28
2. Peluang
a. Potensi agroklimat dan tersedianya lahan yang masih cukup luas
Potensi agroklimat Indonesia sangat mendukung perkembangan ternak sapi potong baik sapi lokal maupun sapi ex impor. Sumberdaya lahan yang
dapat dimanfaatkan oleh peternak yaitu lahan sawah, padang penggembalaan, lahan perkebunan, dan hutan rakyat, dengan tingkat
kepadatan ternak tergantung kepada keragaman dan intensitas tanaman, ketersediaan air, jenis sapi potong yang dipelihara. Luasnya lahan sawah,
kebun dan hutan tersebut memungkinkan pengembangan pola integrasi ternak–tanaman yang merupakan suatu proses saling menunjang dan
saling menguntungkan, melalui pemanfaatan tenaga sapi untuk mengolah tanah dan kotoran sapi sebagai pupuk organik. Sementara lahan sawah dan
lahan tanaman pangan menghasilkan jerami padi dan hasil samping tanaman yang dapat diolah sebagai pakan sapi, sedangkan kebun dan hutan
memberikan sumbangan rumput lapangan dan jenis tanaman lain. Pemanfaatan pola integrasi diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan
pakan sepanjang tahun, sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas ternak. Menurut beberapa hasil penelitian, potensi tanaman
pakan ternak di Indonesia masih dapat menampung lebih dari 11 juta Satuan Ternak ST.
b. Potensi sumberdaya genetik sapi potong Indonesia mempunyai kekayaan dan potensi sumber daya genetik ternak
sapi potong nasional, yang telah dimanfaatkan sebagai sumber pangan
29 daging, tenaga kerja, energi dan pupuk. Sumberdaya genetik tersebut
berupa ternak asli Indonesia, atau ternak yang sudah sejak lama didomestikasi di Indonesia, dan ternak-ternak yang didatangkan dari luar
negeri. Pada tahun 2003, populasi sapi potong di Indonesia sekitar 11.395.688 ekor. Dengan tingkat pertumbuhan populasi sekitar 1,08,
idealnya minimal 15,27 untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dari populasi sapi tersebut, sebagian 45
−50 adalah sapi asli Indonesia, yang berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan data tahun 1984, sapi Bali
termasuk jenis sapi terbanyak, yaitu 23,81, diikuti sapi Madura 11,28, dan sisanya terdiri dari sapi Ongole, Peranakan Ongole,
Brahman Cross, dan persilangan sapi lokal dengan sapi impor Simmental, Limousin, Hereford, dll. Sapi Bali merupakan sapi kebanggaan Indonesia
yang paling mudah dikembangkan karena mudah beradaptasi. Kawasan Indonesia Timur dapat dikatakan sentra produksi Sapi Bali. Oleh karena
itu pengembangan Sapi Bali lebih dikonsentrasikan di kawasan tersebut. c. Indonesia bebas dari penyakit menular berbahaya
Negara Indonesia bebas 10 dari 12 Penyakit Hewan Menular List A OIE, sehingga memberikan iklim investasi yang lebih baik dan memiliki
kesempatan dan kemampuan untuk ekspor. d. Potensi kelembagaan petani ternak dan petugas teknis
Sebagian besar petani peternak membentuk kelompok-kelompok tani ternak, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan
hewan, penyuluhan, pelayanan inseminasi buatan IB, yang bertujuan
30 untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak. Petugas fungsional
pengawas mutu bibit, penyuluh, pengawas mutu pakan, petugas pelayanan kesehatan hewan, dan petugas pelayanan IB sudah cukup banya tersebar di
seluruh propinsi dan siap untuk melaksanakan tugas sesuai kewenangan masing-masing
e. Terbukanya pasar di negara lain Permintaan dari negara lain terhadap ternak dan produk ternak lokal
Indonesia cukup tinggi. Jenis sapi potong yang cukup diminati negara tetangga kita Malaysia adalah sapi Bali, baik sapi bakalan, bibit, maupun
berupa semen bekunya. Selama lima tahun mendatang, Malaysia mengharapkan Indonesia dapat mengekspor 10.000 ekor sapi potong, dan
dari jumlah tersebut baru sebagian kecil, yaitu sekitar 850 ekor yang telah diekspor ke negara tersebut pada tahun 2003. Ekspor ternak sapi potong
lokal diharapkan dapat meningkatkan motivasi peternak maupun para investor untuk mengembangkan usaha pembibitan ternak, yang selama ini
hanya dilakukan oleh peternak skala usaha kecil. f. Tersedianya teknologi tepat guna
Lembaga Penelitian bersama-sama Perguruan Tinggi merupakan institusi yang berwenang mengeluarkan teknologi hasil penelitian. Inovasi baru ini
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya serta meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan produk yang berdaya
saing tinggi.
31 g. Regulasi untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif
Kita mempunyai peraturan perundang- undangan yang memberikan kepastian hukum, dan dalam melakukan pembangunan peternakan sinergis
dengan peraturan perundang-undangan lain yang terkait. Beberapa peraturan yang terkait dengan usaha ternak potong antara lain UU No. 6
1967, SNI Bibit Ternak, SK Menteri Pertanian tentang Ijin Usaha, dsb.
2.1.3. Skala Usaha Sapi Potong