Uji Pelepasan Zat Aktif dari Film

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4.3 Karaktersasi Film

4.3.1 Evaluasi Organoleptis

Berdasarkan pengamatan secara visual film A berwarna putih kekuningan, sedikit berbau amis, bengkok, dan lebih tebal dibandingkan dengan film yang lain. Film B berwarna putih, tidak berbau, dan bengkok. Film C berwarna putih kuningan, sedikit berbau amis, dan permukaan film kasar. Film D berwarna putih, mengkilap seperti plastik dan tidak berbau. Gambar 4.2 Gambar Makroskopik Keempat Formula Film A A, Film B B, Film C C, dan Film D D Film A dan B pada saat di sambung silang mengalami pengkerutan seperti gambar diatas. Diduga Hal ini terjadi karena pada saat proses sambung silang freeze thawing CPF mengalami sineresis yaitu proses keluarnya cairan dari dalam gel yang menyebabkan gel menjadi mengkerut. Sineresis diperkirakan terjadi akibat struktur serabut gel yang terus-menerus mengasar pada proses pembekuan sehingga menimbulkan suatu efek penekanan keluar. Martin et al., 2011. Film C dan D tidak mengalami proses sambung silang sehingga film yang terbentuk tetap mengikuti bentuk cetakannya. A B C A D A UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4.3.2 Pengukuran Ketebalan Film

Berdasarkan pengujian yang dilakukan ketebalan pada setiap film sambung silang bervariasi baik pada film A, B, C maupun film D. Meskipun sudah menggunakan cetakan yang terbuat dari bahan akrilik yang memiliki permukaan yang rata, ketebalan film tetap bervariasi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perbedaan ini terjadi. Ketebalan yang bervariasi ini dapat disebabkan oleh ukuran cetakan yang terlalu sempit yang menyebabkan film dapat tertarik ketengah pada saat pengeringan sehingga film pada posisi tengah cetakan lebih besar daripada bagian pinggir cetakan. Proses sambung silang juga sangat berpengaruh seperti pada film A, Hal ini sudah dijelaskan pada evaluasi organoleptis. Ketebalan film sambung silang akan meningkat secara signifikan dengan adanya natrium alginat dan penambahan metronidazol juga dapat meningkatkan ketebalan film Sarheed et al., 2015. Tabel 4.2 Ketebalan Film Formula Ketebalan mm A 1,24 ±0,03 B 0,44±0,04 C 0,20±0,02 D 0,22±0,01 Berdasarkan data hasil pengujian, terlihat bahwa ketebalan yang dimiliki film D lebih besar dibandingkan dengan film C. Hal ini tidak sesuai jika didasarkan pada polimer yang terkandung di dalam masing-masing film. Film C mengandung polimer yang lebih banyak dibandingkan film D di mana film C terdiri dari polimer PVA dan NA sedangkan film D hanya terdiri dari PVA. Oleh sebab itu film C seharusnya memiliki ketebalan yang lebih besar dibandingkan film D. Hal ini dapat terjadi diduga karena pada saat pengujian titik uji yang diambil tidak mewakili ketebalan film secara keseluruhan. Di mana titik uji yang diambil yaitu pada 9 titik meliputi 3 titik pada setiap bagian atas, tengah dan bawah film. Pada organoleptis makroskopis dapat dilihat bahwa terdapat daerah yang terlihat bening dibagian pinggir film sedangkan pada bagian tengah film