menyebabkan masalahnya menjadi menarik.
69
Suara yang monoton dan membosankan merupakan pembunuh nomor satu dalam suatu penyajian.
Sebagian besar dari arti yang ingin dikatakan akan hilang apabila dalam bicaranya tidak memiliki suara yang menyenagkan
70
3. Pilihan Kata Diksi Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. jelas maksudnya
mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan
kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif dari pada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-
kata yang berasal dari bahasa asing. 4. Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.
Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun
kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, Sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.
71
b. Faktor-Faktor Nonkebahasaan
Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan seperti yang sudah diuraikan di atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor
nonkebahasaan. Bahkan dalam pembicaraan formal, faktor nonkebebasan ini sangat mempengaruhi keefektivan berbicara. Dalam proses belajar-mengajar
berbicara, sebaiknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, sehingga kalau faktor nonkebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan
penerapan faktor kebahasaan. Diantara faktor nonkebahasaan ialah:
1 Faktor penampilan.
69
Maidar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 18.
70
John W. Osborne, Kiat Berbicara…, hlm. 47.
71
Maidar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 18.
Jangan sekali-kali meremehkan faktor penampilan. Dalam berbicara yang tampil didepan umum atau diatas podium menjadi sorotan yang dilihat oleh
masa. Kadang sedetik pun tidak ada yang mata yang berhenti menatapinya. Kunci sukses seorang pembicara adalah kebriliananya dalam memadukan
konsep berpikir, bergaya, berintonasi, dan berpenampilan.
72
a Pandangan mata terhadap audiens
Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara, pandangan pembicara sangat membantu. Hal ini sering
diabaikan oleh pembicara. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan.
73
b Kesehatan
Menjaga kesehatan sangat penting karena kesehatan
akan mempengaruhi produktivitas seorang. Begitu pula halnya dalam
berpidato, seorang pembicara mampu tampil prima karena ditunjang faktor kesehatan.
c Pakaian Idealnya, seorang pembicara berpakaian rapih. Kategori rapih ialah
yang sesuai dengan pakaian formal. Misalnya, baju dimasukan, brsepatu, berkaus kaki, dan baju disetrika. Usahakan setiap hadir
dalam acara apapun selalu berkemeja dan bersepatu. Namun, jangan lupa memakai kaus kaki karena hal ini selalu diperhatikan orang.
d Kulit Tingkatan selebritis seperti aktor, aktris, dan penyanyi selalu
memperhatikan kesehatan kulit mereka karena mereka sadar betul dunia mereka yang selalu menjadi sorotan publik. Begitu juga bagi
seorang pembicara. Memelihara kulit bukan berarti modis. Setidaknya kulit tidak menggangu.
74
72
Muhammad Muflih, Menjadi Orator…, hlm. 35.
73
Maidar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 21.
74
Muhammad Muflih, Menjadi Orator…, hlm. 36-37.
2 Faktor Pribadi
Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang
kurang menarik. Padahal kesan pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar.
75
Berikut ini adalah cara atau yang harus dimilki diri dalam penampilan di atas podium .
a Kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dalam menyampaikan isi
pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik,
bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Namun, tidak berarti si pembicara begitu saja mengikuti pendapat orang lain dan
mengubah pendapatnya, tetapi ia juga harus mampu mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain. Tentu saja kalau pendapatnya
itu mengandung argumentasi yang kuat, yang betul-betul diyakini kebenarannya.
b Gerak-gerik dan mimik yang tepat. Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektivan berbicara. Hal-hal yang penting selain
mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku.
76
Melatih mimik tidak jauh bebeda dengan melatih mata dan mulut. Hanya saja bagian yang digunakan dalam mimik ini lebih banyak. Apa
yang digerakan wajah, itulah mimik yang diekspresiakan pada waktu itu. Sesuaikanlah gerakan mimik wajah itu dengan pembicaraan yang
sedang diungkapkan. Kunci keberhasilan ini adalah sabar dan rileks.
77
c Kenyaringan suara juga sangat menentukan. Tingkat kenyaringan ini ten- tu disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik.
Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak. Kita aturlah kenyaringan suara kita supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas,
dengan juga mengingat kemungkinan gangguan dari luar.
75
Maidar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 20.
76
Maidar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 21.
77
Muhammad Muflih, Menjadi Orator…, hlm. 11.
d Kelancaran. Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan
pendengar menangkap isi pembicaraannya, Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang
terputus itu dise- lipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi
ее, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan
menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya.
e RelevansiPenalaran. Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan de-
ngan logis. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan
kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.
f Penguasaan Торік. Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan.
Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan
kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.
78
c. Faktor Kepribadian sebagai Penunjang Keterampilan Berbicara