9 asam nikotinat 0.63-0.89 mg100g, Vitamin C 0.005-0.01, Vitamin A
1.9-2.9 mg100g, thiamine 10- 70 g100g, riboflavin 1.9-30 g100g
Depkes RI, 1989; Guha, 2006.
2.1.7. Khasiat dan Kegunaan
Sirih Piper betle L. sudah lama dan sering digunakan dalam pengobatan tradisional secara empiris oleh masyarakat di Indonesia serta
bangsa –bangsa lainnya di Asia. Luka dan gatal-gatal dapat diobati dengan
cara menempelkan daun sirih yang telah ditumbuk halus pada baigan yang luka atau gatal. Daun sirih juga dapat digunakan untuk mengobati batuk,
sakit gigi dan sariawan, bila dimakan dengan pinang dan kapur sirih diyakini mampu menguatkan gigi agar tidak mudah tanggal Muchlisah,
1995. Penelitian secara ilmiah telah banyak mengungkapkan khaisiat dari
tanaman sirih Piper betle L., beberapa diantaranya menunjukan bahwa daun sirih memiliki aktivitas sebagai anti mikroba terhadap Streptococcus
mitis, Streptococcus sanguis dan Actinomyches viscous yang menghasilkan plaque pada gigi serta Sterptococcus mutans yang menyebabkan caries
pada gigi Nalina dan Rahim, 2007. Selain memiliki aktivitas sebagai antimikroba, isolat dari daun sirih
yaitu hidroxychavicol menunjukkan aktivitas anti fungi terhadap candida albicans Ali et al, 2010, juga memiliki kemampuan dalam menangkal
radikal bebas atau sebagai antioksidan serta dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Sharma et al, 2008.Infus daun sirih bersifat bakterisid
terhadap bakteri yang sering menyebabkan infeksi akut pada saluran napas
10 bagian atas ISPA yaitu Staphylococcus auerus, Haemophilus influenzae
dan Streptococcus haemoliticus Hermawan, 2007. Sedian gel antiseptik dengan bahan aktif 15 ekstrak air daun sirih memiliki daya antiseptik
setara dengan sediaan gel yang mengandung fenol yang beredar di pasaran dan dua kali lebih besar dari sedian gel yang mengandung
triklosan Sari dan Isdiartuti, 2006.
2.2. Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah
sediaan kental
yang diperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan Depkes RI, 2000. Sedangkan ekstraksi adalah teknik untuk menarik senyawa aktif
dari suatu simpilisia atau teknik untuk memisahkan material terlarut dari jaringan tumbuhan dengan menggunkan pelarut yang sesuai. Pemilihan
pelarut merupakan hal yang penting dalam pembuatan ekstrak, karena senyawa aktif pada tumbuhan memiliki afinitas tertentu terhadap pelarut
Singh, 2002. Ekstrak dapat dibuat dengan beberapa tahapan yaitu pembuatan
serbuk simplisia, penambahan cairan pelarut, pemurnian ekstrak dari senyawa yang tidak dikehendaki, yang terakir ialah pengeringan ekstak
dari pelarut Depkes RI, 2000.