Proses Pembiayaan Mudharabah Bagi Usaha Kecil dan Menengah Pada

72 penilaian terhadap seluruh pembiayaan yang sedang dan akan dinikmati oleh pemohon secara bersamaan. Pengertian pemohon juga meliputi seluruh perusahaan dan perorangan yang terkait dengan pemohon yang sedang dan akan menikmati fasilitas pembiayaan dari pihak BMT Al-Karim. Proses pembiayaan mudharabah baik bagi usaha kecil maupun bagi usaha menengah pada BMT Al-Karim adalah sama. Dalam pemberian pembiayaan mudharabah, nasabah harus memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain photo copy Kartu Tanda Penduduk, photo copy Kartu Keluarga, Surat Keterangan Domisili dan adanya jaminan. Setelah nasabah melengkapi permohonan pembiayaan mudharabah tersebut, maka untuk selanjutnya pihak BMT Al-Karim akan melakukan analisa kelayakan usaha dengan berbagai pertimbangan melalui sirkulasi pembiayaan mudharabah dan prosedur penyaluran pembiayaan mudharabah. Adapun proses pembiayaan mudharabah bagi usaha kecil dan menengah pada BMT Al-Karim adalah sebagai berikut : 1. Nasabah yang mengajukkan pembiayaan mudharabah melengkapi permohonan pembiayaan yaitu berupa photo copy Kartu Tanda Penduduk, photo copy Kartu Keluarga, Surat Keterangan Domisili dan menyerahkan jaminan bagi usaha menengah. 2. Staf marketing memberikan permohonan pembiayaan yang diminta dari administrasi pembiayaan kepada nasabah. 3. Calon nasabah mengisi permohonan pembiayaan dan menyerahkan kelengkapan pengajuan pembiayaan kepada staf marketing. 4. Staf marketing memberikan permohonan pembiayaan yang telah diisi oleh calon nasabah kepada bagian administrasi pembiayaan untuk dicatat di buku realisasi pembiayaan. 5. Staf marketing melakukan analisa kelayakan usaha terhadap nasabah. 6. Staf marketing melaporkan pembiayaan tersebut kepada kepala bagian marketing untuk mendapatkan persetujuan. 7. Apabila berdasarkan analisa kelayakan tersebut permohonan dikabulkan, maka akan disusun penjadwalannya sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya 73 seluruh realisasi dilengkapi dengan surat perjanjian dan pengakuan harga, kuitansi dan kartu pendukung seperti kartu angsuran. Namun jika permohonan itu ditolak, maka data permohonan diserahkan kembali seluruhnya kepada pemilik atau dikumpulkan sebagai arsip. 8. Seluruh surat perjanjian dan pengeluaran harga serta kuitansi yang sudah sah harus dikumpulkan kepada bagian administrasi pembiayaan untuk dijadikan arsip. 9. Seluruh data yang telah direalisasikan pembiayaannya oleh kepala bagian keuangan, segera dikembalikan kepada bidang administrasi pembiayaan untuk dicatat dalam data nasabah pada buku realisasi pembiayaan. 3 Adapun pertimbangan utama yang digunakan BMT Al-Karim dalam memberikan pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut : 4 1. Pertimbangan ekonomis, yaitu dengan cara melakukan analisa kelayakan usaha di mana BMT Al-Karim dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah didasarkan pada kebutuhan modal para nasabah dan kemampuannya dalam mengembalikan atau membayar angsuran pengembalian. 2. Karakter nasabah, hal ini diperoleh dari informasi nasabah yang lain jika ia nasabah baru dan pengalaman angsuran jika ia nasabah lama.Analisa pasar, yaitu pengelola dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada nasabah melihat segment pasar, potensi pasar, pesaing nasabah dan lokasi atau tempat usaha nasabah. 3. Pertimbangan kemanusiaan dan sosial, misalnya membantu pedagang dari jeratan rentenir atau pinjaman dari lembaga perkreditan lain yang memberatkan para pedagang kecil atau untuk membantu nasabah yang membutuhkan bantuan 3 Andrie, Staf HRD dan Administrasi Pembiayaan BMT Al-Karim, Wawancara Pribadi 4 Andrie, Staf HRD dan Administrasi Pembiayaan BMT Al-Karim, Wawancara Pribadi 74 meskipun bukan untk keperluan modal usaha dengan syarat ia mempunyai usaha yang layak. 4. Sebagai sarana menjalin silaturahmi terhadap nasabah BMT Al-Karim. Hal ini diperlukan untuk menjamin keamanan keberadaan BMT Al-Karim, sehingga dengan pertimbangan ini mungkin pedagang yang diberikan pembiayaan mudharabah tidak memerlukan modal lagi karena usahanya sudah meningkat atau sudah maju. 5 Sementara tujuan yang ingin dicapai oleh BMT Al-Karim dalam memberikan pembiayaan mudhrabah kepada nasabah adalah meningkatkan pemasukan usaha nasabah, meningkatkan pendapatan nasabah daan meningkatkan kesejahteraan nasabah. Pada dasarnya pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT Al-Karim difokuskan hanya untuk usaha kecil dan sangat kecil di pasar. Hal ini disebabkan pasar adalah tempat berkumpulnya para pedagang kecil, sehingga dianggap lebih efisien dan ekonomis dari jangkauan para staf marketing BMT Al-Karim. Selain itu, pasar memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena paar merupakan tempat yang sangat strategis untuk menjual produk. Namun baik bagi usaha kecil maupun usaha menengah, BMT Al-Karim tetap saja memberlakukan beberapa prosedur untuk memperoleh pembiayaan mudharabah. Adapun cara-cara dalam memperoleh pembiayaan mudharabah pada BMT Al-Karim telah pada dasarnya adalah sama. Artinya proses pembiayaa baik bagi usaha kecil dan 5 Andrie, Staf HRD dan Administrasi Pembiayaan BMT Al-Karim, Wawancara Pribadi 75 sangat sangat kecil maupun bagi usaha menengah diperlakukan sama oleh BMT Al- Karim yaitu dengan cara melengkapi permohonan pembiayaan mudharabah yang selanjutnya pihak BMT Al-Karim akan melakukan analisis kelayakan usaha baik bagi usaha kecil dan sangat kecil maupun bagi usaha menengah. Untuk lebih jelasnya tentang prosedur permohonan pembiayaan mudharabah pada BMT Al-Karim dapat dilihat pada bagan berikut ini. ALUR PENCAIRAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT AL-KARIM Sumber : Laporan pembiayaan mudharabah pada BMT Al-Karim 2007 Nasabah Mengajukan Permohonan Pembiayaan Isi Surat Permohonan Pembiayaan dan Melengkapi Data Administrasi Wawancara dengan Nasabah yang kemudian dilanjutkan dengan melihat data-data surat permohonan pembiayaan. Kepala Bagian marketing mengutus account officer untuk melakukan survey guna mengetahui layak atau tidaknya nasabah mendapatkan pembiayaan Data nasabah diajukan dalam rapat komite yang terdiri atas 4 orang dari 5 orang yang namanya tercantum dalam kepemilikan saham BMT Al-Karim Nasabah yang permohonan pembiayaannya disetujui akan segera memperoleh dana pembiayaan 76

D. Kendala BMT Al-Karim Dalam Memberlakukan Pembiayaan Mudharabah

Bagi Usaha Kecil dan Menengah Dalam memberlakukan prosedur pembiayaan mudharabah, sejauh ini pihak BMT Al-Karim belum menemukan kendala apapun karena dinilai oleh para pedagang atau nasabah dapat memenuhi segala prosedur dan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak BMT Al-Karim untuk memperoleh pembiayaan mudharabah. Namun kendala yang dihadapi oleh pihak BMT Al-Karim adalah rendahnya tingkat pendidikan dari kebanyakan nasabah usaha kecil dan sangat kecil, BMT Al-Karim menemukan sedikit kendala yaitu ketika bagian marketing menjelaskan bagaimana sistem pembiayaan di BMT Al-Karim seperti halnya tentang penetapan bagi hasil, tabungan maupun jaminan, sehingga terjadi kesalahan komunikasi antara marketing dan pihak nasabah. 6 Akan tetapi dengan penuh kesabaran, pihak marketing akhirnya dapat menjelaskan secara rinci sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Kemudian kendala lainnya yang dihadapi oleh pihak BMT Al-Karim dalam memberlakukan pembiayaan mudharabah terutama bagi usaha menengah adalah adanya nasabah yang kurang jujur dalam memberikan alasan untuk pengembalian pembiayaan mudharabah dengan mengatakan bahwa dagangannya sepi atau proyeknya tidak berjalan dan bahkan ada yang nasabah yang memohon untuk ditangguhkan pembagian hasilnya. Namun kendala-kendala tersebut lambat laun dapat diproses oleh BMT Al-Karim, sehingga BMT ini tidak terjebak dalam permasalahan yang ada. 6 Andrie, Staf HRD dan Administrasi Pembiayaan BMT Al-Karim, Wawancara Pribadi 77 Untuk mengantisipasi kendala-kendala tersebut, maka pihak BMT Al-Karim membuat ketentuan pembiayaan mudharabah. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal diserahkan secara tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, maka tahapannya harus jelas dan disepakati bersama. 2. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan cara perhitungan dari pendapatan proyek dan perhitungan dari keuntungan proyek. 3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam aqad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. BMT Al-Karim selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian, kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan dari pihak nasabah. 4. BMT Al-Karim berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan nasabah, namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan atau usaha nasabah. Jika nasabah tidak mau membayar kewajiban atau menunda kewajiban pembayarannya, maka ia dapat dikenai sanksi administrasi. 7 Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, maka diharapkan tidak ada lagi kesalahpahaman dengan alasan-alasan lain yang menjadi kendala bagi BMT Al- Karim. Bila hal ini terjadi, maka dapat mengancam kehidupan BMT Al-Karim, karena modal pembiayaan mudharabah yang disalurkan sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat. Jika hal ini tidak segera diatasi, maka BMT Al-Karim dapat dikatakan gagal dalam upaya menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan. Kegagalan ini merupakan kendala dan sekaligus ancaman yang serius bagi BMT Al- Karim dalam memberlakukan pembiayaan mudharabah bagi usaha kecil dan menengah. 7 Andrie, Staf HRD dan Administrasi Pembiayaan BMT Al-Karim, Wawancara Pribadi