Prosedur Penelitian Alat Penelitian

Desain alat dalam penelitian ini adalah: Resistivitymeter 1 C 1 P 2 P 2 C Permukaan tanah titik sounding Gambar 3.3 Konfigurasi sistem kerja alat Resistivitymeter. Arus searah dari sumber DC dialirkan ke resistivitymeter untuk diubah menjadi arus bolak-balik AC dengan frekuensi rendah, kemudian diinjeksikan di permukaan bumi melalui dua elektrode arus 1 C dan 2 C dan dua elektrode potensial 1 P dan 2 P . Meskipun dilakukan penginjeksian arus dan beda potensial, pada alat resistivitymeter ini tidak menampilkan nilai arus I dan beda potensial V , tetapi hasil yang ditampilkan dalam resistivitymeter langsung berupa harga resistansinya R .

3.6 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan teknik sampling, yaitu mengambil beberapa daerah lokasi penelitian yang dijadikan sebagai sampel. Sampel yang dimaksud disini adalah titik sounding. Pengambilan titik sounding didasarkan pada Ampermeter Voltmeter A N B Sumber arus DC M 2 MN 2 AB kondisi lokasi penelitian yang pernah longsor dan diperkirakan rawan longsor, serta berpotensi sebagai pemicu longsor. Dari beberapa titik sounding yang diambil diharapkan dapat mewakili seluruh daerah lokasi penelitian. Setelah menentukan titik sounding, selanjutnya ditentukan dan diukur panjang lintasan. Panjang lintasan didasarkan pada target kedalaman yang ingin dicapai, yaitu 70 m. Sehingga panjang lintasan minimal 140 m. Langkah-langkah pengambilan data dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan titik sounding. 2. Menentukan dan mengukur panjang lintasan berdasarkan keadaan geografis di lapangan. 3. Mengukur spasi elektrode dan menandai dengan pasak. Pengukuran ini disesuaikan dengan aturan konfigurasi Schlumburger sounding, sehingga jarak spasi antar elektrode berubah-ubah. 4. Memasang keempat elektrode yaitu elektrode arus dan elektrode potensial pada titik-titik yang sudah ditandai dengan pasak. 5. Menghubungkan keempat elektrode tersebut dengan resistivitymeter. 6. Mengaktifkan resistivitymeter, kemudian menginjeksikan arus listrik ke permukaan tanah.. 7. Mencatat nilai resistansi R dengan error yang terbaca dalam resistivitymeter 5 8. Menghitung nilai resistivitas semu a ρ . 9. Melakukan pengukuran seperti langkah 1 sampai 8 pada titik sounding ke-2 sampai ke-10.

3.7 Teknik Penyajian dan Analisa Data

Dari data hasil pengukuran yaitu R dan K kemudian dilakukan perhitungan dengan software Exel untuk menentukan nilai resistivitas semu apparent resistivity a ρ dengan menggunakan persamaan 2.56: R MN MN AB a               −       = 4 2 2 2 π ρ Setelah itu dibuat grafik hubungan antara harga a ρ dengan kedalaman efektifnya 2 AB . Nilai resistivitas semu dari hasil perhitungan diolah dengan menggunakan software IPI2WIN untuk inversi dua dimensi. Dari inversi 2-D tersebut diperoleh penampang resistivitas dari berbagai titik sounding yang menggambarkan inversi harga distribusi resistivitas lapisan bawah permukaan. Penampang resistivitas ditampilkan dalam bentuk citra warna yang berbeda dan disertai dengan kedalaman lapisan tanah yang diteliti, dengan warna tertentu menunjukkan harga resistivitas yang tertentu pula. Harga resistivitas yang diperoleh adalah resistivitas real dari lapisan tanah tersebut. Adanya warna-warna yang berbeda pada citra bawah permukaan dapat digunakan untuk menggambarkan struktur lapisan bawah permukaan daerah rawan longsor yang didasarkan pada harga resistivitas dari jenis tanah dan batuan dari tabel 2.1 dan didasarkan pada hasil pengeboran bawah tanah daerah penelitian oleh tim penelitian dari Institut Teknologi Surabaya ITS, yang menunjukkan bahwa jenis tanah di daerah penelitian berupa lempung, lempung lanauan, lanau berpasir, dan lapisan lempung yang kendap air. Interpretasi terhadap tingkat kerawanan dari titik-titik sounding didasarkan pada keadaan struktur lapisan bawah permukaan. Lapisan yang berpotensi sebagai pemicu longsor menunjukkan adanya ketidakseragaman atau anomali yang ditunjukkan dengan harga resistivitas yang jauh berbeda dengan lapisan yang lainnya dari suatu struktur lapisan bawah permukaan atau dalam satu titik sounding Prayogo, 2003: 46. Nilai resistivitas biasanya sangat rendah atau sangat tinggi. Dikarenakan obyek dalam penelitian ini adalah daerah rawan longsor, maka anomali ditunjukkan dengan nilai resistivitas yang sangat rendah, dalam artian kandungan air dalam