersosialisasi socialization, dimana belajar adalah proses sosial, yang mana siswa membutuhkan sosialisasi dan faktor kultur untuk
pertimbangan selama pembelajaran. 4
Situasi pembelajaran situated learning, pengetahuan dan pembelajaran harus berada pada situasi fisik dan hubungannya dengan
sosial. 5
Pembelajaran yang terdistribusi distributed learning.
b. Komponen Pembelajaran Kontekstual