Praktek Pembiayaan Mudharabah Bagi Usaha Kecil dan Menengah Pada
63
dan sangat kecil, BMT Al-Karim tidak menetapkan retriksi atau syarat-syarat tertentu kepada mudharib. Hal ini disebabkan pemberian pembiayaan mudharabah bagi usaha
kecil dan sangat kecil tergolong relatif kecil yaitu antara Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-
1
Program pembiayaan mudharabah BMT Al-Karim mengacu kepada usaha kecil dan sangat kecil dengan bantuan pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 100.000,-
sampai dengan Rp. 5.000.000,- dengan batas maksimal pembiayaan mudharabah selama 4 bulan atau 100 hari. Untuk pemberian pinjaman, BMT Al-Karim mengacu
kepada kuantitas peminjam bukan pada kualitas besarnya pinjaman. Hal ini dilakukan untuk meghindari resiko serta demi pemerataan bantuan peminjaman. Untuk realisasi
pembiayaan mudharabah dilakukan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 20 dengan batas maksimal per hari Rp. 5.000.000,- Dengan demikian, tanggal 20 sampai dengan
30 digunakan untuk menarik setoran, simpanan serta persiapan untuk nasabah yang akan mengambil simpanannya. Dari segi likuiditas ini sangat membantu agar BMT
Al-Karim tiap bulannya selalu dalam keadaan likuid karena adanya pembiayaan mudharabah.
Dalam produk pembiayaan mudharabah mutlaqah bagi usaha kecil dan sangat kecil, BMT Al-Karim bertindak sebagai shohibul maal. Pembiayaan mudharabah
mutlaqah diakui saat pembayaran kas atau penyerahan aktiva non kas kepada mudharib dan pembayaran dari mudharib akan mengurangi saldo pembiayaan
1
Andrie, Staf HRD dan Administrasi Pembiayaan BMT Al-Karim, Wawancara Pribadi, Jakarta, 15 Juni 2009
64
mudharabah mutlaqah. Pembayaran tersebut dapat dilaksanakan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat jatuh tempo.
Penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah mutlaqah merupakan hasil kesepakatan dengan nasabah, di sini BMT Al-Karim dapat menentukan expected
return untuk menetapkan nisbah dan nisbah ini sangat tergantung pada resiko dan projected cash flow setiap bisnis. Pembiayaan mudharabah mutlaqah tidak terbatas
pada jumlah pembiayaan mudharabah kas dan non kas, kerugian atas penurunan aktiva mudharabah jika ada dan prosentase dana pada investasi tidak terikat yang
signifikan berdasarkan kepemilikan perorangan dan atau badan hukum. Untuk pengusaha menengah, maka BMT Al-Karim menggunakan jenis
mudharabah muqayyadah dalam memberikan pembiayaan. Sebab dalam pembiayaan jenis mudharabah muqayyadah ini, BMT Al-Karim boleh menetapkan batasan-
batasan atau syarat-syarat tertentu guna menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian. Bila nasabah tidak mampu memenuhi syarat-syarat atau batasan-batasan
ini, maka ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul. Hal ini disebabkan dana yang disalurkan oleh pihak BMT Al-Karim bagi usaha menengah minimal Rp.
50.000.000,- sampai dengan Rp. 600.000.000,- Untuk memperoleh pembiayaan mudharabah muqayyadah yang berkisar
antara Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 600.000.000,- maka pihak BMT Al- Karim berhak untuk meminta jaminan dari pengusaha menengah guna
menyelamatkan investasinya. Dana yang diberikan oleh pihak BMT Al-Karim bagi usaha menengah biasanya digunakan untuk usaha dalam beberapa sektor terbatas
65
misalnya pertanian, manufaktur dan jasa. BMT Al-Karim juga boleh mensyaratkan dananya hanya boleh digunakan untuk pembiayaan di sektor pertambangan, property
dan pertanian. Selain berdasarkan sektor, BMT Al-Karim juga dapat saja mensyaratkan berdasarkan jenis aqad yang digunakan misalnya hanya boleh
digunakan berdasarkan aqad penjualan cicilan, penyewaan cicilan saja atau kerja sama usaha saja.
Penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah muqayyadah tidak jauh berbeda dengan nisbah bagi hasil pada pembiayaan mudharabah mutlaqah. Besarnya
bagi hasil tergantung pada kesepakatan antara pihak pengusaha menengah dengan pihak BMT Al-Karim. Dengan demikian, praktek pembiayaan mudharabah bagi
usaha kecil dan menengah pada BMT Al-Karim terletak pada jenis mudharabah yang digunakan. Untuk usaha kecil dan sangat kecil, BMT Al-Karim menggunakan jenis
mudharabah mutlaqah dalam hal pemberian pembiayaan. Sedangkan bagi usaha menengah, BMT Al-Karim menggunakan jenis mudharabah muqayyadah dalam hal
pemberian pembiayaan, karena dalam mudharabah muqayyadah ini pihak BMT Al- Karim yang bertindak sebagai shohibul maal boleh menetapkan restriksi atau syarat-
syarat dan batasan-batasan tertentu kepada mudharib guna menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian. Pembiayaan yang diberikan oleh pihak BMT Al-Karim bagi
usaha menengah tidaklah sedikit yakni berkisar antara Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 600.000.000,- Oleh sebab itu, sangatlah wajar bila BMT Al-Karim
merasa khawatir akan modal yang telah diberikan atau disalurkannya bagi usaha menengah.
66
Dari kedua jenis pembiayaan tersebut, dapat analisis bahwa perbedaan yang sangat mencolok antara sistem mudharabah mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayyadah adalah terletak pada jumlah pembiayaan. Bagi usaha kecil, pembiayaan yang diberikan berkisar antara Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-
Sedangkan bagi usaha menengah pembiayaan yang diberikan berkisar antara Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 600.000.000,- Hal ini disebabkan pengusaha kecil
diberikan kebebasan untuk mengelola modal tersebut, tetapi bagi pengusaha menengah dituntut untuk menyerahkan jaminan guna menyelamatkan investasi
pemilik modal.