28
Organoleptis: Hydroxypropyl cellulose adalah serbuk putih atau
kuning, tidak berasa dan berbau.
Ukuran partikel: 20µm
Densitas nyata:0,37 gml
Densitas mampat:0,55 gml
Kompresibilitas: 32,7
Sudut henti: 50
o
Kestabilan: Serbuk Hydroxypropyl cellulose merupakan
material yang stabil.
Kegunaan: Hydroxypropyl cellulose sering digunakan dalam formulasi tablet sebagai pengikat pada granulasi basah dan
cetak langsung ,penyalut, dan matriks tablet lepas lambat. Hidroxypropil cellulose tipe serbuk sangat halus HPC-SSL-
SFP memiliki kemampuan deformasi yang baik sehingga dapat digunakan sebagai pengikat kering dengan konsentrasi
yang rendah dan bermanfaat bagi bahan aktif yang kompresibilitasnya buruk Rowe, 2009; Abe et al 2011.
4 Laktosa aglomerated α-lactose monohydrate
Nama kimia: laktosa monohidrat
Rumus struktur:
Gambar 5. Rumus struktur laktosa
29
Sinonim: CapsuLac; GranuLac; Lactochem; lactosum monohydricum; Pharmatose; SuperTab 30GR; Tablettos.
Rumus molekul dan bobot molekul: C
12
H
22
O
11
.H2O dan 360.31
Organoleptis: Laktosa merupakan serbuk atau kristal berwarna
putih, tidak berbau dan memiliki rasa manis setara dengan 20 sukrosa.
Ukuran partikel: 630 µm
Densitas nyata:
0.57 gcm
3
Densitas mampat: 0.72 gcm
3
Ketidaktercampuran: Terjadi reaksi antara laktosa dengan zat
yang mengandung gugus amina primer yang ditandai dengan berubahnya warna produk obat menjadi kecoklatan reaksi
Maillard.
Kegunaan: Laktosa tersedia dalam beberapa jenis tergantung dari variasi sifat fisiknya seperti ukuran partikel dan
karakteristik aliran
.
Laktosa yang digunakan untuk pembuatan tablet dengan metode kempa langsung tersedia dalam bentuk
laktosa tergranulasi agglomerated a-lactose monohydrate,
laktosa spray dried dan laktosa anhidrat Rowe, 2009.
5 Magnesium stearat
Nama kimia:
Garam magnesium asam oktadekanoik
Rumus molekul dan bobot molekul: C
36
H
70
MgO
4
dan 591.24
30
Organoleptis: Berbentuk serbuk putih halus dengan bau lemah
khas dan mudah melekat dikulit.
Ketidak tercampuran: Tidak tercampur dengan asam kuat,
basa,garam besi, agen oksidasi kuat.
Kegunaan: Fungsi utama mangnesium stearat adalah sebagai lubrikan pada pembuatan kapsul dan tablet pada konsentrasi
0,25-5 Rowe, 2009. 6
Talkum
Nama kimia: Talkum
Rumus molekul :
Mg
6
Si
2
O
5 4
OH
4
Oganoleptis: Berbentuk serbuk sangat halus, putih atau putih
kelabu, berkilat dan mudah melekat pada kulit.
Ketidak tercampuran: Tidak tercampur dengan senyawa
ammonium kuartener.
Kegunaan: Selain memiliki fungsi sebagai lubrikan, talkum
juga berfungsi glidan dan antiadheren, digunakan dengan
konsentrasi 1-10 Rowe, 2009.
31
BAB III KERANGKA KONSEP
Daun sirih telah terbukti memiliki efek imunomodulator pada mencit secara in vivo
sehingga perlu dilakukan penelitian melalui pe mbuatan sedian tablet hisap untuk mengetahui
efek imunomodulator pada manusia.
Tanaman sirih dideterminasi di herbarium bogoriense
Pembuatan serbuk ekstrak Karakterisasi
ekstrak : 1.Organoleptik
2.Susut
pengeringan 3.Kadar air
4.Kadar abu Evaluasi
serbuk ekstrak: 1.
Kadar air 2.
Laju alir 3.
Sudut henti 4.
Kompresibil itas
Pembuatan simplisia daun sirih
Pembuatan serbuk daun sirih Penapisan
fitokimia Pembuatan ekstrak kental
Pembuatan tablet hisap secara kempa langsung
Pencampuran serbuk ekstrak dan bahan-bahan tambahan tablet eksipien
Evaluasi massa cetak tablet:
1. Kadar air
2. Laju alir
3. Sudut henti
4. Kompresibil
itas Tablet hisap
Evaluasi tablet: 1.
Organoleptis 2.
Keseragaman ukuran
3. Kekerasan
4. Keregasan
5. Waktu hancur
Uji kesukaan Hedonic Test
32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisi Produk Bahan Alam dan Laboratorium Teknologi Sediaan Padat Jurusan Farmasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitan berlangsung kurang lebih 3 bulan dari bulan Januari 2012 sampai dengan
Maret 2012.
4.2. Alat dan Bahan Penelitian
4.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pencetak tablet single punch Erweka GDT, desikator, hardness tester Erweka
TBH 28, friabilator Erweka TAR, disintergration tester Erweka 273, moisture content balance Ohaus MB45, seiving analyzer, tap density
tester Erweka SVM 201 neraca analitik Precisia XT 220A, jangka sorong, ayakan, evaporator, alat-alat gelas Pyrex.
4.2.2. Bahan
Daun sirih Piper betle L., HPC-SSL-SFP Nisso, agglomerated α-lactose Kimia Farma, dekstrosa Brataco, sukralosa, magnesium
stearat Brataco, talkum Brataco, avicel PH 102 Brataco, etanol 70, vanillin, aquades.
33
4.3. Metode Penelitian
4.3.1. Determinasi Tanaman
Sebelum penelitian, daun sirih Piper Betle L. terlebih dahulu dideterminasi untuk memastikan kebenaran simplisia. Determinasi
dilakukan di Herbarium Bogoriensi, Bogor.
4.3.2. Pembuatan Simplisia Daun Sirih
Simplisia daun sirih dibuat dengan beberapa tahapan yaitu: 1.
Sortasi basah Daun sirih segar dipilih yang kondisi fisiknya paling baik, kemudian
dibersihkan dari kotoran atau bahan asing yang melekat dan dipisahkan dari bagian tanaman yang tidak diperlukan.
2. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air mengalir dan bersih yang ditujukkan untuk mengilangkan pengotor yang sulit dihilangkan
saat sortasi basah dan meminimalisasi jumlah mikroba yang berperan dalam pembusukan tanaman.
3. Pengeringan
Simplisa dikeringkan di tempat teduh atau tanpa memanfaatkan panas matahari langsung, cara ini dilakukan pada tanaman yang kandungan
utamanya minyak atsiri atau kandungan kimianya bersifat termolabil. 4.
Sortasi kering Prinsip sortasi kering sama dengan sortasi basah, tetapi dilakukan saat
bahan simplisia telah kering. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa simplisia telah benar-benar bebas dari benda asing.
34 5.
Pengubahan bentuk Penyerbukan Simplisia daun sirih diperkecil ukurannya atau diserbuk dengan tujuan
untuk mengoptimalisasikan proses ekstraksi Katno dkk, 2008.
4.3.3. Penapisan Fitokimia Depkes RI, 2000
Uji penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak daun sirh, meliputi alkaloid,
saponin, tannin flavanoid, glikosida, triterpen-steroid, kuinon, minyak atsiri dan kumarin.
a Identifikasi golongan alkaloid
Sebanyak kurang lebih 2 g serbuk simplisia dilembabkan dengan 5 ml ammonia 30 lalu digerus dalam mortar, ditambahkan 20 ml
kloroform dan digerus kuat-kuat, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh berupa larutan organik digunakan dalam percobaan berikutnya. Sebagaian
larutan ini lalu diteteskan pada kertas saring yang telah ditetesi preaksi Dragendroff, bila terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring
menunjukkan adanya alkaloid. Sisa larutan organik selanjutnya diekstraksi 2 kali dengan asam klorida 1:10. Ke dalam 2 tabung reaksi tuangkan
masing-masing 5 ml larutan organik yang telah diekstraksi tersebut, lalu ditambahkan beberapa tetes pereaksi Dragendroff pada tabung yang satu
dan pereaksi Mayer pada tabung yang lain. Terbetuk endapan merah bata dengan pereaksi Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer
membuktikan adanya alkaloid. b
Identifikasi golongan flavonoid
35 Sebanyak kurang lebih 2 g serbuk simplisia dididihkan dalam 100
ml air selama 5 menit, lalu disaring. Terhadap 5 ml filtrat ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium, 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil
alkohol, kemudian dikocok kuat dan dibiarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan
adanya senyawa flavonoid. c
Identifikasi golongan saponin Terhadap 10 ml larutan percobaan pada pemeriksaan flavonoid
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu dikocok kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya busa setinggi 1-10 cm yang stabil dalam
waktu lebih kurang 10 menit dan tidak hilang pada penambahan setetes asam klorida 1 persen menunjukkan adanya saponin.
d Pemeriksaan tanin
Sebanyak 2 g serbuk simplisia ditambahkan 100 ml air, didihkan selama 15 menit, didinginkan dan disaring dengan menggunkan kertas
saring lalu filtrat dibagi menjadi 2 bagian. Ke dalam filtrat pertama ditambahkan larutan besi III klorida 1, terbentuk warna biru tua atau
hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa golongan tannin. Ke dalam filtrat kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny formaldehid 30 : HCL
pekat = 2:1, lalu dipanaskan di atas penaggas air, terbentuk endapan merah muda menunjukkan adanya senyawa tanin katekuat. Selanjutnya
endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan bei III klorida 1, ternemtuk warna biru tinta
menunjukka adanya tanin galat.