Melakukan perencanaan program, pelaksanaan sampai dengan evaluasinya
Sebelum adanya otonomi sekolah, Sekolah hanyalah sebagai pelaksana saja, sedangkan
segala sesuatunya ditentukan oleh satuan atasan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
materi ujian, penggandaan materi ujian, hingga dalam memberikan penilaian.
Sekolah mempunyai otonomi yang luas, saat ini sekolah dapat melakukan ujian
sendiri, memeriksa sendiri, dan memberikan penilaian sendiri, kemudian
sekolah memberikan laporan hasil ujian ke satuan atasan.
Melakukan pengambilan keputusan dan kebijakan sesuai dengan kebutuhan
Dengan sistem kebijakan terpusat sebagian besar guru tidak merasa puas, bukan hanya
masalah ujian saja, masalah manajemen sekolahpun demikian, selama ini guru
jarang dilibatkan dalam menentukan kebijakan sekolah.
SMP 10 Nopember Jakarta telah melibatkan semua elemen secara aktif
dalam menentukan berbagai kebijakan untuk kepentingan sekolah, kepala
sekolah, guru maupun komite terlibat secara langsung dalam menentukan
kebijakan sekolah.
Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah dan Studi Dokumentasi di SMP 10 Nopember Jakarta
2. Partisipasi Masyarakat
Masyarakat adalah elemen penting dalam menerapkan MBS di sekolah. Masyarakat akan memberikan reaksi dan respon secara langsung jika terjadi
perubahan di dunia pendidikan. Komite sekolah mewadahi reaksi dan respon tersebut yang disampaikan masyarakat kemudian di salurkan kepada kepala
sekolah untuk ditindak lanjuti. Dengan adanya MBS masyarakat benar-benar dapat menjadi mitra sekolah,
lebih lanjut tentang perubahan fungsi dan partisipasi masyarakat dengan adanya MBS diuraikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4 Partisipasi Masyarakat Sebelum dan Sesudah Implementasi MBS
Sebelum MBS Sesudah MBS
Pelibatan masyarakat
Sebelum MBS masyrakat hampir dikatakan tidak memiliki akses ke sekolah, Seolah-
olah menjadi sistem tertutup. Setelah MBS diterapkan posisi
masyarakat dalam organisasi sekolah mempunyai peranan penting. Masyarakat
dilibatkan secara aktif sehingga masyarakat memiliki kepedulian dengan
sekolah. Masyarakat diikut sertakan dalam pengambilan keputusan,
perencanaan kegiatan sekolah dan juga dalam mengembangkan sekolah.
Komite sekolah dan peranannya di sekolah
Belum ada organisasi yang menampung aspirasi dan partisipasi masyarakat.
Sehingga masyarakat yang peduli terhadap pendidikan tidak mempunyai wadah untuk
menyalurkan pendapat serta gagasan mereka.
Komite sekolah melibatkan masyarakat secara aktif, disamping sebagai wadah
masyarakat yang peduli pendidikan komite juga mempunyai peranan dalam
perencanaan atau pengambilan kebijakan di sekolah. Melalui komite sekolah
masyarakat dapat memberikan masukan sesuai kemampuannya.
Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah dan Studi Dokumentasi di SMP 10 Nopember Jakarta
3. Sarana dan Prasarana
Kebijakan Otonomi daerah yang diimplementasikan dalam Manajemen Berbasis Sekolah melahirkan banyak perubahan-perubahan yang signifikan. Dalam
bidang sarana dan prasarana banyak sekali kemajuan-kemajuan yang terjadi yang disebabkan yang mengetahui kekurangan dan kebutuhan pendidikan itu adalah
sekolah itu sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya kebijakan tersebut diasumsikan dapat meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan. Sejauh mana
perubahan mengenai pengelolaan sarana dan prasarana di SMP 10 Nopember Jakarta sebelum dan sesudah MBS diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5 Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sebelum dan Sesudah Implementasi MBS
Sebelum MBS Sesudah MBS
Pengadaan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan sekolah
Dalam pengelolaan sarana dan prasarana sebelum MBS diterapkan, semua sarana dan
prasarana diberikan oleh pemerintah bantuan sarana dan prasarana dari
pemerintah diberikan langsung sudah dalam bentuk barang, misalnya saja buku
pelajaran, alat-alat peraga tata surya, kerangka manusia dan alat-alat praktek
lainnya, maupun yang berupa peralatan olahraga bola, net, matras dll.
Setelah penerapan MBS, Suku Dinas Pendidikan dasar SUDIN DIKDAS
hanya menyetujui sarana dan prasarana yang diajukan sekaligus menerima
laporan pertanggung jawaban dari sekolah. Misalnya saja buku pelajaran,
sekolah menerima bantuan dari pemerintah melaui Biaya Operasional
Sekolah BOS yang dikhususkan membeli buku pelajaran, yang
mengetahui buku pelajaran apa saja yang dibutuhkan adalah sekolah, sekolah
kemudian membeli dari penerbit. Setelah itu LPJ dana tersebut dilaporkan kepada
satuan atasan SUDIN DIKDAS.
Pemanfaatan, Inventarisasi, dan Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
Pengawasan dilakukan oleh suku dinas, dan pengelolaan diserahkan kepada sekolah
tetapi melalui juknis yang telah ditentukan Pengelolaan sepenuhnya diserahkan
kepada sekolah, pemerintah hanya memantau dan melakukan evaluasi
suku dinas. melalui pengawas paket dan suku dinas,
serta terdapat komite sekolah ikut mengawasi pengelolaan sarana dan
prasarana tersebut. Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah dan Studi Dokumentasi di SMP 10
Nopember Jakarta
Gambaran implementasi manajemen berbasis sekolah di SMP 10 Nopember Jakarta juga dapat dilihat dari:
1. Struktur Organisasi SMP 10 Nopember Jakarta
Sebagai lembaga formal SMP 10 Nopember Jakarta memiliki satu kesatuan komponen yang utuh dan terorganisir dalam melaksanakan program kerja dalam mencapai tujuan
pendidikannya. Struktur organisasi di SMP 10 Nopember Jakarta dapat dilihat dalam bagan dibawah
ini:
Struktur organisasi tersebut menunjukan wewenang, tugas serta jalur komando dan koordinasi antara satu jabatan dengan jabatan diatasnya dan unit kerja dibawahnya. Tiap-
tiap bagian dalam struktur organisasi dibekali tanggung jawab tertentu yang harus diselesaikan.
Adapun kepengurusan SMP 10 Nopember Jakarta Sebagai Berikut: Ketua Yayasan Sosial Pendidikan Islam
: H. Ali Hasan MZ Al-Mu’awanah YASPIA
Kepala Sekolah
: Romi,
S.Pd Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
: H. Zulfikri Al-Imani, S.Pd.I Wakil Kepala Bidang Kurikulum
: Arman KS Wakil Kepala Bidang Sarana dan Prasarana
: Hj. Ainul Barkah, S.Ag Wakil Kepala Bidang HUMAS
: Elly Asriyani, S.Pd Kepala
Tata Usaha
: Nahrawi
HNS
2. Kondisi Tenaga Kependidikan
Latar belakang pendidikan guru merupakan salah satu faktor penentu, guru yang memiliki latar belakang pendidijan tinggi dan sesuai dengan bidangnya serta menguasai
disiplin ilmu pendidikan, mampu memberikan kualitas pembelajaran dan kinerja yang akan berdampak pada kualitas output yang dihasilkan dari lembaga pendidikan tersebut.
Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 29 ayat 3 disebutkan bahwa Pendidik pada SMPMTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki:
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat D-IV atau sarjana S1
b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan; dan c.
sertifikat profesi guru untuk SMPMTs
1
Adapun daftar nama tenaga kependidikan SMP 10 Nopember selangkapnya terlampir.
1
Permen No. 19 Tahun 2005, Tentang “Standar Nasional Pendidikan”, Jakarta: Cipta Jaya, 2005. h.17
3. Kondisi Peserta Didik
Keadaan siswa SMP 10 Nopember Jakarta 4 tahun terakhir mulai dari tahun pelajaran 2006-2007 sampai dengan 20092010 adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Kondisi SiswaI SMP 10 Nopemeber Jakarta Empat tahun terakhir
Sumber: Tata Usaha SMP 10 Nopember Jakarta Tahun 2010
Jml. Pendaftar
Kelas I Kelas II
Kelas III Jumlah
Tahun Ajaran Calon
Siswa Baru
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Th. 20062007 81 41 1 58 2 70 2 169 5
Th. 20072008 85 75 2 43 1 57 2 175 5
Th. 20082009 91 74 2 67 2 44 1 185 5
Th. 20092010 54 46 1 71 2 63 2 180 5
Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah siswa di SMP 10 Nopember pada tahun pelajaran 20062007 sebanyak 169 siswa, kemudian mengalami peningkatan pada tahun
pelajaran 20072008 yang jumlah siswanya sebanyak 175 siswa, kemudian mengalami peningkatan kembali pada tahun pelajaran berikutnya jumlah siswanya sebanyak 185
siswa. Pada tahun ajaran baru ini SMP 10 Nopember mengalami penurunan, jumlah siswanya sebanyak 180 siswa. Pada tahun 20092010 mengalami penurunan sedikit, tetapi
hal ini perlu dianstisipasi dan dievaluasi kembali dengan mempertimbangkan bebrapa kemungkinan penyebab terjadinya penurunan jumlah siswa tersebut. Dengan demikian
dapat dicegah semaksilam mungkin dan dapat diperbaiki melalui pemilihan alternatif yang tepat.
4. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar KBM
Kegiatan belajar mengajar di SMP 10 Nopember Jakarta berlangsung mulai hari senin sampai dengan hari sabtu, SMP 10 Nopember Jakarta telah menerapkan jam
masuk sekolah pada pukul 06.30 WIB sesuai dengan SK dari Gubernur DKI Jakarta,
sebelum memulai kegiatan belajar mengajar seluruh siswa diwajibkan membaca Surat Yasin beserta Sholawat yang telah ditentukan, dan KBM selesai Pada Pukul 12.25
WIB. Kecuali pada hari Jum’at KBM selesai pada Pukul 11.05 WIB. Hampir setiap hari siswa-siswi SMP 10 Nopember diwajibkan mengikuti Shalat
Dzuhur berjama’ah dan pada hari jum’at sebelum isatirahat siswa-siswi diwajibkan mengikuti shalat dhuha. Selain pembelajaran disekolah, peserta didik diberikan
pembelajaran langsung dengan objek yang diteliti karya wisata. Ada juga kegiatan ekstra kurikuler dan karya ilmiah diluar KBM .
5. Ekstrakurikuler
Selain KBM yang cukup padat di SMP 10 Nopember Jakarta diadakan bermacam- macam ekstrakurikuler yang diadakan untuk menyalurkan dan mengembangkan minat,
bakat, potensi dan kreatifitas peserta didik. Kegiatan ekskul selengkapnya terlampir. 6.
Sarana dan Prasarana Walaupun belum sepenuhnya Sarana dan prasarana di SMP 10 Nopember dari
tahun ketahun terus mengalami perubahan, mulai dari pengadaan perabot seperti meja, kursi, lemari dan perabotan lainnya, kemudian juga dari pengadaan buku dan alat
pendidikan sedikit demi sedikit mulai terpenuhi. Walaupun SMP 10 Nopember Jakarta terbilang tidak terlalu luas bangunan dan fasilitas yang disediakan terbilang baik,
ruang belajar nyaman, pendidik sudah melakukan pembelajaran yang menarik dibantu dengan infokus, internet dan alat peraga dan letak sekolah tidak terlalu dekat dengan
jalan sehingga suasana sekolah dapat memberikan kenyamanan. Selengkapnya daftar sarana dan prasana terlampir.
B. Deskripsi, Analisis Data dan Penyajian Hasil Penelitian
Dalam deskripsi ini diuraikan beberapa informasi yang diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada seluruh pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 17 orang
responden dan 30 butir pernyataan yang mewakili keadaan yang diteliti. Penelitian MBS ini terdiri dari aspek otonomi sekolah, partisipasi masyarakat dan sarana prasarana.
a. Otonomi Sekolah
Tabel 7.1 Penyusunan Rencana Sekolah
Kategori Jawaban Frekuensi
Prosentase
a. Selalu 9
52,94 b. Sering
5 29,41
c. Kadang-kadang 2
11,76 d. Tidak Pernah
1 5,88
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 52,94 responden menjawab selalu sekolah melakukan perencanaan melalui raker, 29,41 menjawab sering, 11,76
menjawab kadang-kadang, dan sebanyak 5,88 menjawab tidak pernah. Terlihat responden yang memilih jawaban selalu memiliki prosentase terbesar, ini berarti
sekolah memang telah melakukan penyusunan rencana sekolah yang salah satunya melalui raker, namun perencanaan ini masih harus terus dioptimalkan karena masih
ditemukan responden yang menjawab sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.
Tabel 7.2 Rumusan Kebijakan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Kategori Jawaban Frekuensi
Prosentase
a. Selalu 7
41,18 b. Sering
5 29,41
c. Kadang-kadang 4
23,53 d. Tidak pernah
1 5,88
Jumlah 17 100
Dalam kaitanya rumusan kebijakan sebagai upaya peningkatan mutu sebanyak 41,18 dari keseluruhan responden, yang menjawab sering, 29,41,
sebanyak 23,53 untuk jawaban kadang-kadang, dan 5,88 untuk yang menjawab tidak pernah. Dari data tersebut responden yang menjawab selalu memang telah
memiliki prosentase terbesar bahwa sekolah merumuskan kebijakan yang dipandang mampu dalam meningkatkan mutu pendidikan, hanya saja masih perlu ditingkatkan
hal ini karena masih banyak responden yang menjawab sering, kadang-kadang, dan