dari berbagi sudut aspek ilmu untuk mendapatkan perbandingan. Pada sinposium diadakan sanggahan untuk umum terhadap suatu prasaran dan
sanggahan itu disusun secara tertulis.
34
c. Seminar
Seminar terdiri dari sekelompok ahli yang bertugas menjawab pertanyaan-pertanyaan hadirin atau mungkin pers. Para ahli tersebut
sebelumnya tidak diberi tahukan menenai pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan tetapi, biasanya mereka menguasai topik-topik yang
dibicarakan.
35
Dalam seminar membahas secara ilmiah, walaupun yang menjadi topik pembicaraan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan
untamanya adalah untuk memecahkan suatu masalah.
36
. Dalam seminar juga banyak hal yang harus dipersiapkan diantaranya:
1 Menentukan topik dan tujuan
Sebelum seminar dilaksanakan perlu ditentukan terlebih dahulu topik atau masalah yang akan diseminarkan.
2 Penentuan waktu dan tempat
Waktu seminar sebaiknya dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa sejarah atau nasional, umpamanya: Bulan bahasa, Hari Ibu, hari
Pendidikan Nasional. Jika seminar itu berskala kecil penentuan waktu perlu diperhatikan, sehingga dapat dihadiri oleh beberapa peserta.
3 Persiapan fasilitas
Segala kebutuhan dan kelancaran seminar sebaiknya dipersiapkan sebaik-baiknya. Seperti:
4 Tempat duduk yang memadai
Cahaya yang cukup terang dan sirkulasi udara yang menyegarkan dalam ruangan. Alat-alat peraga publikasi.
37
34
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara ..., hlm. 38.
35
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 23.
36
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 38.
37
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 27.
d. Pidato
Pidato adalah penyajian penjelasan lisan. Pidato merupakan keterampilan berbaha sasecara epektif, baik lisan maupun tulisan karang
mengarang. Pidato juga diartikan kegiatan berbicara dihadapan orang banyak,
Pidato juga diartikan berbicara dimuka umum dengan tujuan memberikan tambahan ilmu pengetahuan atau untuk mengajak para pendengar berpikir
dan bertindak seperti diberi nasihat kepada orang banyak.
38
1 Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam berpidato
a. Mempunyai tekad dan kemampuan bahwa seoarang pembicara mampu meyakinkan orang lain.
b. Memiliki pengetahuan yang luas, sehungga si pembicara dapat mengusai materi dengan baik.
c. Memiliki pembendahaaan kata yang cukup, sehingga si pembicara mampu mengungkapkan pidato dengan lancar dan meyakinkan.
39
2 Sistematika berpidato
Pembukaan, yaitu mengucap salam atau menyapa para hadirin a Menyampaikan pendahuluan, yang biasanya dilahirkan dalam
bentuk ucapan terima kasih, atau ungkapan kegembiraan, atau rasa syukur.
b Penyampaian isi pidato, yang diucapkan secara jelas dan dengtan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan dengan gaya
bahasa yang menarik. c Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato, supaya mudah diingat
oleh pendengar. d Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada
pendengar untuk melaksanakan isi pidato. e Menyampaikan salam penutup.
40
38
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 61 – 62.
39
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara …, hlm. 54.
40
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara …, hlm. 55.
3 Metode penyampaian dan penilaian dalam berpidato
Ada empat macam metode penyampaian lisan seperti pidato yang perlu diketahui, yaitu:
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, atau pendengar atau pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode
penyajian, atau sang pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih yaitu:
a. Penyampaian secara mendadak impromptu delivery Metode impromptu adalah metode penyampaian berdasarkan kebutuhan
tahuaan dan kemahirannya. sesaat. Tidak ada persiapan sama sekali, pembicara secara serta merta berbicara berdasarkan pengetahuan dan
kemahirannya. Kesanggupan dan kemampuannya menyampaikan lisan seperti pidato menurut metode ini sangat berguna dalam keadaan terdesak
atau terpaksa.
41
Kesanggupan dan kemampuan penyampaian lisan seperti pidato menurut metode ini sangat berguna dalam keadaan terdesak atau
terpaksa, namun kegunaannya terbatas pada waktu yang tidak terduga itu saja. Pembicara menyampaikan pengetahuannya yang ada, dikaitkan dengan
situasi dan kepentingan saat itu.
42
b. Penyampaian tanpa persiapan extemporaneous delivery Metode ekstemporan adalah metode berpidato dengan cara pembicara
menuliskan pokok-pokok pikiran yang akan disampaikan.
43
Uraian yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat
catatan-catatan yang penting, yang sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu. Kadang-kadang dipersiapkan konsep berupa naskah, namun tidak dihafal
kata demi kata. Dalam penyampaian lisan seperti pidato, pembicara dengan bebas berbicara dan bebas pula memilih kata-katanya sendiri. Catatan dan
konsep naskah yang dipersiapkannya hanya digunakan untuk mengingat urut-urutan topik pembicaraannya. Dengan metode ini pembicara dapat
41
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 67.
42
Midar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 65.
43
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa…, hlm. 67.
mengubah nada pembicaraannya sesuai dengan reaksi yang timbul pada para pendengar sementara pembicaraan berlangsung.
44
c. Penyampaian dari naskah delivery from manuscript Metode naskah
adalah metode naskah
yang benar-benar
dipersiapkan dengan cermat. Pembicara menyusun naskah terlebih dahulu sebelum pidato.
45
Pidato ini biasanya digunakan untuk acara-acara resmi.
pidato televisi dan radio. Metode ini sifatnya agak kaku, sebab bila tidak atau kurang melakukan latihan yang cukup, terjadi seolah-olah tidak ada hubungan
antara pembicara
dengan pendengar. Mata dan perhatian pembicara selalu ditujukan ke naskah, sehingga ia tidak bebas menatap pendengarnya.
Pembicara harus dapat memberi tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraannya. Untuk itu pembicara perlu melakukan
latihan yang intensif.
46
d. Penyampaian dari ingatan delivery from memory Metode ini merupakan kebalikan dari metode inpromtu. Pidato ini
disampaikan dengan metode ini dipersiapkan dan ditulis secara lengkap lebih dahulu.
47
Metode ini memerlukan konsentrasi yang kuat dalam penyampaiannya dari seorang pembicara kemudian dihafal kata demi kata.
Ada pembicara yang berhasil dengan metode ini, namun ada juga yang tidak. Pembicara dengan menggunakan metode ini sering menjemukan dan
tidak menarik, ada kecenderungan untuk berbicara cepat-cepat dan mengeluarkan kata-kata tanpa menghayati maknanya. Selain itu metode ini
juga sering menyulitkan pembicara untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan reaksi-reaksi pendengar keti ka menyampaikan uraiannya.
48
Cara manapun yang dipilih dalam berbicara dalam penyampaiannya, yang terpenting adalah bahwa usaha kita berhasil: komunikasi berjalan
lancar. Oleh karena itu ada baiknya bila kita mengetahui pula bagaimana caranya mengevaluasi keterampilan berbicara diantaranya:
44
Midar G arsad mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 66.
45
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 68.
46
Midar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 65.
47
. Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 67-68.
48
Midar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 65.
1. Apakah bunyi-bunyi tersendiri vokal, konsonan diucapkan dengan tepat?
2. Apakah pola pola intonasi, naik dan turunnya suara dan tekanan suku kata, memuaskan?
3. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi intrernal memahami makna yang
dipergunakannnya? 4. Apakah kata kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang
tepat? 5. Sejauh manakah” kewajaran yang tercermin bila seseorang berbicara?
Brook, 1964:252.
49
Mengevaluasi keterampilan berbicara juga dapat dilakukan secara berbeda-beda pada setiap jenjangnya. Misalnya pada sekolah dasar,
kemampuan menceritakan, berpidato, dan lain-lain dapat dijadikan dalam bentuk evaluasi. Seseorang dianggap memiliki kemampuan berbicara
selama ia mampu berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
50
Dalam pengajaraan berbahasa Indonesia yaitu dalam keterampilan berbicara memiliki berbagai hal dalam menilai, baik dari pelafalan anak itu
sendiri secara individual maupun secara berkemampuan yang telah diklasifikasikan dan telah ditentukan dalam pembelajarannya.
4. Strategi pengajaran keterampilan berbicara