berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman dan berbicara adalah pancaran pribadi.
26
3. Prinsip Umum yang Mendasari Kegiatan Berbicara
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang, tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh satu orang dan hal ini sering terjadi misalnya oleh
orang yang sedang mempelajari banyak bunyi-bunyi bahasa serta maknanya atau oleh seseorang yang meninjau kembali.
b. Menggunakan sandi linguistik yang dipahami bersama, bahkan andai kata pun dipergunakan dua bahasa namun setting pengertian,
pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya. 4 Merupakan suatu pertukaran antara partisipan, kedua pihak partisipan
yang memberi dan menerima dalam pembicaraan sating bertukar sebagai pembicara dan penyimak.
5 Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan lingkungan dengan segera. Perilaku lisan sang pembicara selalu
berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan, dan sang penyimak sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat timbal balik
antara dua arah.
6 hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengaran vocal and auditory
apparatus. 7 secara tidak pandang bulu menghadap apa yang nyata dan apa yang
diterima sebagai dalil.
27
4. Jenis-jenis Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, pidato menjelaskan,
26
Iskandar Wassid, Strategi Pembelajaran…, hlm. 286.
27
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai…, hlm. 16.
menghibur, ceramah, dan sebagainya. Jenis-jenis keterampilan berbicara tersebut adalah:
a. Diskusi
Diskusi, berasal dari kata Latin “discutere”, yang berarti bertukar pikiran. Akan tetapi belum tentu setiap kegiatan bertukar pikiran dapat
dikatakan berdiskusi. Diskusi pada dasarnya adalah suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik kelompok kecil atau besar, dengan
tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
28
Diskusi juga diartikan suatu metode untuk memecahkan masalah-masalah dengan proses berpikir kelompok.
29
Panel adalah suatu bentuk diskusi yang dihadapkan sejumlah partisipan atau pendengar.
30
Suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai enam orang ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan pandangannya dari
berbagai segi mengenai suatu masalah.
31
Diskusi ini melibatkan sekelompok kecil peserta yang melakukan pembicaraan secara informal
tentang sesuatu topik tertentu yang sebelumnya telah diselidiki dengan teliti oleh para peserta diskusi.
32
b. Simposium
Sinposium terdiri dari serangkaian presentasi yang disampaikan secara singkat tetapi formal berkaitan tentang suatu tema dan topik.
Sesudah presentasi formal, para anggota sinposium diperkenankan menjawab pertanyaan yang diajukan para peserta yang mengadakan suatu
panel diskusi di antara mereka sendiri.
33
Masalah yang dibahas dalam simposium mempunyai ruang lingkup yang luas, sehingga dapat ditinjau
28
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, Jakarta: Erlangga, 1988, hlm . 37.
29
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai …, hlm. 36.
30
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1981, hlm. 112.
31
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai…, hlm. 40.
32
Siti Sahara, dkk., Keteramilan Berbahasa Indonesia, Jakarta: FITK UIN, 2009, hlm. 22
33
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 23.
dari berbagi sudut aspek ilmu untuk mendapatkan perbandingan. Pada sinposium diadakan sanggahan untuk umum terhadap suatu prasaran dan
sanggahan itu disusun secara tertulis.
34
c. Seminar
Seminar terdiri dari sekelompok ahli yang bertugas menjawab pertanyaan-pertanyaan hadirin atau mungkin pers. Para ahli tersebut
sebelumnya tidak diberi tahukan menenai pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan tetapi, biasanya mereka menguasai topik-topik yang
dibicarakan.
35
Dalam seminar membahas secara ilmiah, walaupun yang menjadi topik pembicaraan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan
untamanya adalah untuk memecahkan suatu masalah.
36
. Dalam seminar juga banyak hal yang harus dipersiapkan diantaranya:
1 Menentukan topik dan tujuan
Sebelum seminar dilaksanakan perlu ditentukan terlebih dahulu topik atau masalah yang akan diseminarkan.
2 Penentuan waktu dan tempat
Waktu seminar sebaiknya dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa sejarah atau nasional, umpamanya: Bulan bahasa, Hari Ibu, hari
Pendidikan Nasional. Jika seminar itu berskala kecil penentuan waktu perlu diperhatikan, sehingga dapat dihadiri oleh beberapa peserta.
3 Persiapan fasilitas
Segala kebutuhan dan kelancaran seminar sebaiknya dipersiapkan sebaik-baiknya. Seperti:
4 Tempat duduk yang memadai
Cahaya yang cukup terang dan sirkulasi udara yang menyegarkan dalam ruangan. Alat-alat peraga publikasi.
37
34
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara ..., hlm. 38.
35
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 23.
36
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 38.
37
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 27.
d. Pidato
Pidato adalah penyajian penjelasan lisan. Pidato merupakan keterampilan berbaha sasecara epektif, baik lisan maupun tulisan karang
mengarang. Pidato juga diartikan kegiatan berbicara dihadapan orang banyak,
Pidato juga diartikan berbicara dimuka umum dengan tujuan memberikan tambahan ilmu pengetahuan atau untuk mengajak para pendengar berpikir
dan bertindak seperti diberi nasihat kepada orang banyak.
38
1 Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam berpidato
a. Mempunyai tekad dan kemampuan bahwa seoarang pembicara mampu meyakinkan orang lain.
b. Memiliki pengetahuan yang luas, sehungga si pembicara dapat mengusai materi dengan baik.
c. Memiliki pembendahaaan kata yang cukup, sehingga si pembicara mampu mengungkapkan pidato dengan lancar dan meyakinkan.
39
2 Sistematika berpidato
Pembukaan, yaitu mengucap salam atau menyapa para hadirin a Menyampaikan pendahuluan, yang biasanya dilahirkan dalam
bentuk ucapan terima kasih, atau ungkapan kegembiraan, atau rasa syukur.
b Penyampaian isi pidato, yang diucapkan secara jelas dan dengtan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan dengan gaya
bahasa yang menarik. c Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato, supaya mudah diingat
oleh pendengar. d Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada
pendengar untuk melaksanakan isi pidato. e Menyampaikan salam penutup.
40
38
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 61 – 62.
39
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara …, hlm. 54.
40
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara …, hlm. 55.
3 Metode penyampaian dan penilaian dalam berpidato
Ada empat macam metode penyampaian lisan seperti pidato yang perlu diketahui, yaitu:
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, atau pendengar atau pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode
penyajian, atau sang pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih yaitu:
a. Penyampaian secara mendadak impromptu delivery Metode impromptu adalah metode penyampaian berdasarkan kebutuhan
tahuaan dan kemahirannya. sesaat. Tidak ada persiapan sama sekali, pembicara secara serta merta berbicara berdasarkan pengetahuan dan
kemahirannya. Kesanggupan dan kemampuannya menyampaikan lisan seperti pidato menurut metode ini sangat berguna dalam keadaan terdesak
atau terpaksa.
41
Kesanggupan dan kemampuan penyampaian lisan seperti pidato menurut metode ini sangat berguna dalam keadaan terdesak atau
terpaksa, namun kegunaannya terbatas pada waktu yang tidak terduga itu saja. Pembicara menyampaikan pengetahuannya yang ada, dikaitkan dengan
situasi dan kepentingan saat itu.
42
b. Penyampaian tanpa persiapan extemporaneous delivery Metode ekstemporan adalah metode berpidato dengan cara pembicara
menuliskan pokok-pokok pikiran yang akan disampaikan.
43
Uraian yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat
catatan-catatan yang penting, yang sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu. Kadang-kadang dipersiapkan konsep berupa naskah, namun tidak dihafal
kata demi kata. Dalam penyampaian lisan seperti pidato, pembicara dengan bebas berbicara dan bebas pula memilih kata-katanya sendiri. Catatan dan
konsep naskah yang dipersiapkannya hanya digunakan untuk mengingat urut-urutan topik pembicaraannya. Dengan metode ini pembicara dapat
41
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 67.
42
Midar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 65.
43
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa…, hlm. 67.
mengubah nada pembicaraannya sesuai dengan reaksi yang timbul pada para pendengar sementara pembicaraan berlangsung.
44
c. Penyampaian dari naskah delivery from manuscript Metode naskah
adalah metode naskah
yang benar-benar
dipersiapkan dengan cermat. Pembicara menyusun naskah terlebih dahulu sebelum pidato.
45
Pidato ini biasanya digunakan untuk acara-acara resmi.
pidato televisi dan radio. Metode ini sifatnya agak kaku, sebab bila tidak atau kurang melakukan latihan yang cukup, terjadi seolah-olah tidak ada hubungan
antara pembicara
dengan pendengar. Mata dan perhatian pembicara selalu ditujukan ke naskah, sehingga ia tidak bebas menatap pendengarnya.
Pembicara harus dapat memberi tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraannya. Untuk itu pembicara perlu melakukan
latihan yang intensif.
46
d. Penyampaian dari ingatan delivery from memory Metode ini merupakan kebalikan dari metode inpromtu. Pidato ini
disampaikan dengan metode ini dipersiapkan dan ditulis secara lengkap lebih dahulu.
47
Metode ini memerlukan konsentrasi yang kuat dalam penyampaiannya dari seorang pembicara kemudian dihafal kata demi kata.
Ada pembicara yang berhasil dengan metode ini, namun ada juga yang tidak. Pembicara dengan menggunakan metode ini sering menjemukan dan
tidak menarik, ada kecenderungan untuk berbicara cepat-cepat dan mengeluarkan kata-kata tanpa menghayati maknanya. Selain itu metode ini
juga sering menyulitkan pembicara untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan reaksi-reaksi pendengar keti ka menyampaikan uraiannya.
48
Cara manapun yang dipilih dalam berbicara dalam penyampaiannya, yang terpenting adalah bahwa usaha kita berhasil: komunikasi berjalan
lancar. Oleh karena itu ada baiknya bila kita mengetahui pula bagaimana caranya mengevaluasi keterampilan berbicara diantaranya:
44
Midar G arsad mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 66.
45
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 68.
46
Midar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 65.
47
. Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 67-68.
48
Midar G Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 65.
1. Apakah bunyi-bunyi tersendiri vokal, konsonan diucapkan dengan tepat?
2. Apakah pola pola intonasi, naik dan turunnya suara dan tekanan suku kata, memuaskan?
3. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi intrernal memahami makna yang
dipergunakannnya? 4. Apakah kata kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang
tepat? 5. Sejauh manakah” kewajaran yang tercermin bila seseorang berbicara?
Brook, 1964:252.
49
Mengevaluasi keterampilan berbicara juga dapat dilakukan secara berbeda-beda pada setiap jenjangnya. Misalnya pada sekolah dasar,
kemampuan menceritakan, berpidato, dan lain-lain dapat dijadikan dalam bentuk evaluasi. Seseorang dianggap memiliki kemampuan berbicara
selama ia mampu berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
50
Dalam pengajaraan berbahasa Indonesia yaitu dalam keterampilan berbicara memiliki berbagai hal dalam menilai, baik dari pelafalan anak itu
sendiri secara individual maupun secara berkemampuan yang telah diklasifikasikan dan telah ditentukan dalam pembelajarannya.
4. Strategi pengajaran keterampilan berbicara
Dalam strategi pengajaran Keterampilan berbicara memilki teknik atau pariasi dalam pembelajarannya yang bermacam-macam di antaranya
dalam keterampilan: a. Berbicara terpimpin, yaitu: frase dan kalimat, satuan paragraf, dan
dialog. b. Berbicara semi-terpimpin, yaitu: reproduksi cerita, cerita berantai
pengalaman diri, pengalaman hidup, pengalaman membaca, menyusun kalimat dalam pembicaraan, dan menyampaikan isi bacaan secara lisan.
49
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai…, hlm. 24 – 26.
50
Iskandar Wassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Remaja, 2008, hlm. 240.
c. Berbicara bebas, yaitu: diskusi, drama, wawancara, berpidato, bermain perandalam drama
51
Selain strategi dalam berbicara juga memilki teknik, yang dimaksudkan di sini adalah cara-cara yang digunakan di dalam berbicara,
meliputi: 1 Kemampuan menggunakan bahasa lisan dengan baik. Dalam hal ini
seorang pembicara hendaknya memiliki kemampuan tata bahasa yang baik, Artikulasi yang jelas dan tidak cadel, intonasi yang menarik tidak
monoton, aksen yang tepat, dan tidak terlalu banyak menggunakan istilah yang tidak perlu.
2 Ekspresi air muka yang menarik, misalnya: tidak cemberut, tidak pucat, tidak merah, dan sebagainya. Ekspresi dalam berbicara sangat
penting untuk memikat minat dengar atau rasa ingin tahu dari pendengar.
3 Stressing redance, yaitu kemampuan seorang pembicara untuk memberikan penekanan pada masalah-masalah inti atau penting
didalam pembicaraannya, misalnya dengan pengulangan-pengulangan yang seperlunya, atau dengan penekanan-penekanan tertentu dalam
nada pembicaraan. 4 Kemampuan memberikan refreshing penyegaran dengan menyelipkan
intermezo, yaitu dengan menyelingi pembicaraan dengan hal-hal lain yang berhubungan yang mengandung kelucuan, baik itu pengalaman
sendiri atau sebuah anekdot, dengan tidak mengurangi nilai pembicaraan. Hal ini dimaksudkan agar pendengar tidak terlalu stress
yang bisa menimbulkan kejenuhan atau kebosanan dalam mengikuti pembicaraan kita.
5 Kepribadian personality. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah disamping daya pesona atau kharismatik seseorang, juga meliputi nilai-
nilai pribadi seorang pembicara, diantaranya: jujur, cerdik, berani,
51
Iskandar Wassid, Strategi Pembelajaran …, hlm. 244.
bijaksana, berpandangan baik, percaya diri, tegas, tahu diri, tenang dan tenggang rasa.
52
e. Ceramah
Ceramah adalah suatu cara keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan atau masalah secara lisan. Seperti halnya
dalam pidato, dalam ceramah pun keterampilan alat utama dalam keterampilan berbicara.
53
. Ceramah juga dapat diartikan bahwa pidato dihadapan para
pendengar, mengenai suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya. Piadat dan ceramah merupakan suatu sarana komunikasi yang berpungsi menyampaikan
suatu informasi secara langsung, tetapi antar pidato dan ceramah memiliki beberapa perbedaan, yaitu pidato disampaikan untuk suatu tujuan yang
penting sedangkan pada ceramah disampaikan sebagai pengajaran.
54
. Dalam ceramah memiliki beberapa ciri khas, yaitu:
1. Ada sesuatu yang dijelaskan atau diinformasikan untuk memperluas pengetahuan para pendengar, biasanya disampaikan kepada orang yang
memiliki keahlian atau dianggap ahli dalam bidang atau disiplin ilmu
tertentu.
2. Terdapat komunikasi dua arah antara pembicara dan pendengar, yaitu berupa dialog, tanya jawab, diskusi, dan sebaginya.
3. Dapat digunakan alat bantu untuk memperjelas uraian, seperti over head projector OHP, Lembar peragaan, gambar, dan sebagainya.
55
Ada respon dari pendengar mengenai materi yang disampaikan dalam ceramah. Selain memiliki ciri khas dalam ceramah, ceramah atau metode ceramah
juga memiliki keunggulan.
52
Jumardas, “Kepribadian”, dari http:jurnardas.blogspot.com200404kepribadian.html
, diakses pukul 15.32, 22 November 2010.
53
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 67.
54
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 63.
55
Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara…, hlm. 67.
1 Kelebihan metode ceramah
Materi yang disampaikan tidak terlalu banyak, hanya poin-poin khusus saja. Dapat memberi semangat para pendengar untuk belajar karena
hanya menyeduakan alat pendengaran dan pemahaman saja.
2 Kelemahan metode ceramah
Karena jumlah pendengar relatif banyak, penceramah cenderung mengalami kesulitan untuk nmengetahui sampai sejauh mana si pendengar
dapat memahami materi yang disampaikan. Dalam metode ceramah ini siswa cenderung hanya menjelaskan penjelasan
penceramah, tanpa ada timbal balik.
3 Perbedaan antar pidato dan ceramah
Pada ceramah terdapat komunikasi dua arah antara pembicara dengan pendengar, sedagkan pidato hanya bersifat satu arah.
Pidato bertujuan untuk mempengaruhi pendengar, meyakinkan para pendengar, sedangkan ceramah bertujuan untuk menjelaskan atau
memperluas pengetahuan para pendengar.
56
Pidato disampaikan secara resmi sedangkan ceramah dismpaikan tidak resmi . Pidato bertujuan untuk menyampaikan gagasan atau informasi, sedangkan
ceramah bertujuan untuk menambah wawasan atau pengetahuan.
5. Peralatan dan alat peraga dalam berbicara
Hal kecil yang sering dilupakan pembicara adalah penggunaaan dan peralatan dalam berbicara. Berikut ini diuraikan cara-cara menggunakan
peralatan pidato. a.
Mikrofon Ada dua jenis mikrofon, yaitu berkabel dan yang tidak berkabel.
Penggunaan jenis mikrofon ini sama saja. Pengaturan jarak yang paling baik adalah satu jengkal tangan. Mulut yang terlalu dekat dengan mikrofon
56
Siti Sahara, dkk,, Keterampilan Berbahasa …, hlm. 63-65.
akan menimbulkan kesan seolah-olah alat itu akan dimakan. Bila diatas podium telah disediakan tiang penyangga mikrofon, lebih baik mikrofon
itu tidak dipegang. Hal ini akan memberikan kesempatan tangan untuk bergerak leluasa.
57
b. Flip chart
Werupakan alat peraga yang paling efektif untuk pendengar yang jumlahnya mencapai 25 orang dan merupakan alat yang paling cocok
untuk mncapaikan kalimat-kalimat sederhana.
58
c. Pengeras suara.
Pengeras suara adalah peralatan pendukung yang sangat penting dalam berpidato. Sebelum pidato dimulai, sebaiknya pengeras suara diuji terlebih
dahulu. Usaha ini dapat mencegah macetnya aliran suara pada saat pidato dimulai. Buatlah para audiens senyaman mungkin karena pengeras suara
yang rusak dapat mengacaukan suasana. d.
Echo Agar suara seorang pembicara terdengar menarik, pada speaker dapat
digunakan echo, aturlah echo sesuai dengan suara anda, dan jangan terlalu tinggi. Pengujian echo lebih baik dilakukan minimal lima belas menit
sebelum pidato dimulai.
59
e. Film, monitor video dan televise proyeksi
Film dan video bekerja baik untuk jenis-jenis penyajian tertentu. Film dan televisi proyeksi dapat diperlihatkan kepada jumlah pendengar mana
saja.
60
57
Muhammad Muflih, Menjadi Orator Ulung, Jakarta: Grasindo, 2004, hlm. 20.
58
John W. Osborne, Kiat Berbicara di Depan Umum untuk Eksekutif, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, hlm. 36.
59
Muhammad Muflih, Menjadi Orator…, hlm. 32.
60
W. Osborne, Kiat Berbicara…, hlm. 40.
6. Rambu-Rambu dalam Berbicara