Kriteria Kepala Sekolah Peran Kepala Sekolah

6 Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut : 1 para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, 2 tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, 3 para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, 4 pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, 5 usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003. 7 Kepala sekolah sebagai wirausahaan Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

2. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 36 Guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun secara klasikal, baik di sekolah maupun diluar sekolah. 37 Pendapat lain guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun diluar sekolah. 38

C. Peseta Didik

1. Pengertian Pesera Didik

Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim. Semuanya bermakna anak yang sedang berguru belajar, bersekolah, anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Keempat kata tersebut biasanya dipergunakan untuk tingkat TK sampai SMU, sedangkan pada perguruan tinggi biasanya disebut mahasiswa. Dalam bahasa arab term peserta didik diungkapkan pada kata tilmidz jamaknya dari kata talamidz dan talamidzah dan thalib jamaknya Thullab, yang berarti mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh. Kedua istilah tersebut digunakan untuk menunjukan pelajar secara umum. 39 Peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat di katakana bahwa peserta didik adalah komponen terpenting diantara komponen lainnya. Pada dasarnya “ia” adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik, 36 id.m.wikipedia.orgwikiguru 37 Sudirman, Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar, Jakarta: Rajawali, 2001 38 Djamarah, S.B, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional, 1994 39 Abuddin Nata Fauzan, Pendidikan dalam Persepektif Hadits, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005, Hal.248 sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik. 40 Dalam literatur lain dikatakan bahwa anak didik atau peserta didik itu adalah anak yang akan diproses untuk menjadi dewasa, menjadi manusia yang memiliki kepribadian dan watak bangsa yang diharapkan, yaitu bangsa Indonesia yang memiliki kepribadian dan akhlak mulia, seperti yang tercantum dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas. Agar berhasil membawa anak kearah kedewasaan, tentunya pendidik atau orang tua yang harus memahami karaktristik anak, seperti berikut ini: a. Anak itu makhluk individu yang memiliki dunia tersendiri yang tidak boleh disamakan dengan dunia orang dewasa. b. Anak memiliki potensi yang berkembang. c. Anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dengan yang lain. 41 Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpukan, bahwa anak didik merupakan semua orang yang belajar, baik pada lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan non-formal.

2. Pandangan Tentang Peserta Didik Sebagai Anak

Setidak-tidaknya terdapat 3 jenis pandangan tentang anak, yaitu: 42 a. Pandangan lama, menyebutkan bahwa anak adalah oarng dewasa yang kecil. Karena itu segala sesuatu perlu dipersamakan seperti halnya orang dewasa. Anak perlu di beri pakaian dewasa dalam bentuk yang kecil. Sebagai anak ia di pandang masih bersih dan oarang dewasalah yang menentukan akan di jadikan apa anak itu. b. Anak adalah sebagai anak. Anaka tidak bisa dan tidak mungkin di persamakan sebagai oarang dewasa. Ia memiliki ciri-ciri tersendiri. 40 Depertemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta:2005. Hal. 46 41 Mohamad Surya, Abdul Hasim Rus Bambang Suwarno,Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, Bogor: Ghalia Indonesia: 2010, Hal. 25 42 Depertemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, .... 47 Perlakuan terhadap anak tidak boleh dipersamakan dengan perlakuan orang dewasa. Setiap anak berbeda pada tahap sedang berkembang, ia memiliki banyak potensi-potensi yang dimilki, oleh anak itulah perbuatan pendidikan yang dilakukan. c. Anak adalah hidup dalam masyarakat dan di persiapkan untuk hidup di dalam masyarakatnya. Sebagai calon anggota masyarakat maka ia harus di persiapkan sesuai dengan masyarakat setempat. Pandangan ini di kenal dengan istilah Child in his society.

3. Hal-hal yang perlu dikenal tentang peserta didik

Banyak aspek dan pribadi peserta didik yang perlu dikenal, yaitu: 43 a. Latar Belakang Masyarakat Kultur masyarakat dimana peserta didik tinggal, besar pengaruhnya terhadap sikap peserta didik. Latar belakang kultur ini meneybabkan para peserta didik memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama, politik, masyarakat lain, dan cara bertingkah lakunya. Pengalaman anak di luar sekolah yang hidup di masyarakat kota sangat berbeda dengan pengalaman-pengalaman peserta didik yang tinggal di pedesaan, demikian pula kesempatan berkreasi, pembinaan kesehatan, fasilitas pendidikan yang ada di dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap pandangan peserta didik, motivasinya, minatnya dan sikapnya terhadap berbagai aspek kehidupan. Tiap masyarakat memberi pengaruh yang berlainan terhadap peserta didik sehingga setiap peserta didik, memiliki pribadinya sendiri-sendiri pula. b. Latar Belakang Keluarga Situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan peserta didik di sekolah. Apabila dirumah peserta didik sering mengalami tekanan, merasa tak aman, frustasi maka ia juga akan mengalami 43 Depertemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan,... Hal. 49 perasaan asing di sekolah. Apa yang menarik minatnya dirumah akan kelihatan pula apa yang menjadi minatnya di sekolah. Kalau dirumah ia di tolah maka di sekolahpun ia akan merasa tidak diterima, dan menunjukan gejala-gejala maladjustment. Jabatan orang tua, keadaan ekonomi, status sosial orang tua di masyarakat, kultur keluarga yang rendah, norma agama, dan lainya akan mempengaruhi sikap, tujuan dan tingkah laku peserta didik di sekolah. Sehingga guru sering mengalami kesulitan untuk memahaminya. Guru perlu mengenal situasi, kondisi dalam keluarga peserta didik. Agar dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang serasi, kendatipun pengaruh keluarga ini tidak mutlak menentukan berhasilnya seorang peserta didik, karena pada kenyataannya sering juga terjadi dimana anak mengalami maladjustment sebagai akibat lingkungan sekolah. c. Sifat-Sifat Kepribadian Guru perlu mengenal sifat-sifat kepribadian peserta didik agar guru mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan demikian, hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan akan mendorong pengajaran lebih efektif. Selain dari itu guru dapat pula menyediakan kegiatan-kegiatan yang serasi dengan kepribadian merekadan memelihara sifat-sifat yang baik serta sedapat mungkin mengurangi sifat-sifat yang jelek.

4. Karakter Yang Harus Dimiliki Peserta didik.

Secara fitrah, anak memerlukan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Hal ini dapat dipahami dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh seriap orang yang baru lahir. Allah SWT berfirman: 44                  44 Abuddin Nata Fauzan, Pendidikan dalam Persepektif Hadits , …h. 249