Preparasi Film Sambung Silang

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Film 4.1.1 Optimasi Konsentrasi Natrium Alginat dalam Sediaan Film Pada penelitian ini dibuat film sambung silang PVA dengan kombinasi NA dengan menggunakan metode freeze thawing. Metode freeze thawing merupakan suatu metode pembuatan film dengan melalui proses pembekuan - 20 o C dan peleburan 25 o C yang dilakukan dalam beberapa siklus kemudian pelarut yang digunakan untuk melarutkan semua polimertermasuk obat dikeringkan sehingga terbentuk massa film Hassan dan Peppas, 2000. Tabel 4.1 Karakteristik Film Hasil Optimasi Kode Formula F1 F2 F3 Konsentrasi PVA 6 6 6 Konsentrasi NA 1,2 0,9 0,6 Konsentrasi Gliserin 2 2 2 Bentuk CPF Koloidal, agak keruh tanpa terlihat bentuk partikelnya, berwarna kuning kecoklatan Koloidal, agak keruh tanpa terlihat bentuk partikelnya, berwarna kuning Koloidal, agak keruh tanpa terlihat bentuk partikelnya, berwarna kuning Homogenitas CPF Homogen Homogen Homogen Tekstur Film Ujung film melengkung, tebal 0,23 mm, permukaan rata, kaku dibanding film lain, film tidak transparan Tebal 0,20 mm, permukaan rata, dan elastis, film transparan Tebal 0,18 mm, permukaan tidak rata, dan elastis, film transparan, film melengkung Penampakan Film 32 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Pada penelitian pendahuluan dibuat film yang terdiri dari PVA dan NA dengan konsentrasi awal yaitu 5:1. Film ini dibuat dengan variasi konsentrasi dari NA dengan pemanasan 50 o C selama 24 jam dan bobot film yang dicetak sebanyak 10 gr. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap formula seperti yang tertera pada tabel di atas. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan konsentrasi NA yang digunakan dalam film. Dari ketiga formula uji, F2 dianggap memiliki karakteristik yang palik baik, oleh karena itu pengujian akan dilanjutkan dengan menggunakan F2 sebagai formula film yang akan dievaluasi dan akan menggunakan metronidazol sebagai model zat aktif.

4.1.2 Preparasi Film Sambung Silang

Film dibuat mengandung obat metronidazol dengan dosis sebesar 0,75, dosis tersebut merupakan dosis untuk sediaan topikal yang tertera pada USP. Dosis yang digunakan merupakan dosis zat aktif yang akan dimasukkan dalam sediaan yang akan dibuat. Sehingga dilakukan uji evaluasi untuk melihat kadar akhir metronidazol dalam film. Sediaan film ini dibuat dengan menggunakan pelarut aquades dan juga menggunakan plasticizer yaitu gliserin sebanyak 2. Penggunaan gliserin pada sediaan film ini adalah hasil optimasi dimana pada uji pendahuluan film dibuat tanpa penambahan plasticizer menghasilkan film yang keras dan kaku. Pengunaan plasticizer di dalam formula sangat berkaitan dengan peningkat elastisitas dan sifat plastis dari film Rudyardjo, 2014. Untuk membuat larutan cairan pembentuk film CPF, masing-masing bahan terlebih dahulu harus didispersikan pada aquades. Pendispersian tersebut bertujuan untuk memastikan semua bahan terdispersi dengan sempurna sehingga ketika semua bahan dicampur bahan-bahan tersebut akan homogen. Setelah proses pembuatan, CPF didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang untuk menghilangkan gelembung udara yang terjerat di dalam CPF saat proses pembuatan. Gelembung udara yang terjerap dapat menyebabkan film yang terbentuk akan memiliki permukaan yang tidak merata.