Gangguan Dalam TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Kelistrikan

2.9 Daerah Rawan Longsor

Suatu daerah dikatakan rawan longsor, jika ikatan antar lapisan tanahnya melemah, sehingga mengalami gangguan kestabilan akibat pori-pori tanah terisi oleh air karena curah hujan yang tinggi. Faktor penyebab terjadinya longsor dapat berupa faktrol pengontrol dan faktor pemicu longsor. Faktor pengontrol dapat berupa kemiringan lereng, kondisi dan penyusun tanah atau batuan, dan keadaan titik air tanah. Sedangkan faktor pemicu dapat berupa peningkatan kandungan air akibat rembesan air hujan, adanya sumber air pada kaki lereng, getaran atau gempa, pemotongan kaki lereng, dan tata guna lahan yang menyalahi aturan. Lapisan tanah yang berpotensi sebagai pemicu longsor dicirikan dengan kondisi tanah yang lapuk, lembek, lekat, dan jenuh air. Sifat tanah seperti ini terdapat pada tanah lempung. Berdasarkan tabel 2.1, ditunjukkan bahwa harga resistivitas untuk tanah lempung sangat rendah, karena daya serap lempung terhadap air sangat tinggi, sehingga kandungan air dalam lempung sangat tinggi dengan kadar air 45 Roy, 1984. Sedangkan harga resistivitas lanauan pasiran dan batuan dasar lebih besar, karena kandungan airnya rendah, sehingga bersifat lebih kompak, lebih stabil dan kemungkinan untuk terjadinya longsor sangat kecil. Berdasarkan analisa ini, maka tabel 2.1 tentang harga resistivitas jenis tanah dan batuan dapat digunakan sebagai indikator pada penelitian lingkungan daerah rawan longsor. Hal ini didukung dengan hasil pengeboran dari bawah tanah daerah rawan longsor di desa Kemuninglor, oleh tim penelitian dari Institut Teknologi Surabaya ITS yang menunjukkan struktur tanah yang sama, yaitu tanah lempung, lempung lanauan, lanauan pasiran, dan adanya lapisan lempung yang kedap air Balitbangda, 2003. Lapisan kedap air ini merupakan lapisan pemicu adanya longsor, karena dapat memberikan takanan air pori yang cukup besar, sehingga dapat merenggangkan ikatan antar butiran tanah yang dapat menyebabkan naiknya muka air tanah. Menurut Prayogo, S. 2003, dalam penelitiannya tentang pendisrtribusian tahanan jenis tanah bawah permukaan daerah rawan longsor di desa Lumbang Rejo, Pasuruan, menunjukkan struktur tanah daerah penelitian sama dengan tabel 2.1.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah rawan longsor yang terletak di dusun Darungan, desa Kemuninglor, kecamatan Arjasa, kabupaten Jember. Desa ini terletak di sebelah utara Kecamatan Arjasa dengan ketinggian 500 m di atas permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata tiap tahunnya mencapai 1000 – 1500 mm. Alasan dari pemilihan tempat tersebut adalah: 1. Keadaan geografis dusun Darungan berupa dataran tinggi dengan lereng dan tanah miring yang bertebing, serta merupakan daerah yang paling rawan diantara daerah-daerah lain yang ada di desa Kemuninglor. 2. Tanah hutan gundul. 3. Desa Kemuninglor khususnya di dusun Darungan terancam rawan longsor. 4. Dimungkinkan masih akan terjadi longsor berikutnya, jika ditinjau dari kondisi dan kestabilan tanahnya.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 - 15 April 2006. Alasan pemilihan waktu tersebut adalah pada bulan April sudah terjadi pergantian musim penghujan menjadi musim kemarau. Sedangkan tanah longsor biasanya terjadi pada musim penghujan, sehingga pelaksanaan penelitian harus dilaksanakan pada musim penghujan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran struktur lapisan bawah permukaan daerah rawan longsor pada saat kondisi tanah jenuh air, sehingga dapat diprediksi faktor apa saja yang dapat mendorong dan memicu suatu tanah untuk longsor.