BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata mutu berarti ukuran baik buruknya suatu benda, kadar, taraf atau derajat kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya,
kualitas.
1
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.
2
Dari dua definisi tersebut mutu merupakan ukuran atau tingkat yang digunakan untuk menilai suatu barang maupun jasa.
Josep M. Juran mendefinisikan kualitas itu sebagai “kesesuaian untuk pemakaian”, kualitas adalah “terbebas dari kesalahan”.
3
Pendapat tersebut menekankan bahwa sesuatu yang berkualitas itu merupakan hasil yang maksimal
tanpa ada cacat atau kesalahan sedikitpun dan sesuai dengan tujuan. Sedangkan Goetsch dan Davis membuat definisi kualitas sebagai suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Definisi ini lebih luas karena mencakup
elemen-elemen yang lebih komplek. Dari definisi tersebut terbagi menjadi beberapa elemen-elemen yaitu:
a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah-ubah misalnya saja, apa
yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas dimasa yang akan datang.
4
Sallis mengajukan definisi mutu sebagai kepuasan terbaik dan tercapainya kebutuhan atau keinginan pelanggan. Terkait dengan itu Everard menyatakan
bahwa mutu quality adalah mencapai apa yang diharapkan pelanggan.
1
Pusat pembiaan dan pengembangan bahasa, depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. 2, h.768
2
“Kualitas”, http:id.wikipedia.orgwikiKualitas
, 05-11-2009
3
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007, Cet. 3, h. 264
4
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management TQM-Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi, 2003, h.3
8
Sedangkan pelanggan sekolah mencakup orang tua, murid, pegawai, pemerintah yang kemudian memantau harapan dan kepuasan serta pencapaian dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ukuran sesuatu itu dikatakan bermutu menurut Sallis dan Everard apabila pelanggan merasa puas dengan produk yang
dihasilkan maka dapat dikatakan produk atau barang tersebut bermutu. Sedangkan Arcaro menyebutkan mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki
keluaran yang dihasilkan.
5
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, maupun keluaran hasilnya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi:
1 Kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala
sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa. 2
Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain.
3 Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa peragkat linak,
seperti peraturan, struktur organisasi, dan deskripsi kerja. 4
Mutu masukan bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.
6
Kemudian hal-hal yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan adalah derajat kesehatan, keamanan, disiplin, keakraban, saling menghormati,
kepuasaan, dan lain-lain dari subjek selama memberikan dan menerima layanan jasa. Dan dalam proses pendidikan yang bermutu tersebut terlibat berbagai
input, seperti bahan ajar kognitif, afektif, atau psikomotorik, metodologi bervariasi sesuai kemampuan guru, sarana sekolah, dukungan administrasi dan
sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
7
Manajemen sekolah dan dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam proses belajar
mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup
5
Syafarudin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, strategi, dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif, Jakarta:Rineka Cipta, 2008, Cet. 1, h. 21
6
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. 3, h. 53
7
B. Suryosubroto, Manajemen Pedidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. 1, h. 210
subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Sedangkan pada kerangka keluaranhasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik
yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Prestasi atau hasil pendidikan student achievement
tersebut dapat berupa hasil test kemampuan akademis misalnya ulangan umum, Ujian Akhir Nasional UAN atau Ujian Akhir Seklah UAS. Biasanya pada
setiap kurun waktu tertentu apakah tiap akhir semester, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun.
Keluaranhasil pendidikan dikatakan bermutu dapat dilihat dari keunggulan ekstrakurikuler, misalnya saja peserta didik berprestasi di suatu cabang olah raga,
seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat
dipegang intangible seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dsb.
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil
ouput harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan
proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil output yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan
hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai.
8
Untuk mengetahui hasilprestasi yang dicapai oleh sekolah terutama yang menyangkut aspek kemampuan akademik atau kognitif dapat dilakukan
benchmarking menggunakan titik acuan standar misalnya lulus UN Ujian Nasional dan US Ujian Sekolah.
8
Suryosubroto, Manajemen Pedidikan ...., h.210
Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada patokannya benchmarking maupun yang lain kegiatan ekstra-kurikuler
dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan tahun berikutnya.
9
Dalam hal ini Rencana Anggran Pendapatan Belanja Sekolah RAPBS harus merupakan
penjabaran dari target mutu yang ingin dicapai dan skenario bagaimana mencapainya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mutu Pendidikan