1. Otonomi Sekolah
Penerapan MBS memberikan otonomi yang luas kepada sekolah, sekolah mengelola dirinya secara mandiri, kreatif, dinamis dan memiliki inisiatif serta inovatif
dalam mencapai tujuan sekolah. Lebih lanjut tentang perbedaan otonomi sekolah sebelum dan sesudah implementasi MBS ada pada tabel berikut:
Tabel 3 Otonomi Sekolah Sebelum dan Sesudah Implementasi MBS
Sebelum MBS Sesudah MBS
Peningkatan pengelolaan sekolah
Perekrutan dan penempatan kerja pemberian beban mengajar guru kurang
sesuai dengan latar belakang akademik dan kemampuan
Pembekalan tenaga pendidik hanya mengandalkan kegiatan dari pusat, sehingga
pendidik merasa kurang terwadahi. Masih sedikit sekali pendidik yang diikutsertakan
dalam pelatihanpengembangan workshop. Setelah penerapan MBS, SMP 10
Nopember Jakarta mulai mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, berkaitan
dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Pemberian tugas dan
beban mengajar disesuaikan dengan kulaifikasi, kompetensi maupun
sertifikasi pendidik. Dalam meningkatkan mutu, para
pendidik maupun tenaga kependidikan diikutsertakan pelatihan dan
pengembangan workshop, maupun kegiatan MGMP Musyawarah Guru
Mata Pelajaran, lembaga-lembaga ini sudah diterpakan di masing-masing
sanggar maupun subrayon, jadi tidak mengandalkan kegiatanpelatihan dari
Rayon.
Melakukan perencanaan program, pelaksanaan sampai dengan evaluasinya
Sebelum adanya otonomi sekolah, Sekolah hanyalah sebagai pelaksana saja, sedangkan
segala sesuatunya ditentukan oleh satuan atasan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
materi ujian, penggandaan materi ujian, hingga dalam memberikan penilaian.
Sekolah mempunyai otonomi yang luas, saat ini sekolah dapat melakukan ujian
sendiri, memeriksa sendiri, dan memberikan penilaian sendiri, kemudian
sekolah memberikan laporan hasil ujian ke satuan atasan.
Melakukan pengambilan keputusan dan kebijakan sesuai dengan kebutuhan
Dengan sistem kebijakan terpusat sebagian besar guru tidak merasa puas, bukan hanya
masalah ujian saja, masalah manajemen sekolahpun demikian, selama ini guru
jarang dilibatkan dalam menentukan kebijakan sekolah.
SMP 10 Nopember Jakarta telah melibatkan semua elemen secara aktif
dalam menentukan berbagai kebijakan untuk kepentingan sekolah, kepala
sekolah, guru maupun komite terlibat secara langsung dalam menentukan
kebijakan sekolah.
Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah dan Studi Dokumentasi di SMP 10 Nopember Jakarta
2. Partisipasi Masyarakat