Manfaat Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian

bersama dengan guru, pemimpin sekolah dan seluruh warga sekolah, meliputi semua kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama. Bagi yang beragama islam, mereka senantiasa menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. 3

1. Pengertian Karakter

Karakter menurut kamus besar indonesia di artikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa di artikan tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu di lakukan atau kebiasaan. Karakter juga di artikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian. 4 Karakter adalah atribut atau cirri-ciri yang membentuk dan membedakan cirri pribadi, cirri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu klompok atau bangsa. Sementara itu The Free Dictionary dalam situs Onlinenya yang dapat di unduh secara bebas mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau cirri-ciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter juga didefinisikan sebagai suatu deskripsi dan atribut, cirri-ciri atau kemampuan seseorang. 5 Rumusan dari kementrian pendidikan nasional, khususnya direktorat pendidikan tinggi menjelaskan bahwa secara umum arti karakter adalah karakter mendemonstrasikan etika atau sistem nilai personal yang ideal bai dan penting untuk eksistensi diri dan berhubungan dengan orang lain. Pengertian secara khusus karakter adalah nilai-nilai yang khas baik tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam prilaku. 6 3 Annas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter pendidikan berbasis agama dan budaya, Bandung: Pustaka Setia, 2013, h. 45 4 Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, Surabaya: JePe Press Media Utama, 2011, h. 201 5 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, h. 42 6 Annas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter pendidikan berbasis agama dan budaya …h. 42 Karakter adalah menejmen untuk membangun prilaku yang mulia, bukan bersifat normatif dan basa-basi. Karakter adalah pengawalan untuk membangun kebiasaan agar tau nilai-nilai kebenaran, dan terbiasa untuk selalu mengamalkan kebenaran yang diyakini. 7 Kemendiknas 2010 menjelaskan bahwa karakter adalah “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi barbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebijakan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain”. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. 8 Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Lain halnya dengan pendapat Tadzkiroatun Musfiroh, menurutnya “karakter mengacu pada serangkaian sikap attitudes, prilaku behaviors, motivasi motivations, dan keterampilan skills. Maka katakter itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai atau memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkahlaku, sihingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan berprilaku jelek di katakana sebagai orang yang memiliki karakter jelek. Sebaliknya orang yang berprilaku sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter mulia”. 9 Seorang filsuf Yunani kuno bernama Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik sehingga melakukan dengan tindakan-tindakan yang benar sehubung dengan diri seseorang dan orang lain. Aristoteles mengingatkan kepada kita tentang cnderung apa yang kita lupakan dimasa sekarang ini. . kehidupan yang berbudi luhur termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri 7 Ibid., h. 21 8 Syamsu Yusuf Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta DidikJakarta: Rajawali Pres, 2011, Hal. 32 9 Nurla Isna Aunillah, menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, Jogjakarta: Laksana, 2011 Hal. 19 sendiri seperti control diri dan moderasi sebagaimana halnya dengan kebaikan yang berorientasi pada hal lainya seperti kemurahan hati dan belas kasihan, dan kedua jenis kebaikan ini berhubungan. 10 Karakter bangsa sebuah keniscayaan untuk segera di laksanakan. Ia menjadi pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun begitu penting, ternyata keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga dengan baik, sehingga hasilnya belum optimal. Karakter bangsa merupakan salah satu amanat pendiri Negara dan telah di mulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya, pendiri Negara pernah berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan pelaksanaan nation and character building. Bahkan beliau telah wanti-wanti , ”jika pembangunan karakter bangsa tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.” 11

2. Karakter yang di Kembangkan Kemendiknas 2010

Jems Fowler Santrock, 1999a: 235 menyatakan bahwa setiap tahap perkembangan manusia akan menentukan karaktristik terhadap perkembangan keagamaan seseorang. Menurut James Fowler dalam daceylenon, 1998 ada enam tahap perkembangan keagamaan yaitu: 1 intuitive-projective faith iman intuitif-proyektif, 2 mythical-literal faith 3 poetic-conventional faith, 4individuating-reflective faith, 5 paradoxical-consolidation faith, 6 universalizing faith. Dengan mengetahui tahap perkembangannya, akan diketahui bagaimana memberikan langkah strategi pendidikan keagamaan secara tepat terhadap individu. Selain itu motif-motif keagamaan seringkali dijadikan dasar penentu sikap, pemikiran maupun prilaku seseorang. 12 Kemendiknas 2010 menyatakan bahwa nilai-nilai yang di kembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa di identifikasikan dari sumber- sumber berikut: 10 Thomas Lickona, Educating For Character Mendidik Untuk Membentu Karakter, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012, h. 81 11 Najib Sulhan, Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dan Rumah,Surabaya:JePe Press Media Utama h. 1-2 12 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama,Bandung: PT. Refika Aditama, 2007, Cet. 1, h. 13