UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Pada penelitian pendahuluan dibuat film yang terdiri dari PVA dan NA dengan konsentrasi awal yaitu 5:1. Film ini dibuat dengan variasi konsentrasi dari
NA dengan pemanasan 50
o
C selama 24 jam dan bobot film yang dicetak sebanyak 10 gr.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap formula seperti yang tertera pada tabel di atas. Hal ini dapat terjadi karena
perbedaan konsentrasi NA yang digunakan dalam film. Dari ketiga formula uji, F2 dianggap memiliki karakteristik yang palik baik, oleh karena itu pengujian akan
dilanjutkan dengan menggunakan F2 sebagai formula film yang akan dievaluasi dan akan menggunakan metronidazol sebagai model zat aktif.
4.1.2 Preparasi Film Sambung Silang
Film dibuat mengandung obat metronidazol dengan dosis sebesar 0,75, dosis tersebut merupakan dosis untuk sediaan topikal yang tertera pada USP.
Dosis yang digunakan merupakan dosis zat aktif yang akan dimasukkan dalam sediaan yang akan dibuat. Sehingga dilakukan uji evaluasi untuk melihat kadar
akhir metronidazol dalam film. Sediaan film ini dibuat dengan menggunakan pelarut aquades dan juga
menggunakan plasticizer yaitu gliserin sebanyak 2. Penggunaan gliserin pada sediaan film ini adalah hasil optimasi dimana pada uji pendahuluan film dibuat
tanpa penambahan plasticizer menghasilkan film yang keras dan kaku. Pengunaan plasticizer di dalam formula sangat berkaitan dengan peningkat elastisitas dan
sifat plastis dari film Rudyardjo, 2014. Untuk membuat larutan cairan pembentuk film CPF, masing-masing
bahan terlebih dahulu harus didispersikan pada aquades. Pendispersian tersebut bertujuan untuk memastikan semua bahan terdispersi dengan sempurna sehingga
ketika semua bahan dicampur bahan-bahan tersebut akan homogen. Setelah proses pembuatan, CPF didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang untuk menghilangkan
gelembung udara yang terjerat di dalam CPF saat proses pembuatan. Gelembung udara yang terjerap dapat menyebabkan film yang terbentuk akan memiliki
permukaan yang tidak merata.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.2 Karakterisasi Cairan Pembentuk Film 4.2.1 Evaluasi Organoleptis
Pengamatan secara visual terhadap organoleptis CPF menunjukkan bahwa terdapat adanya NA di dalam formula menyebabkan perbedaan yang signifikan
pada penampakan visual CPF. CPF A PVAA-NA merupakan koloid yang homogen, keruh, berwarna putih kekuningan, dan sedikit berbau amis, sedangkan
CPF B PVA merupakan koloid yang homogen, jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Perbedaan ini disebabkan karena CPF A membentuk koloidal yang lebih
besar karena polimer PVA dikombinasi dengan NA.
Gambar 4.1 Larutan CPF PVA-NA A, Larutan CPF PVA B
4.2.2 Evaluasi Viskositas
Uji viskositas cairan pembentuk film CPF menggunakan alat viskotester HAAKE 6R spindel R2 pada kecepatan 30 rpm. Kedua CPF memiliki perbedaan
viskositas yang cukup besar. Berdasarkan hasil pengukuran viskositas CPF A memiliki nilai viskositas 1077 cPs dan CPF B memiliki nilai viskositas 265 cPs.
Hal ini disebabkan karena NA jika didispersikan dari dalam air membentuk koloid yang lebih kental dibandingkan PVA yang kemudian mempengaruhi nilai
viskositas CPF PVA-NA menjadi lebih besar.
A B