konsep dan nilai-nilai yang di perlukan untuk mendidik karakter peserta didik.
b. Kebijakan Pendidikan
Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral dan tingkahlaku, namun bukan berarti sama sekali tidak menetapkan
kebijakan-kebijakan, sebagaimana dalam dunia pendidikan formal pada umumnya.
Sekolah tetap menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan karakter, serta menentukan dan menetapkan
tujuan, visi dan misi maupun beberapa kebijakan lainnya. Hal ini bisa di lakukan dengan mengadopsi dari iebijakan pendidikan formal atau
kebijakan baru.
c. Kesepakatan
Betapapun penting dan mendesaknya lembaga pendidikan menerapkan pendidikan karakter sebagai tambahan kurikulum di
dalamnya, namun bukan berarti kebijakan itu di tetapkan secara sepihak. Sekolah harus mengadakan pertemuan dengan orantua
peserta didik terlebih dahulu dengan melibatkan tenaga guru dan perwakilan masyarakat guna mencari kesepakatan-kesepakatan
diantara mereka. Pertemuan itu bertujuan memperoleh kesepakatan pemahaman tentang definisi pendidikan karakter, fungsi dan
manfaatnya, serta cara mewujudkannya.
d. Kurikulum Terpadu
Agar tujuan penerapan pendidikan karakter dapat berjalan dengan maksimal sekolah perlu membuat kurikulum terpadu di semua
tingkatan kelas. Mengapa demikian? Sebab, setiap peserta didik memiliki hak yang sama untuk mendapatkan materi mengenai
pengembangan karakter.
34
34
Ibid., h. 110
Oleh karena itu meskipun pendidikan karakter harus di perkenalkan sejak dini, namun bukan berarti tidak berlaku untuk
peserta didik yang sudah dewasa.
e. Bantuan Orangtua
Untuk mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya meminta orangtua peserta didik untuk ikut terlibat dalam memberikan
pengajaran karakter ketika peserta didik berada di rumah. Bahkan sekolah perlu memberikan gambaran umum tentang prinsip-prinsip
yang di terapkan di sekolah dan dirumah. Seperti aspek kejujuran, kerjasama dan lain sebagainya.
Tanpa melibatkan peran orang tua dirumah, berarti sekolah akan tetap kesulitan menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik.
Sebab, interaksinya justru lebih banyak di habiskan dirumah bersama keluarga.
f. Pengembangan Staf
Perlu di sediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para staf di sekolah sehingga mereka dapat membuat dan melaksanakan
pendidikan karakter secara berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu untuk diskusi dan pemahaman dari proses dan pemahaman dari proses
dan program, serta demi menciptakan rencana pelajaran dan kurikulum selanjutnya. Perlu di ingat bahwa semua pihak di sekolah merupakan
sarana yang perlu di manfaatkan untuk membantu menjalankan pendidikan karakter.
35
g. Program
Program pendidikan karakter harus di pertahankan dan di perbaharui melalui pelaksanaan dengan perhatian khusus pada tingkat
komitmen yang tinggi dari atas, dana yang memadai, dukungan utuk koordinasi distrik staf yang berkualitas tinggi, pengembangan
professional berkelanjutan dan jaringan, serta dukungan system bagi guru yang melaksanakan program tersebut.
35
Ibid., h. 111
B. Kepala Sekolah dan Guru
1. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah ayng diselenggarakan proses belajar mengajar
atau tempat terjadi interaksi antar guru yang member pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Secara etimologi kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang tugas kesehariannya menjalankan principalship atau
kekepala sekolahan. Istilah kekepala sekolahan mengandung makna sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi
sebagai kepala sekolah. Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat beberapa istilah untuk menyebut jabatan kepala sekolah, seperti
administrasi kepala sekolah, pimpinan sekolah, manajer sekolah, dan sebagainya.
a. Kriteria Kepala Sekolah
Seorang guru harus memiliki kreteria atau kualifikasi umum untuk menjadi seorang kepala sekolah, yaitu:
1 Memiliki kualifikasi akademik sarjana, diploma, kependidikan atau
non kependidikan pada perguruan tinggi yang sudah terakreditasi. 2
Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi- tingginya 56 tahun.
3 Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun
menurut jenjang sekolah masing-masing. 4
Memiliki pangkat serendah-rendahnya IIIc bagi PNS dan Non PNS disertakan dengan kepengangkatan yang dikeluarkan oleh
yayasan atau lembaga yang berwewenang.
b. Peran Kepala Sekolah
Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional Depdiknas, 2006, terdapat tujuh peran kepala sekolah yaitu educator pendidik, manajer,
administrator, supervisor, leader pemimpin, pencipta iklim kerja, dan wirausahawan.