BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di daerah rawan longsor yang terletak di dusun Darungan, desa Kemuninglor, kecamatan Arjasa, kabupaten Jember. Desa ini terletak
di sebelah utara Kecamatan Arjasa dengan ketinggian 500 m di atas permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata tiap tahunnya mencapai 1000 – 1500 mm. Alasan
dari pemilihan tempat tersebut adalah: 1.
Keadaan geografis dusun Darungan berupa dataran tinggi dengan lereng dan tanah miring yang bertebing, serta merupakan daerah yang paling rawan diantara
daerah-daerah lain yang ada di desa Kemuninglor. 2.
Tanah hutan gundul. 3.
Desa Kemuninglor khususnya di dusun Darungan terancam rawan longsor. 4.
Dimungkinkan masih akan terjadi longsor berikutnya, jika ditinjau dari kondisi dan kestabilan tanahnya.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 - 15 April 2006. Alasan pemilihan waktu tersebut adalah pada bulan April sudah terjadi pergantian musim penghujan
menjadi musim kemarau. Sedangkan tanah longsor biasanya terjadi pada musim penghujan, sehingga pelaksanaan penelitian harus dilaksanakan pada musim
penghujan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran struktur lapisan bawah permukaan daerah rawan longsor pada saat kondisi tanah jenuh air, sehingga dapat
diprediksi faktor apa saja yang dapat mendorong dan memicu suatu tanah untuk longsor.
Salah satu bagian lokasi penelitian ditunjukkan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Daerah rawan bencana longsor di dusun Darungan desa Kemuninglor.
3.2 Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya penafsiran-penafsiran yang salah terhadap variabel-variabel yang terkandung dalam penelitian ini, perlu adanya pengertian dari
variabel-variabel tersebut, yaitu: 1.
Struktur tanah Merupakan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah dalam golongan dan
agregat atau bongkahan sebagai indikator untuk menggambarkan struktur tanah daerah rawan longsor dengan menggunakan nilai resistivitas atau tahanan jenis.
2. Daerah rawan longsor Merupakan suatu daerah yan ikatan antar lapisan tanahnya melemah, sehingga
mengalami gangguan kestabilan akibat pori-pori tanah terisi oleh air karena curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka air tanah. Daerah rawan longsor yang
dipilih dalam penelitian ini adalah dusun Darungan desa Kemuninglor karena telah mengalami dua kali longsoran dan kemungkinan besar masih akan terjadi
longsor berikutnya, jika ditinjau dari keadaan geografis dan kestabilan tanahnya. 3. Kelistrikan lapisan bawah permukaan.
Merupakan sifat resistivitas ρ
dari pengukuran arus dan beda potensial tanah atau batuan untuk mempelajari keadaan geologi di bawah permukaan bumi. Nilai
ρ yang diperoleh dari penampang resistivitas dapat digunakan untuk
menggambarkan struktur tanah bawah permukaan daerah rawan longsor yang didasarkan pada tetapan nilai resistivitas jenis tanah dan batuan.
4. Titik Sounding Merupakan titik tengah dari penginjeksian dua elektrode arus yang membagi dua
panjang lintasan. Pada titik sounding ini yang akan dilihat struktur lapisan bawah permukaan secara vertikal.
5. Lapisan pemicu longsor Merupakan lapisan tanah yang berpotensi sebagai pendorong dan pendukung
terjadinya longsor. Lapisan pemicu longsor timbul karena kondisi tanah yang tidak stabil dan melapuk akibat terbebaninya tanah oleh rembesan air hujan,
adanya sumber air pada kaki lereng, getaran atau goncangan dari kendaraan bermotor, tata guna lahan yang kurang tepat, dan kadar mineral atau struktur
kimia dalam tanah. Pada penelitian ini tidak meneliti struktur kimia dalam tanah atau batuan, sehingga faktor ini dapat diabaikan.