Peran Sekolah Madani sebagai Sekolah Non Formal dalam Membentuk Karakter Bangsa Peserta Didik (studi kasus sekolah madani, Jakarta Selatan)

(1)

PERAN SEKOLAH MADANI SEBAGAI SEKOLAH NON FORMAL DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA PESERTA DIDIK

(STUDI KASUS SEKOLAH MADANI, JAKARTA SELATAN)

Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : Anita Putri Pertiwi NIM. 1111015000012

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Anita Putri Pertiwi. Peran Sekolah Madani sebagai Sekolah Non Formal dalam Membentuk Karakter Perserta Didik. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2015.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan sekolah Madani sebagai sekolah non formal dalam membentuk karakter peserta didik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Instrumen yang di gunakan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis secara kualitatif yang dinamakan deskritif analisis yaitu menggambarkan apa adanya, dengan membuat tabel frekuensi kemudian dilengkapi dengan presentase.

Hasil penelitian ini menujukan bahwa sekolah Madani sebagai sekolah non formal memiliki peranan yang sangat baik dalam membentuk karakter peserta didik. Hal ini di lihat dari perubahan sikap dan perilaku peserta didik kearah yang lebih baik dari sebelumnya selama mengikuti proses belajar di sekolah Madani.


(6)

ii

ABSTRACT

Anita Putri Pertiwi, Role Of Madani School As Non Formal School In Student Character To Shape (Case Study At Madani School, South Jakarta ). Departement Of Social Sciences Education (IPS), Tarbiyah And Teaching Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Purpose of this research is to know role of Madani School as non formal school in student character to shape. The Method used in this research is qualitative method. The instrument used was a observation, interview, questionnaire and document. The data analisis technique is called descriptive analiysis which describes what it is, then making a frequency tabel was provided with a percentage.

The research result indicates that there is a Madani School have role is very good student character to the shape. It seen change from attitude and behavior before and after student study at Madani School.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ijin dan rahmat hidayah Nya maka skripsi ini dapat di selesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurhakan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah – Nya dan mengajarkan kepada ummat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.

Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hiayah Nya skripsi dengan judul

Peran Sekolah Madani Sebagai Sekolah Non Formal Dalam Membentuk Karakter Bangsa Perserta Didik dapat diselesaikan sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) pada UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd . selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, berserta para dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini.

3. Kepada Ibu Jakkiatinisa, M.Pd serta Bapak Drs. Banajid selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Aktivis Madani Community yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan lancer.

5. Ayahanda Yuwono Dwi Nanto dan Ibunda Sri Herawati yang selalu memberikan Do’a, dukungan, semangat, dan cinta kasih kepada penulis


(8)

iv

agar skripsi ini selesai. Dan selalu sabar untuk menyemangati peneliti dengan tulus dan kasih sayang tiada hentinya kepada penulis. Dan untuk adikku tersayang Bayu Dwi Utomo dan Nur Fazriah yang selalu memotivasi penulis untuk melakukan yang terbaik dan menjadi teladan yang baik.

6. Untuk Kakek tercinta H. Enjum Timin dan Alm. H. Budi Atmoko serta Untuk nenek tersayang Hj. Rostini dan Hj. Zenab yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

7. Kepala BAZIS Kota Administrasi Jakarta Bapak Muh. Alwi M, MM , serta staf bazis Papi Mursani S.Ag, Bunda Rifka, Mba Eli, Mba Nurul, Pak Opi dan Mba Iroh yang memberikan beasiswa bazis hingga skripsi ini selesai.

8. Keluarga IKPA BBPP BAZIS DKI JAKARTA, Ka Tony, ka fani,ka wery, ka elli, hasbi dan temen – temen ikpa unit kerja Jakarta utara, yana, nilam, tini, hevi, aldi, fais, kulhu, ipul, mustofa, dewi intan yang selalu memberikan semangat, motivasi serta pengalaman kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

9. Julian Achmadian Muslim, S.Pd yang tak pernah lelah membantu dan menemani penulis selama proses penelitian berlangsung.

10.Sahabat Al Barkah III, Riris, Uni Rita, Teteh Rena, Icha, hasna, Kris, Dinda, Tika, Hilda, yang memberikan kecerian dan kebahagian untuk penulis. Semoga persahabatan kita abadi selamanya. Dan tak lupa untuk Muslihudin yang bersedia memberikan tebengan selama proses Praktik mengajar.

11.Sahabat rumah tiga serangkai, Ika Nurmala Mutiara Sari, Nur Syafiah, dan Ayu Intan Permata sari serta sahabat SMAN 110 Jakarta, Nurul Alfianisngsi, S.Pd, Surti Ningsi, S.S dan Zahra, Amd, yang selalu memberikan semangat kepada penulis agar secepatnya menjadi bu guru, sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan masa studi di UIN. 12.Sahabat seperjuangan berjuang skripsi, ria, rani, khoirul, ka ajeng,


(9)

v

13.Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan informasi yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu krtik dan saran yang membangun sengat penulis harapan. Mudah – mudahan skripi ini dapat bemanfaat bagi penulis khusunya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan.

Ciputat, 29 Juni 2015 Penulis,


(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Kajian Teori A. Peran Sekolah Madani a. Pengertian Peran... 9

b. Sejarah Sekolah Madani ... 11

B. Hakekat Sekolah Non Formal a. Pengertian Pendidikan ... 12

b. Komponen dalam Pendidikan ... 13

c. Pengertian Sekolah Non Formal ... 14

1. Asas Sekolah Non Formal ... 15

2. Sifat – sifat Sekolah Non Formal ... 18

3. Syarat – syarat pelaksanaan Sekolah Non Formal 19 C. Pengertian Karakter a. Pengertian Karakter ... 19


(11)

vii

c. Dasar Hukum Pendidikan Karakter ... 21

d. Karakter Bangsa ... 22

e. Nilai – nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa ... 24

D. Teori Berkaitan dengan Pendidikan Karakter a. Teori Enviromentalisme Locke ... 28

b. Teori Sifat Allport ... 29

c. Teori Humanis Fromm ... 29

2. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 30

3. Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

D. Sumber Data ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Validitas dan Realibilitas ... 42

H. Teknik Analisi Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Madani 1. Sejarah Sekolah Madani ... 46

2. Letak Geografis Sekolah Madani ... 47

3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Madani ... 48

4. Struktur Organisasi Sekolah Madani ... 48

B. Deskripsi Data dan Interprestasi Data 1. Peran Sekolah Madani sebagai Sekolah Non Formal .. 49

2. Peran Sekolah Madani sebagai Sekolah Non Formal dalam Membentuk Karakter Menurut Pendidikan Karakter Bangsa ... 52

C. Analisis dan Pembahasan ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel .3.1 Kisi – kisi Observasi ... 36

Tabel 3.2. Kisi – kisi wawancara dengan Ketua dan Tutor ... 37

Tabel 3.3. Kisi – kisi Wawancara dengan wali Murid ... 39

Tabel 3.4 Kisi – kisi wawancara dengan dosen UIN Jakarta ... 39

Tabel 3.5 Kisi – kisi Wawancara dengan pengurus RT ... 40

Tabel 3.4. Kisi – kisi Dokumentasi ... 40

Tabel 3.5 Kisi – kisi Angket ... 41

Tabel 4.1. Perserta Didik Membiasakan Berdoa sebelum dan sesudah belajar 53 Tabel 4.2. Tutor Mengingatkan Shalat Lima Waktu ... 53

Tabel 4. 3. Tutor Mengajarkan Bersifat Jujur ... 54

Tabel 4.4. Tutor Mengajarkan Perserta Didik Untuk saling Menghargai Perbedaan Pendapat ... 55

Tabel 4.5. Tutor Hadir Tepat Waktu Ketika Mengajar ... 56

Tabel 4.6 Tutor Mengingatkan untuk Selalu Berkerja Keras ... 57

Tabel 4.7 Tutor Trampil dalam Memecahkan Masalah ... 58

Tabel 4.8 Perserta Didik Mengerjakan Tugas Sendiri ... 59

Tabel. 4.9 Tutor Merespon atau menanggapi Setiap Pertanyaan Perserta ... 60

Tabel 4.10 Tutor Selalu Menjawab Pertanyaan yang diberikan Oleh Perserta Didik ... 61

Tabel 4.11. Perserta Didik Selalu Mengikuti Kegiataan Perlombaan saat 17 Agustus baik di Rumah maupun di Sekolah ... 62


(13)

ix

Tabel 4.12 Tutor Dalam mengajarkan Menggunakan Bahasa yang Baik .... 63 Tabel 4.13 Tutor Bersikap sopan dan Santun Kepada Perserta Didik ... 63 Tabel 4.14 Tutor Memberikan Penghargaan Kepada Perserta Didik yang

Aktif Dalam Proses Belajar – Mengajar ... 64 Tabel 4.15 Tutor Sangat di Senangi Oleh Perserta Didik ... 65 Tabel 4.16 Tutor Melarang Persera Didik Berkelahi baik Sesama Teman

Maupun dengan Orang Lain ... 66 Tabel 4.17 Perserta Didik Gemar Membaca Buku ... 67 Tabel 4.18 Tutor Menegur Perserta Didik yang Membuang Sampah

Sembarangan ... 68 Tabel 4.19 Perserta Didik selalu Membantu Orang Lain yang Kesulitan... 69 Tabel 4.20 Perserta Didik Selalu Mengerjakan Tugas yang di berikan Oleh Tutor ... 70 Tabel 4.21 Perserta Didik Berusaha untuk Menjadi Lebih Baik ... 70

DAFTAR GAMBAR


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampira 1 Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah Madani dan tutor Lampiran 2 Pedoman Wawancara dengan Orang Tua Peserta didik

Lampiran 3 Pedoman wawancara dengan dosen UIN Jakarta Lampiran 4 Pedoman wawancara dengan Pengurus RT Lampiran 5 Angket untuk Peserta Didik

Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Tutor Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Orang tua Peserta didik Lampiran 8 Hasil wawancara dengan dosen UIN Jakarta Lampiran 9 Hasil wawancara dengan pengurus RT Lampiran 10 Hasil Perolehan Pesebaran Angket Lampiran 11 Silabus

Lampiran 12 Tata Tertib Sekolah Madani

Lampiran 13 Daftar Nama – nama Peserta Didik di Sekolah Madani Lampiran 14 Dokumentasi Sekolah Madani


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal mendasar yang harus dimiliki setiap bangsa. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia. Dan hal itu sesuai dengan kutipan salah satu filsuf Yunani dan terkait dengan manfaat pendidikan itu sendiri “ Jika anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana : Pendidikan membuat orang menjadi lebih baik dan orang menjadi lebih baik dan orang baik tentu berperilaku mulia.” ( Plato, 428 – 347 SM). 1 Dengan pendidikan pula suatu bangsa akan maju karena generasi penerusnya dapat memahami perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang – undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuataan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”2 Di Indonesia pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara, hal tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1 dan pasal 10 ayat 2 Undang – undang tentang pendidikan yaitu :

1

Mu’in, Fatchul. Pendidikan karakter : Konstruksi Teoritik & Praktik, ( Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), H. 21

2

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang – Undang Dan Pearturan Pemerintahan RI Tentang Pendidikan, ( Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), H. 5


(16)

2

“ Pasal 5 ayat 1 : setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pasal 10 ayat 2 : pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya daya guna terselenggarnya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.”3

Arti dari Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah “ Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi perkerti (karakter, kekuataan batin), pikiran (Intellect), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya“. 4 Dan di pembukaan UUD 1945 alenia keempat yang berbunyi

“ Kemudian dari pada itu untuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan Kehidupan

Bangsa, dan ikut melakasanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

perdamaian abadidan keadilan sosial ”5

Berdasarkan pembukaan UUD 1945 sangat jelas terlihat bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan tujuan tersebut akan tercapai melalui proses pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam dunia pendidikan terdapat tiga ranah yang menjadi di perhatian yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pertama ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

Kedua adalah ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif

3

Ibid, h. 10 - 12

4

Mulyasana, Dedy . Pendidikan bermutu dan berdaya saing, ( Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), H.3.

5


(17)

3

tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Ketiga adalah ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Dan realita yang ada dalam dunia pendidikan baik peserta didik, tenaga pendidik dan masyarakat lebih menekankan hanya pada satu ranah yaitu ranah kognitif. Tanpa mempertimbangan ranah lainnya seperti afektif dan psikomotorik. Seperti potongan berita sebagai berikut :

SURABAYA, KOMPAS.com — Siami tak pernah membayangkan niat tulus mengajarkan kejujuran kepada anaknya malah menuai petaka. Warga Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya, itu diusir ratusan warga setelah ia melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian nasional pada 10-12 Mei 2011 lalu. Bertindak jujur malah ajur!6

Dari potongan berita yang terpapar di atas tersirat bahwa peserta didik, orang tua, dan tenaga pendidik lebih mempioritaskan nilai yang dalam hal ini termasuk dalam ranah kognitif. Realita tersebut di dukung dengan kutipan tulisan Erie Sudewo dalam buku Best Practice Character Building, “ Kemelut Indonesia yang semakin carut – marut ini diyakini karena ketiadaan karakter, “.7 Idealnya, pendidikan mampu membantu perkembangan manusia seutuhnya, meliputi fisik, psikologis, sosial, dan religius. Sekolah merupakan salah satu tempat bagi anak dan remaja untuk tumbuh dan berkembang bersama dengan keluarga dan lingkungan. Sekolah diharapkan mampu mendukung perkembangan anak dan remaja secara utuh dan seimbang. Namun di sisi lain, tak sedikit anak dan remaja

6

http://edukasi.kompas.com/read/2011/06/15/09474924/Ibu.Siami.Si.Jujur.yang.Malah.Ajur di akses pada tanggal 14 febuari 2015 pukul 10:10

7

Salahudin, Anas dan Alkrenciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter ( Pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa), ( Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013) cet. 1. H. 31


(18)

4

yang setiap hari bergulat dengan berbagai permasalahan. Dan Pendidikan Indonesia pun masih dapat dikatakan belum baik hal ini terbukti dengan di survey dari Programme for International Study Assessment (PISA) 2012 yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan peringkat terendah dalam pencapaian mutu pendidikan.8

Dan hal tersebut juga didukung dengan realitannya semakin berkembangnya dunia pendidikan, ternyata pemenuhan hak atas pendidikan menjadi sulit terlaksana dengan baik. Berbagai lembaga pendidikan cenderung lembaga yang bersifat formal, dimana peserta didik harus menggunakan seragam, sepatu, tas, pelengkapan sekolah lainnya dan juga biaya pendidikan yang cukup mahal menjadi salah satu faktor sulit terjangkau pendidikan untuk mereka yang berpenghasilan menengah kebawah.

Dan sistem pendidikan formal masih sulit di terima oleh anak – anak yang orang tuanya memiliki penghasilan minim. Sehingga tak jarang mereka harus putus sekolah demi membantu orang tuanya bekerja dalam meningkatkan taraf perekonomian keluarga mereka. Anggota Komisi X DPR RI Raihan Iskandar mengungkapkan, “Kemiskinan menjadi sebab utama angka putus sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya,”9. Dan pada realitanya tidak hanya kemiskinan yang menjadi permasalahan pendidikan indonesia akan tetapi perilaku dan sikap generasi bangsa turut serta mencoreng nama genarasi bangsa Indonesia. Hal ini di buktikan dengan paparan berita yang di muat oleh news. liputan6. com sebagai berikut:

Sebanyak 45 bajing loncat (bajilo) yang tergabung dalam kelompok Asmoro (Asal Moro) diamankan Mapolres Jakarta Utara . Para bajing loncat tersebut diperoleh dari berbagai TKP di antaranya, Pertigaan Plumpang, Jalan Mambo, Jalan Raya Sulawesi, Bogasari, Jalan Raya Cacing, Jalan Martadinata (Volker), dan Simpang 5 Semper, Koja. "Karateristiknya dengan penodongan. Ini kegiatan musiman bajilo, biasanya bulan Ramadan. Mereka aktif di jam-jam macet, sore sampe 10

8

http://www.tempo.co/read/news/2013/12/06/173535256/Mutu-Pendidikan-Indonesia-Terendah-di-Dunia . di akses pada tanggal 14 Febuari 2015

9

http://edukasi.kompas.com/read/2011/12/26/10392444/Angka.Putus.Sekolah.dan.Komersialisasi. Pendidikan di akses pada tanggal 14 febuari 2015 pukul 15:56


(19)

5

malam. Lagi macet, gebrak batu di kaca mobil," kata Kasat Reskrim Jakarta Utara, AKBP Daddy Hartadi di Jakarta, Jumat (12/7/2013). Daddy menambahkan, dari ke-45 bajilo yang rata-rata masih dibawah umur, sebagian sudah dipulangkan. Sementara sisanya diserahkan ke dinas sosial Jakarta Utara . Namun, untuk yang tertangkap tangan membawa senjata tajam, masih dalam penyelidikan."13 orang sudah kita pulangkan karena beralamat lengkap dan masih status pelajar aktif. 1 Orang yang membawa senjata tajam masih kita dalami," tambah Daddy. Sementara itu, Kasudin Sosial Jakarta Utara Ika Lestari Aji mengaku, hingga kini sudah 99 orang di luar bajilo yang sudah disalurkan ke Kedoya Bina Insani untuk dibina agar tidak kembali ke jalan." Untuk anak sekolah bisa cepat keluar. Kita juga ada kebijakan .Sampai saat ini mendekati bulan puasa dengan rutin sudah 99 orang Jakut. Ada pengemis, gelandangan, gepeng dan PSK yang kebanyakan dari luar daerah," jelas Ika. (Ali/Mut)10

Dari pemamparan berita tersebut sangat ironi melihat generasi penerus bangsa berbuat tindakan kriminialitas yang akan berdampak negatif bagi masa depan mereka. Dan hal tersebut merupakan dampak dari kurangnya pembentukan karakter dari lingkungan keluarga, masyarakat serta sekolah sebagai lembaga pendidikan. Idealanya keluarga, masyarakat serta sekolah dapat berkerja sama untuk memberikan contoh kepada generasi penerus bangsa untuk memiliki karakter yang baik.

Dari dua masalah yang telah di paparkan di atas, maka di perlukan solusi untuk mengatasi pemerataan pendidikan untuk seluruh kalangan masyarakat serta pembentukan karakter peserta didik. Dan sekolah non formal menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan yang di sebutkan di atas. Telah banyak sekolah non formal yang sukses dalam mengatasi masalah pendidikan khusunya untuk masyarakat dari kalangan menengah kebawah. Beberapa diantaranya telah mendapatkan penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional. Sebagai contoh LKP Yayasan Pendidikan Insani dari Sumatera Barat tingkat Nasional. Dan PKBM Himmata di Jakarta Utara yang berhasil meraih juara pertama sebagai lembaga pengelola PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) terbaik di Jakarta Utara .

10

http://news.liputan6.com/read/637716/45-bajing-loncat-kelompok-asmoro-di-jakarta-utara-dibekuk . di akses pada tanggal 10 febuari 2015 pukul 13:24


(20)

6

Dari sekian banyak sekolah non formal terdapat satu sekolah non formal di daerah Jakarta Selatan yang turut andil dalam menyelesaikan permasalahan pendidikan nasional khusunya di kawasan Jakarta Selatan. Sekolah Madani menjadi salah satu contoh sekolah non formal yang turut berperan dalam menyelesaikan masalah pendidikan di daerah Jakarta.

Berasaskan pendidikan islam Sekolah Madani ini berdiri di tengah bangunan pencakar langit di Selatan Kota Jakarta. Penduduk yang mayoritas memiliki tingkat status sosial yang cukup tinggi, mobil mewah, dan penghasilan yang lebih dari cukup, tidak serta turut andil dalam memperbaiki pendidikan di lingkungan sekitar. Tepatnya di daerah Pancoran, Jakarta Selatan terdapat satu permukiman yang di kenal dengan kampung pemulung. Dinamakan kampung pemulung karena mata pencarian penduduk tersebut mayoritas sebagai pemulung.

Dengan penghasilan yang hanya cukup untuk biaya hidup mendorong anak – anak ikut berperan untuk mencari rezeki sebagai pemulung. Dan ketidak mampuan orang tua pula mengakibatkan anak- anak daerah tersebut tidak dapat merasakan pendidikan seperti yang seharusnya mereka rasakan. Padahal kondisi geografis mereka yang di keliling masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, tidak pula memberikan dampak positif terhadap pendidikan anak-anak di kampung pemulung tersebut. Idealnya dalam suatu masyarakat jika masyarakat yang lain dalam kondisi sulit maka masyarakat lainnya harus membantu kesulitannya. Dengan dasar masyarakat yang ideal KAMMI ( Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Madani mendirikan sebuah sekolah bersifat non formal yang di bernama sekolah Madani. Sekolah Madani adalah sebuah model sekolah non formal yang berusaha mengembangkan pendidikan secara mandiri. Artinya sekolah Madani dalam perkembangannya dilakukan secara sendiri tanpa melibatkan lemaga sosial.

Semangat pantang menyerah sekelompok aktivis KAMMI Madani untuk membantu sesama dalam meningkatkan mutu pendidikan pada anak –anak pemulung tak pernah surut, hingga semangat pantang menyerah itu pun masuk pada diri peserta didik. Semangat pantang menyerah tersebut terlihat dengan antusias peserta didik ketika waktu belajar tiba. Melihat kondisi ini, bagaimana


(21)

7

peran sekolah Madani sebagai pendidikan luar sekolah dalam membentuk karakter baik pada peserta didik. Terdapat pro dan kontra ketika sekolah Madani didirikan. Ada yang menolak keberadaan sekolah Madani dengan berbagai alasan seperti nantinya tidak bisa bantu mencari rezeki lagi, akan mengeluararkan biaya, dan berbagai ketakutan lainnya. Dan ada pula yang setuju dengan keberadaan sekolah Madani, hal tesebut terbukti dengan di berikannya sepetak tanah beserta bangunannya yang kini menjadi bangunan sekolah Madani. Dukungan dari masyarakat yang setujulah yang menjadi motivasi aktivis Madani Community

untuk mencerdaskan generasi bangsa khususnya dari kalangan bawah.

Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana peranan sekolah Madani sebagai sekolah non formal dalam membentuk karakter bangsa pada peserta didik. Untuk itu peneliti mengambil judul “ Peran Sekolah Madani Sebagai Sekolah Non Formal Dalam Membentuk karakter Bangsa Pada Peserta Didik

B. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang di dentifikasi dalam penelitian ini adalah : 1. Pembelajaran di sekolah terlalu menekankan pada aspek kognitif.

2. Kurangnya penanaman karakter pada peserta didik di sekolah baik di sekolah formal maupun non formal.

3. Akses sekolah formal yang tidak mudah di dapat oleh sebagian masyarakat.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini, hanya pada : Peranan sekolah Madani sebagai sekolah non formal dalam membentuk karakter bangsa.


(22)

8 D. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat diambil suatu perumusan masalah yaitu : Bagaimana Peranan Sekolah Madani sebagai sekolah non formal dalam membentuk karakter bangsa peserta didik?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan sekolah non formal yang dalam penelitian ini objeknnya adalah sekolah Madani dalam membentuk karakter bangsa bagi peserta didiknya.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dan kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi Peserta didik

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat untuk dapat di aplikasikan peserta didik dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan karakter bangsa.

2. Bagi lembaga pendidikan dan tenaga pengajar

Menjadi bahan pijakan dalam mengukur keberhasilan sekolah Madani dan tenaga pengajar dalam membentuk karakter bangsa bagi peserta didik.

3. Bagi masyarakat

Menjadi bahan pertimbangan orang tua dan masyarakat dalam menilai aspek negatif dan positif dari adanya sekolah Madani di lingkungan sekitar.


(23)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Kajian Teori

Guna menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap judul penelitian yang akan di laksanakan, berikut ini akan di tegaskan makna setiap kata dalam judul penelitian ini, antara lain:

A. Peran Sekolah Madani a. Pengertian Peran

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia depdikinas, 2007 : “ kata peran diartikan sebagai pemain sandiwara (film), tukang lawak, atau perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. “ 11

Teori peran ( role theory ) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu. Istilah peran diambil dari dunia teater, dalam teater seorang aktor harus bermain sebagai tokoh tertentu dan dalam posisinya seorang tokoh yag diharapakan untuk berperilaku secara tertenntu yang kemudian dianalogikan dengan posisi sesorang dalam masyarakat yaitu bahwa prilaku yang di harapakan dari padanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang - orang lain yang berhubungan dengan orang tersebut.12

Menurut Grass Massan dan A.W.Mc. Eachern mendefinsikan peranan sebagai seperangkat harapan – harapan yang dikenakan pada individu yang mempunyai kedudukan sosisal tertentu. Harapan tersebut merupakan hubungan dari norma – norma sosial. Oleh karenannya dapat dikatakan bahwa peranan itu dapat ditentukan oleh norma – norma di

11

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : PN Balai Pustaka, 1989),h.667

12

Sarlito Wiraman Sarwono, Teori – Teori Psikologi Sosial, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005),h.215


(24)

10

dalam masyarakat. Artinya sesorang diwajibkan untuk melakukan hal hal yang diharapkan oleh masyarakat didalam perkerjaannnya dan dalam pekerjaan – pekerjaann yang lain. 13 Soerjono Soekanto mengartikan “peran (role) sesuatu yang merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila sesorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.”14

Peranan yang melekat pada diri sesorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Peranan mencakup tiga hal sebagaimana diungkap Soerjono Soekanto, antara lain :

a. Peranan meliputi norma – norma yang di hubungkan dengan tempat sesorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan – peraturan yang membimbing sesorang dalam kehidupan kemasyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat di lakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai orgaisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai pelaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.15

Peranan dalam tulisan ini berarti fungsi yang dijalankan sekolah Madani sebagai bagian dari sekolah non formal dala.m membentuk karakter peserta didik. Walaupun ada sedikit perbedaan dalam penjelasannya akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa peranan merupakan sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan terutama yang menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan masyarakat.

13

Grass, W.S.Massan dan A.W. Mc. Eachern, Exploration Role Analysis, dalam David Berry, Pokok – pokok Pikiran dalam Sosiologi, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995),h. 90

14

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990) Edisi Baru,h. 278

15


(25)

11 b. Sejarah Sekolah Madani

Sekolah Madani adalah sekolah yang terletak didaerah Jakarta Selatan. Sekolah Madani sendiri didirikan oleh sekelompok mahasiswa yang terhimpun dalam suatu organisasi luar kampus yaitu organisasi KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang memiliki fokus utama pada bidang di intelektual kader. KAMMI ini memilki tujuan untuk menciptakan pemimpin masa depan yang memiliki akhlak islami. Dari tujuan ini maka terbentuk program kerja agar kammi ini dapat bermanfaat untuk masyarakat.

Dari program kerja tersebut terbentuk Madani Community yaitu sebuah tempat belajar untuk anak – anak di kawasan pancoran, Jakarta Selatan. Madani Community di bentuk pada bulan Oktober 2012, dengan pendiri Sophiya Mulyani, mahasiswi pendidikan Bahasa Inggris,

Sampoerna University.

Kampung pemulung dipilih karena wilayah terdekat dengan sekretariat Kammi Madani, dan jika dihitung rata-rata penghasilan masing-masing keluarga termasuk yang membutuhkan bantuan. Disebut kampung pemulung karena sebagian besar warga berprofesi sebagai pahlawan yang mengumpulkan barang-barang yang tak terpakai.

Dalam perjalananya, Madani Community memiliki agenda rutin dan agenda insidental. Agenda rutin yang dimiliki Madani Community adalah BATULAMA (BAca TUlis beLAjar agaMA). Agenda ini dilaksanakan setiap dua minggu sekali. Agenda ini adalah pembinaan anak-anak (tingkat sekolah dasar) oleh tutor-tutor dengan pembinaan yang terintegrasi, yaitu melingkupi bidang akademik dan non akademik. Di samping agenda rutin, Madani Community juga memiliki agenda insidental. Di antara agenda insidental yang telah terlaksana adalah bakti sosial, pembagian sembako Ramadhan 1433 H, kegiatan pembinaan di bulan Ramadhan, dan pembagian paket kurban.

Sebagai suatu langkah kebajikan, Madani Community berusaha untuk terus berkarya, menginspirasi dan progresif. Untuk mengemban


(26)

12

misi yang mulia ini, partisipasi dari berbagai pihak dalam bentuk materiil maupun non materiil sangat diharapkan. Saling bahu-membahu dan mensinergikan gerakan untuk membangun peradaban.16

Prestasi yang sudah diraih Madani Community :

1. Best Community development 2012 dari urbanqurban 2. Madani Community Kid: Juara 1 nasyid di kongres anak

2012

3. Juara 1 story-telling di kongres anak 2012

B. Hakekat Sekolah Non Formal ( Pendidikan Luar Sekolah ) a. Pengertian Pendidikan

Pengertian pendidikan secara umum mengacu pada dua sumber pendidikan islam, yaitu al quran dan al hadis yang memuat kata – kata rabba dari kata kerja tarbiyah,’ alama kata kerja dari

ta’lim, dan addba dari kata kerja ta’dib. Ketiga istilah itu mengandung makna amat dalam karena pendidikan adalah tindakann yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi ( sumber daya ) insan menuju terbentuknya manusia seutuhnya ( insani kamil ). 17

Esensi pendidikan secara substansial adalah upaya normative untuk mengembangkan fitrah manusia melalui konsep dasar pendidikan, yaitu nilai intrsitik yang menjadi landasan pendidikan dalam memelihara aspek – aspek yang berkaitankn dengan perubahan tingkah laku dan perbaikan moral anak didik. 18

Pendidikan dalam konteks kekinian adalah upaya untuk mengembangkan, mendorong, dan mengajak manusia agar trampil lebih progresif dengan berdasarkan pada nilai yang tinggi dan

16

Vina Yusriana, Hasil wawancara langsung kepada ketua Madani Community, Pancoran: selasa 17 Febuari 2015. Pukul 17 : 00

17

Ilahi,Takdir Muhammad, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, ( Depok : Ar-Ruzz Media, 2012), cet. 1, H. 25

18


(27)

13

kehidupan yang mulia agar terbentuk pribadi yang sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuataan.19

b. Komponen Terpenting Dalam Pendidikan

Prof. Dr. Nana Syaodik Sukmadinata mengatakan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah berinteraksi antara pendidik dan peserta didik. Pendidik atau yang disebut guru memegang peranan kunci bagi kelangsungan kegiatan pendidikan. Pendidikan tetap berjalan tanpa kelas, tanpa gedung, atau dalam keadaan darurat serba minim fasilitas. Namun tanpa guru proses pendidikan hampir tak mungkin bisa berjalan.20

Guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian orang – orang yang profesinya mengajar disebut guru. Dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru menjelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan mengengah.21

Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan kata “TUTOR” sebagai pengganti kata “GURU” hal ini karena sekolah yang diteliti bersifat non formal. Secara etimologi, tutor adalah guru pribadi, tenaga pengajar ekstra atau memberi les/pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta bpartisipasi dalam penyelenggara pendidikan. Dimana tutor merupakan sebutan bagi orang yang mengajar dalam

19

ibid

20

sulhan, Najib, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: Jaring Pena, 2011),h. 2

21


(28)

14

pendidikan non formal.22

c. Pengertian Sekolah Non Formal ( Pendidikan Luar Sekolah )

Abad terakhir ini, kemajuan bidang pendidikan mencapai puncaknya, dengan timbulnya konsepsi pendiidkan baru yang berbeda dengan konsep pendidikan yang sudah ada dan telah lama berlangsung.

Dalam konsepsi tersebut diketengahan tentang pendidikan luar sekolah yang merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan. Pembahasan tentang pendidikan luar sekolah memang sangat menarik karena : pendidikan luar sekolah merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan yang bentuk dan pelaksannya berbeda dengan sistem sekolah yang sudah ada.

Dalam pendidikan luar sekolah terdapat hal – hal yang sama – sama pentingnya bila dibandingkan dengan luar sekolah sepeerti: bentuk pendidikan, tujuan, sasaran pelaksanaannnya, dan sebagainya.

Pengertian Pendidikan luar sekolah (non formal) menurut Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdikdas), pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat di laksanakan secara terstruktur dan berjenjang. 23

Pengertian pendidikan luar sekolah menurut Philips H. Combs, mengungkapkan bahwa pendidikan luar sekolah adalah:

“Setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang di selenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang di maksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan – tujuan belajar.” 24

22

Undang – Undang RI Nomor 20 Tahun 2005 tentang guru dan dosen & Undang – undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,( Surabaya: Intelektual,2006)h.57

23

Alifuddin, Moh, Menyemai Pendidikan Non Formal, ( Jakarta : MAGNAS Script, 2011) Cet-1 H. 1

24

Soelaiman Joesoef, konsep dasar pendidikan luar sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), cet. Ke 4, h. 50


(29)

15

Pengertian pendidikan non formil menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai berikut :

“ Pendidikan non formal adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk perkembangan keperibadian serta kemampuan anak di luar sekolah atau tempatnya diluar sistem persekolahan yang kita kenal. “ 25

Dan begitu juga pengertian pendidikan luar sekolah menurut Saleh Marzuki, adalah sebagai berikut :

Pendidikan luar sekolah adalah Programnya jangka pendek, tidak dibatasi atas jenjang- jenjang, Usia didiknya tidak perlu sama/homogen, sasaran didiknya berorintasi jangka pendek dan praktis, diadakan sebaga respon kebutuhan yang mendesak, ijazah biasanya kurang memegang peranan penting, dapat diselenggarakan pemerintah atau swasta, dapat diselenggarakan dalam atau diluar kelas.26

Pendidikan non formal adalah suatu aktivitas pendidikan yang datang di luar sistem pendidikan formal yang di tunjukan untuk melayani anak didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. 27

1. Asas Sekolah Non Formal ( Pendidikan Luar Sekolah )

Seperti pendidikan formal, pendidikan non formal mempunyai asas-asas yang menjadi pedoman bagi siapa saja yang terlibat dalam kegiataan pendidikan ini. Asas- asas yang dimaksud meliputi:

1. Asas Inovasi

Asas inovasi merupakan asas penting dalam menyelengarakan pendidikan non formal, sebab setiap penyelenggaran pendidikan non formal harus merupakan kegiataan bagi si terdidik dan merupakan hal yang diperlukan atau dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan arti inovasi yakin “pemecahan masalah dengan mengubah melalui titik pemberangkatnya

25

Ibid

26

Sismanto Y, Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa, ( Jakarta : CV. Era Swasta : 1984),h. 7

27

Muhammad Amin, Maswardi. Pendidikan Karakter Anak Bangsa, ( Jakarta : Baduose Media Jakarta, 2011), H. 68


(30)

16

yang lain sama sekali dari kebiasaan yang berlaku, jadi berbeda dari cara-cara perbaikan secara-cara bertahap dalam rangka atau system yang sudah ada”. Dalam inovasi ini, maka dapat dikemukaan normal nilai, metode, teknik-teknik kerja, cara berorganisasi, cara-cara berpikir dan lain –lain yang merupakan kebutuhan bagi anak didik. Konsekuensi dari pada asas inovasi ini, perlu diadakan perubahan tentang anggapan bahwa:

1. Para perencana dan pelaksana pendidikan lebih banyak memusatkan pikirannya pada perencanaan pendidikan formal daripada pendidikan non formal.

2. Pendidikan dan perbuatan belajar hanya terbatas pada usia –usia tertentu. Sebagai akibatnyalah bahwa struktur pendidikan dalam arti prasekolahan yang ada selama ini dibatasi dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.

2. Asas Penentuan Dan Perumusan Tujuan Sekolah Non Formal ( Pendidikan Non Formal)

Perumusan tujuan untuk program pendidikan merupakan langkah yang penting dan pertama harus dikerjakan baik bagi pendidikan formal, informal, maupun non formal. Berbicara tentang perumusan tujuan, berarti mempersoalkan tuntutan minimal apa yang harus dipenuhi agar si terdidik dapat melaksanakan hak dan kewajiban sebagai manusia sehingga memiliki kehidupan yang layak. Penentuan dan perumusan tujuan, tidak bisa dilepaskan dari : “ jenis dan tingkatkan pengetahuan, sikap serta jenis dan tingkat keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang anggota masyarakat.”

3. Asas Perencanaan Dan Pengembangan Program Sekolah Non Formal Pada tahap perencanaan mempunyai nilai yang sangat penting oleh karena dapat membawa efektivitas dan efesien sesuatu kegiatan yang dilaksanakan . Dalam perencanaan maka :

a. Perencanaan harus bersifat komperensif

Hal ini berarti bahwa program atau kegiatan yang direncankan harus sesuai dengan tumuan yang telah digariskan sebelumnya. Dengan


(31)

17

kata lain berarti pula bahwa program kegiataan yang dikerjakan dapat memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat karena tujuan-tujuan tersebut telah mencerminkan dan mencakup semua jenis kebutuhan individu, masyarakat, dan nasional.

b. Perencanaan harus bersifat integral

Perencanaan integral berarti perencanan yang memuat jenis program pendidikan formal dan non formal yang terkoordinasi dan termotivasi, sehingga jenis program pendidikan masing-masing tidak beretentangan satu sama lain. Akibat perencanan integral, maka output dari suatu program dapat merupakan input bagi suatu program lainnyya, dan akhrnya dapat menjadi output yang diharapkan dari keseslurahan sistem pendidikan.

c. Perencanaan harus menghitungkan aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif.

Pada umumnya sementara orang banyak yang beranggapan bahwa dalam penyelengaraan pendidikan non formal cenderung untuk memperoleh jumlah pelajar ( anak didik) yang sebanyak-banyaknya. Anggapan diatas tentunya lebih baik dan lebih diterima bila “ didalam lapangan non formal pun harrus mampu meningkatkan kualitas belajar serta kualitas kerja sesorang”

d. Perencanaan harus memperhitungakn semua sumber-sumber yang ada atau yang dapat diadakan.

Di dalam penyelenggaraan pendidikan luar sekolah memerlukan berbagai fasilitas seperti : tempat belajar, tutor/fasilitator, bahan – bahan bantu dan bahan – bahan dasar lainnya. Dengan adanya fasilitas tersebut maka di dalam penyelenggaraan pendidikan luar sekolah harus dapat mencari sumber manusia maupun non manusia. Di dalam perencanaan sebetulnya sudah diperhitungkan apakah sekitar tempat kegiataan tersebut ada bahan – bahan pendudukungnya kalau tidak ada bagaimana mengadakannya. Jadi dengan adanya perencanaan yang


(32)

18

demikian ini akan mempunyai kemungkinan lancar, karena sudah diperhitungkan sebelumnya. 28

3. Sifat- Sifat Sekolah Non Formal (Pendidikan Luar Sekolah)

Disamping adanya tugas yang sama antara pendidikan formal dengan pendidikan non formal, maka pendidikan non formal mempunyai sifat yang lebih daripada pendiidkan formal. Sifat-sifaat yang di maksud : a. Sekolah Non Formal Lebih Fleksibel

Sifat fleksibel diatas dalam artian luas seperti tidak ada tuntuan syarat credential yang keras bagi anak didiknya, waktu penyelenggara disesuaikan dengan kesempatan yang ada artinya dapat beberapa bulan, bebapa tahun dan beberapa hari saja. Dari segi tujuan, maka pendiidkan non formal dapat luas tujuanny, dan bisa spesifik sesuai dengan kebutuhan. Sedangkann para pengajarannya, juga tidak perlu syarat-syarat yang ketat, hanya dalam pelajaran yang diberikan ia lebih dari murid-muridnya sedang metode dapat disesuiakan dengan besarnya kelas.

b. Sekolah Non Formal Mungkin Lebih Efektif Dan Efesien.

Bersifat efektif karena “ program pendidikan non formal bisa spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat ( guru, metode, fasilitas lain) secara ketat ”. Dan tempat penyelenggaraannya pun dapat dimana saja seperti disawah, di bengkel, dirumah, dipasar, ditempat kerja yang lain.

c. Sekolah Non Formal Bersifat Quick Yielding

Artinya dalam waktu yang singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga yang memiliki kecakapan.

d. Sekolah Non Formal Sangat Instrumental

Artinya pendidikan yang bersangkutan bersifat luwes, mudah dan murah serta dapat menghasilakan dalam waktu yang relative singkat.

28


(33)

19

3. Syarat- Syarat Pelaksaan Sekolah Non Formal

Bila diingat sifat-sifat pendidikan non formal tersebut di atas, tampaknya sangat mudah pendidikan non formal tersebut dilaksankan dan dapat mencapai hasil seperti yang diharapakan. Akan tetapi pada prakteknya, pelaksaan pendidikan non formal harus memenuhi syarat-syarat dalam pelaksanaan sebagai berikut:

a. Pendidikan non formal harus jelas tujuannya. Tujuan ini harus merupakan sesuatu yang dirasakan bermanfaat oleh pesertanya. Hal ini tentu mendapatkan dukungan dari nilai-nilai, aspirasi dan kebutuhan masyarakat sebagai peserta.

b. Ditinjau dari segi masyarkat, program pedidiikan non formal harus menarik (appealing) baik hasil yang akan dicapai maupun cara cara pelaksaannya. Appealing ini sangat diperlukan karrena didalamnya pendidikan non formal harus memperoleh dukungan daripada masyarakat serta partisipasi aktif masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat di perlukan karena dalam pelaksannya pendidikan non formal pun perlu fasilitas dan pembiayaan.

c. Adanya integarsi pendidikan non formal dengan program pembangunan dalam masyarakat pengalaman menujuan bahwa suatu program pendidikan tidak akan berhasil kalau tidak berkaitan dengan kegiatan pembangunan di daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum diadakan perencanaan pendidika non formal disusun.

d. Organisasi kesenian, kursus kesenian, penataran pembinaan kesenian. e. Kegiatan lain-lain ( pembinaan nara pidana dan siaran perdesaan)

C. Pengertian Karakter a. Pengertian Karakter

Secara etimologis, karakter (character) berarti mengukir (verb) dan kata sifat kebijakan (noun). Secara konseptual, konsep karakter dapat di artikan sebagai usaha terus menerus seorang individu atau kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan atau


(34)

20

melambangkan sifat – sifat kebajikan pada dirinya sendiri atau kepada orang lain.

Menurut kamus Bahasa Indonesia, karakter mempunyai pengertian sifat – sifat kejiwaan, tabiat, watak, perangai, akhlak, atau budi perkerti yang membedakan sesorang dengan yang lain. Berkarakter artinya berkepribadian, bertabiat, berwatak.29

Budi Perkerti adalah suatu keluhuran dalam jiwa seorang yang merupakan unsur pribadi yang mampu memilah dan memilih apa yang baik yang sepantasnya dilakukan dan yang tidak baik yang tidak pantas dilakukan. 30

Menurut Imam Al- Ghazali akhlak adalah “ sifat yang tertanam dalam hati yang dapat menimbulkan perbuatan – perbuatan yang baik, dengan mudah dan tanpa menimbulkan pertimbangan – pertimbangan dan pemikiran – pemikiran”.31

Dan menurut Ibnu Maskawaih, akhlak adalah “ Keadaan jiwa sesorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan – perbuatan baik tanpa melalui pertimbangan – pertimbangan pemikiran terlebih dahulu”.32

Dengan demikian karakter, budi perkerti, serta akhlak dapat dikatakan sebagai jati diri sesorang dimana jati diri tersebut terbentuk dari hasil proses kehidupan. Dan karakter itu dapat berupa pola piker, sikap, dan perilaku.

b. Proses Pembentukan Karakter

Menurut Edi Waluyo, pendidikan karakter terhadap anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik, sehingga ketika anak tidak melakukan kebiasaan itu, yang bersangkutan akan merasa bersalah. Dengan demikian baik sudah menjadi semacam instrik, yang secara otomatis akan membuat sesorang anak menjadi tidak nyaman

29

Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam metode Aktif, inovatif, dan kreatif, ( Jakarta : Erlangga, 2012 ), H. 8

30

Muhammad amin, Maswardi. Pendidikan Karakter Anak Bangsa, ( Jakarta : Baduose Media Jakarta, 2011), cet 1, H. 7

31

ibid

32


(35)

21

jika tidak melakukan kebiasaan baik itu. karakter yang kuat biasanya dibentuk oleh pembentukan nilai – nilai yang menekankan tentang baik dan buruk. Nilai – nilai ini di bangun melalui penghayatan dan pengalaman, membangkitkan rasa ingin dan bukan menyibukan diri dengan pengetahuan. Menurut Annis Maata dalam buku yang berjudul “ Membentuk Karakter Muslim “ menyebutkan beberapa kaidah-kaidah tentang pembentukan karakter, yaitu :

a. Kaidah bertahapan, artinya proses perubahan, perbaikan, dan pengembangan harus dilakukan secara bertahap. Sesorang anak dalam hal ini tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai dengan keinginan secara tiba – tiba dan instan. Namun ada tahapan – tahapan yang harus di lalui dengan sabar dan tidak terburu – buru. Adapun orientasi dari kegiatan ini terletak pada proses bukan hasil. Sebab proses pendidikan itu tidak langsung dapat di ketahui hasilnya akan tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga hasilnya nanti akan paten.

b. Kaidah Kesinambungan, artinya perlu adama latihan yang harus dilakukan secara terus – menerus. Seberapa pun kecilnya latihan, yang terpenting latihan itu berkesinambungan.

c. Kaidah Momentum, artinya mempergunakan berbagai momentum peristiwa untuk fungsi pendidikan dan latihan. Misalkan pada bulan Ramadan di gunakan untuk mengembangkan dan melatih sifat sabar, kemauan yang kuat, kedermawaan, dan lain – lain.

d. Kaidah Motivasi Instristik, artinya karakter anak terbentuk secara kuat dan sempurna jika didorong oleh keinginan sendiri dan melakukan sendiri.

e. Kaidah Pembimbing, artinya perlunya bantuan orang lain untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada dilakukan seorang diri. Pemebentukan karakter ini di tidak bisa dilakukan tanpa seorang diri.


(36)

22

Pembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa seoarang guru atau pembimbing. 33

c. Dasar Hukum Pendidikan Karakter

Dasar hukum pembinaan pendidikan karakter adalah sebagai berikut :

1) Undang – undang 1945

2) UU No 20 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional

3) Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

4) Permendiknas No 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan

5) Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi

6) Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi

7) Renstra Pemerintah jangka menengah tahun 2010 – 2014 8) Renstra Kemdiknas tahun 2010 – 2014

9) Renstra Diktorat Pembinaan SD tahun 2010 – 2014

d. Karakter Bangsa

Menurut Sigmund Freud, charakter is striving system with underly beheviur, karakter merupakan tata nilai yang terwujud dalam suatu system daya dorong yang melandasi pikiran, sikap dan perilaku yang bisa ditampilkan secara mantap. Karakter juga merupakan interaksi nilai – nilai yang semua berasal dari lingkungan menjadi bagian dari kepribadian. Selanjutnya karakter nilai – nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menajadi nilai instrinstik yang melandasi sikap dan perilaku manusia, tentu karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, dibangun, dan ditumbuh kembangan.

33

Dian Susila Wijaya, Upaya pembentukan karakter siswa di SD Muhammadiyah Al Mujahid Gunung Kidul, skripsi, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Madarasa Ibtidaiyah, UIN Sunan Kalijaga, Jogyakarta, 2014. h. 10 -13


(37)

23

Menurut Anif Punto Utomo, “ Karakter Bangsa adalah sekumpulan karakter individu di sebuah Negara. Sebuah Bangsa melalui pemimpinnya dapat membentuk karakter individu yang mempuni, yang akan membawa bangsa dalam mewujudkan kesejahteraan sebagai cita – cita ideal bangsa ini. “34

Sebagai bangsa yang menganut falsafah hidup pancasila, maka pancasila, nilai - nilai agama, dan kearifan budaya lokal merupakan karakter bangsa. Sebagai mana di ketahui bahwa pancasila merupakan hasil rumusan nilai – nilai luhur bangsa, yaitu :

Gambar. 2.1.

Pancasila merupakan ideologi pemersatu bangsa yang digali dari akar budaya bangsa Indoenesia yang mengandung nilai- nilai luhur yang di

34

Salahudin, Anas dan Alkrenciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter ( Pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa), ( Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013) cet. 1. H. 30

PANCASILA

NILAI BUDAYA

NILAI KEMANUSAIAN

NILAI ADAT ISTIADAT

NILAI PERJUANGAN NILAI KEBERSAMAAN

NILAI KESETIAN NILAI AGAMA/KETUHANAN


(38)

24

junjung tinggi hingga sekarang, baik nilai agama, adat istiadat, kebersamaan, kesejahteraan, keadilan, maupun perjuangan untuk melepas diri dari segala bentuk penajajahan.

Nilai luhur ini mengkristal dalam rumusan pancasila sebagai perwuujudan filsafah kemanusian yang mencerminkan hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Rumusan pancasila ini merupakan suatu kebenaran, oleh karena itu dijadikan falsafah hidup bangsa.

e. Nilai – Nilai Dalam Pendidikan Karakter Bangsa

Menurut koentjaninrat dan Mochtar Lubis, karakter bangsa Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri, tidak disiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipokrit, lemah kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu. Sedangkan menurut Winarno Suraakhmad dan pramoedya ananta toer, karakter asli bangsa Indonesia adalah : nrimo, penakut, feudal, penindas, koruption, dan tak logis. 35

Karakter lemah tersebut menjadi realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai- nilai tersebut sudah ada sejak bangsa indonesia masih dijajah bangsa asing beratus tahun yang lalu. Karakter tersebut akhirnya mengkritaslisasi pada masyarakat Indonesia. Mulai tahun 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter. Hal ini di dukung dengan salah satu kutipan dari Mantan Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudoyono pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara Jakarta tanggal 11 Mei 2010 : “ Lima isu penting dalam dunia pendidikan . Pertama, adalah hubungan pendidikan dengan pembentukan watak atau dikenal dengan Character Building. “ 36

35

Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam metodeAktif, inovatif, dan kreatif, ( Jakarta : Erlangga, 2012 ), H.

36

Muhammad amin, Maswardi. Pendidikan Karakter Anak Bangsa, ( Jakarta : Baduose Media Jakarta, 2011), cet 1, H. 29


(39)

25

Bagi bangsa Indonesia, empat pilar bangsa yang merupakan nilai budaya bangsa harus dijadikan landasan atau dasar ideal pendidikan karakter, yakni37 :

1. Pancasila

2. Undang – undang Dasar 1945

3. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) 4. Bhinneka Tunggal Ika

Adapun tujuan dari pendidikan karakter yangs sesungguhnya jika di hubungkan dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai – nilai luhur Pancasila. Fungsi – fungsi karakter adalah sebagai berikut :

1) Pengembangan potensi dasar, agar “ berhati baik, berpikiran baik, dan perilaku baik”.

2) Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

3) Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai – nilai luhur Pancasila.38

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, nilai karakter bangsa terdiri atas sebagai berikut 39:

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melakasnakan ajaran agama yang di anutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

2. Jujur

37

Salahudin, Anas dan Alkrenciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter ( Pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa), ( Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013) cet. 1. H. 87

38

Salahudin, Anas dan Alkrenciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter ( Pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa), ( Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013) cet. 1. H. 43

39

Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam metodeAktif, inovatif, dan kreatif, ( Jakarta : Erlangga, 2012 ), H. 8


(40)

26

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Disiplin

Tindakan yang menujukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

4. Kerja keras

Perilaku yang menujukan upaya sungguh – sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya.

5. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

6. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas – tugas.

7. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

8. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, di lihat, dan didenger.

9. Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

10.Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetian, keperdulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

11.Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.


(41)

27

Tindakan yang memperlihatkan rasa seneng berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan yang lain.

13.Cinta damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara.

14.Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.

15.Perduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya – upaya untuk memperbaiki kerusakaan alam yang sudah terjadi.

16.Perduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

17.Tanggung jawab

Sikap dan perilaku sesorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dia lakukan terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

18.Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

Adapun peserta didik yang berkarakter memiliki ciri – ciri40 : 1. Memiliki kesadaran spiritual

2. Memiliki Integritas moral

3. Memiliki kemampuan berpikir holistik 4. Memiliki sikap terbuka

5. Memiliki sikap perduli

40

Salahudin, Anas dan Alkrenciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter ( Pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa), ( Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013) cet. 1. H. 56


(42)

28

Menurut Arif Rahman Hakim ( Pakar Pendidikan), pendidikan dikatakan berhasil apabila memenuhi lima karakteristik, yaitu :41

1. Bertakwa

2. Berkpribadian Matang

3. Berilmu mutakir dan berprestasi 4. Mempunyai rasa kebangsaan 5. Berwawasan global

D. Teori Berkaitan dengan Pendidikan Karakter a. Teori Enviromentalisme Locke

Teori ini di cetuskan oleh Jhon Locke, menurut locke “ anak – anak tidak dilahirkan seperti orang dewasa, melainkan ia berubah menjadi dewasa setelah memperoleh pengasuhan serta pendidikan yang mereka terima di lingkungannya. “ Lebih lanjut Locke menjelaskan bahwa pembelajaran sedari kecil penting, hal ini karena pada masa – masa itu jiwa berada dalam kondisi yang paling lunak, sehingga kita bisa membentuknya seperti yang diinginkan. Locke mengemukakan bahwa lingkungan dapat membentuk anak – anak; pertama, sebagaian besar pikiran serta perasaan kita itu pada hakikatnya berkembang melalui proses ‘ asosiasi ‘ sebagai contoh, jika seseorag anak pernah memiliki pengalaman buruk di suatu ruangan, maka anak itu tidak dapat memasuku ruangan itu tanpa merasakan secara otomatis perasaan negatif terhadap pengalaman masa lalunya itu. kedua, tingkah laku berkembang melalui proses ‘ repetisi ‘ ( pengulangan ), dimana pada saat kita melakukan suatu hal secara berulang – ulang hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan dalam hidupnya. ketiga, manusia belajar lewat ‘Imitasi’ yakni proses tiru – meniru. Dan yang terakhir adalah anak belajar melalui

41


(43)

29

proses ‘ reward and punishment‘ ( hadiah/ penghargaan dan hukuman ).42

b. Teori Sifat Allport

Teori ini dikemukan oleh Gordon W. Allport, pria kelahiran Montezuma pada tahun 1897 ini mengemukan bahwa kebiasan – kebiasaan ( habits ) merupakan kecenderungan yang bersifat menentukan. karena sifat merupakan gabungan atau integrasi dari dua kebiasaan atau lebih.43

c. Teori Sosial Humanis Fromm

Teori sosial humanis fromm dikemukan oleh Erich Fromm yang lahir di Frankfrut, Jerman pada tahun 1900. Menurut Fromm, manusia dapat bersatu dengan orang lain dalam semangat penuh cinta dan kerjasama sehingga menemukan rasa aman dengan tunduk kepada Tuhan penguasa serta menyesuaikan diri dengan masyrakat. Penerapan pembelajaran dari Teori Sosial Humanis Fromm ini bagi anak dari keluarga yang kurang beruntung ( miskin ) secara ekonomi, dengan langkah – langkah sebagai berikut44 :

1. Tingkatkan keahlian atau ketermpilan berpikir. 2. Jangan terlampau disiplin yang kaku

3. Prioritaskan untuk memotivasi siswa 4. Cari cara untuk membantu orang tua

5. Cari cara untuk melibatkan orang berbakat dari komunitas miskin tersebut.

6. Jangan buat ketegangan antara anak miskin dengan yang mampu.

7. Gunakan Mentoring

42

Supardan, Dadang, Teori – teori Belajar dan Pembelajaran Dari zaman Klasik sampai Behaviorisme, (Bandung : Yayasan Rahardja ), 2002, Hal. 118

43

Ibid, hal. 212

44


(44)

30

8. Perhatikan kekuatan anak dari keluarga miskin

2. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang di lakukan oleh:

1. Lutfi Faridil Aftros, penelitiannya yang berjudul peran pendidikan akhlak dalam membentuk karakter santri di pondok pesantren Miftahul ulum Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini peneliti mengungkapkan pendidikan akhlak di pondok pesantren di berikan dalam pelajaran dan program pendidikan lainnya yang diimplementasikan dengan baik didalam keseharian didalam pondok pesantren yang mengakibtakan akhlak santri menjadi lebih baik sehingga akhlak tersebut menjadi karakter santri.45

2. Nurdiana Ratna Sari, penelitian yang berjudul pengembangan anak duafa melalui pendidikan non formal di yayasan Mizan Amanah. Hasil penelitian ini mengungkapkan hambatan yang di hadapi yayasan mizan yaitu hambatan pemasukan keuangan yang kurang dan fasilitas sarana dan prasarana yayasan mizan amanah yang masih kurang dalam menunjang kegiatan yang ada di yayasan Mizan Amanah.46

Perbedaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang akan di kaji adalah pada pembentukan karakter peserta didik yang menitik beratkan pada peserta didik yang berasal dari sekolah Madani yang merupakan salah satu bentuk sekolah non formal.

45

Lutfi Faridil Aftros,” Peran pendidikan akhlak dalam membentuk karakter santri di pondok pesantren Miftahul ulum Jakarta Selatan”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan PAI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

46

Nurdiana Ratna Sari, “ Pengembangan anak duafa melalui pendidikan non formal di yayasan Mizan Amanah”, Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010


(45)

31 3.Kerangka Berfikir

Proses pendidikan dan pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang di dalam penyusunanya tidak dapat terlepas dari faktor keuangan. Hal ini karena di dalam pelaksanaanya, ada banyak hal yang harus dilakukan, di persiapkan, dan selanjutnya agar proses berlangsung lancar. Berbagai hal harus disiapakan dan disediakan oleh semua pihak, khususnya dalam hal ini prasarana pendidikan. Dengan dana ini, segala kebutuhan sarana prasarana serta opresaional pendidikan dapat disediakan oleh sekolah. Permasalahanya adalah ada cukup banyak anak-anak dari keluarga miskin yang terpaksa tidak dapat sekolah karena kekurangan biaya. Keluaraga mereka tidak berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah karena untuk memenuhi biaya hidup saja mereka kesulitan. Dan hal ini berpengaruh pada karakter mereka sebagai seorang anak yang tidak merasakan pendidikan dengan sempurna. Karakter yang terbentuk pada diri mereka cenderung karakter yang kurang baik.

Sekolah Madani merupakan salah satu contoh sekolah non formal yang peserta didiknya mayoritas adalah anak- anak pemulung yang ada daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Proses pembelajaran disekolah Madani menekankan pada nilai-nilai keislaman. Di sekolah Madani ini merupakan sekolah gratis yang didirikan oleh beberapa mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ekstra kampus yaitu organisasi KAMMI ( Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia ) yang membentuk suatu wadah yang di sebut dengan Madani

Community.

Dengan sekolah non formal yang dalam penelitian ini adalah sekolah Madani menjadi satu solusi yang efektif untuk menyelesaikan problem pendidikan yang berkaitan dengan aspek ekonomi dan pembentukan karakter pada peserta didik.


(46)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Madani yang beralamat di Jl. Pancoran buntu Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 April s/d 10 Mei 2015.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Madani yang terletak di wilayah binaan kawasan pemulung yang berada di Pancoran Buntu, Jakarta Selatan.

B. Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif meneliti kondisi alamiah, tanpa manipulasi objek.47 Artinya pengumpulan data dilakukan bukan dengan kondisi yang terkendali atau labolatoris. Peneliti adalah instumen utama dalam pengumpulan dan penginterprestasikan data. Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian.

C. Subjek dan objek penelitian

Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

47


(47)

33

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.48

Purposive sampling adalah sampel yang diambil betul – betul sesuai

dengan maksud dan tujuan penelitian. Maka dari itu peneliti menentukan sampel yang sesuai berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai keterkaitan dengan kateristik poluasi yang sudah di ketahui sebelumnya.

Berdasarkan teknik pemilihan subjek di atas yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pendiri Madani Comunnity yang mengetahui asal mula kegiatan belajar – mengajar untuk anak – anak di kawasan kampung pemulung yang terdiri dari ketua, 1 tenaga pendidik, dan 15 orang peserta didik yang memiliki rentan usia dari 8th – 13th atau setara pada usia anak di jenjang sekolah dasar, serta 3 orang tua dari peserta didik. Kemudian objek dalam penelitian ini adalah peran Sekolah Madani sebagai sekolah non formal dalam membentuk karakter pada peserta didik.

D.Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung memberikan data pada pengumpul data.49 Kata – kata dan tindakan merupakan sumber data yang di peroleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Data primer yang digunakan pada penelitian adalah hasil wawancara, dan hasil observasi langsung. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang peran Sekolah Madani sebagai sekolah non formal dalam membentuk karakter peserta didik. b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. 50 Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran – lampiran dari badan

2

Ibid h.308

49

Ibid h.308

50


(48)

34

resmi seperti kementrian – kementrian, hasil studi, tesis, hasil survey, studi historis, dan sebagainya. Data sekunder dalam penelitain ini adalah catatan hasil evaluasi, catatan hasil rapat, dokumen yang mendukung dan foto – foto kegiatan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah di kumpulkan melalui wawancara langsung dengan guru serta peserta didik Sekolah Madani.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk pendekatan kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen, observasi, dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Atas dasar konsep tersebut, maka ketiga teknik pengumpulan data diatas digunakan dalam penelitian ini.

1. Observasi

Menurut Nasution, “observasi adalah dasar semua ilmu pengetauan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.“51 Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperkuat data, terutama aktivitas pembelajaran dan unjuk kerja guru. Dengan demikian hasil observasi ini sekaligus untuk mengkonfirmasikan data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan kenyataan yang sebenarnya. Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung tentang perilaku warga sekolah terutama tentang pengambilan keputusan kepala sekolah.

51


(49)

35

2. Wawancara

Wawancara adalah “teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban – jawaban responden.”52 Wawancara yang dilakukan dengan dua bentuk, yaitu wawancara terstruktur (peneliti telah menentukan format masalah yang akan diwawancarai, yang berdasarkan masalah yang akan diteliti. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada responden telah ditentukan jawaban-jawabannya). Selain itu juga dengan wawancara tidak terstruktur (peneliti bebas menentukan fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden). Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait atau subjek penelitian, antara lain kepala sekolah dalam rangka memperoleh penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi.

3. Angket

Angket adalah “teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Sebagaian besar penelitian sosial, termasuk pendidikan, menggunakan kuesioner sebagai teknik yang di pilih untuk mengumpulkan data.”53 Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa angket adalah alat untuk memperoleh data dengan mengirimkan pertanyaan – pertanyaan kepada subjek penelitian. Jadi, angket merupakan alat pengumpulan data yang diajukan disertai beberapa alternatif jawaban untuk dipilih oleh responden.

4. Dokumentasi

Teknik ini, merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Menurut

52

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung : Pustaka Setia, 2011 ) H. 173

53


(50)

36

Suharsimi Arikunto menguraikan “ Metode dokumentasi adalah adalah mencari data mengenai hal – hal yang berkaitan dengan variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prastasti, notulen, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”.54 Dokumen-dokumen yang dimaksudkan adalah dokumen pribadi, dokumen resmi, referensi-referensi, foto-foto, dan rekaman kaset. Data ini bermanfaat untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian utamanya adalah manusia. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, data yang di kumpulkan, hipotesis yang di gunakan, bakhan hasil yang di harapkan, itu semua tidak dapat di tentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.

1. Pedoman Observasi

Tabel 3.1 Kisi – kisi Observasi No Indikator Pengamatan

1.

2.

3 4

Macam – macam karakter yang terdapat pada diri setiap peserta didik.

Cara – cara yang di lakukan pihak sekolah dalam membentuk karakter peserta didik

Prilaku peserta didik selama proses pembelajaran di sekolah Prilaku peserta didik setelah proses pembelajaran selesai.

54

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta : Rhinke Cipta, 2006), Cet 13 H. 201


(51)

37

2. Pedoman Wawancara

Tabel 3.2.

Kisi – kisi Wawancara dengan Ketua dan tutor

Indikator Pertanyaan

1. Umum/ pembuka

1) Sudah berapa lama anda mengajar di sekolah ini?

2) Bagaimana perasaan anda selama anda mengajar di sekolah ini?

3) Bagaimana pandangan awal anda terhadap peserta didik di sekolah khususnya pada aspek sikap mereka?

2. Religius 1. Apakah guru membiasakan sebelum mulai belajar untuk membaca do’a?

2. Apakah guru selalu mengajak peserta didik untuk selalu shalat lima waktu ?

3. Apakah guru selalu mengucapakan salam ketika bertemu sesama atau teman?

3. Jujur 1. Apakah siswa selalu melakukan hal – hal sesuai dengan hak dan kewajiban?

2. Apakah siswa ketika mengerjakan tugas di sekolah lebih percaya diri atau melihat hasil teman?

4. Toleransi Apakah guru mengingatkan peserta didik untuk saling menghormati perbedaan pendapat

5. Displin Apakah guru memberikan teladan agar

peserta didik selalu datang tepat waktu untuk belajar ?

6. Kerja keras Apakah siswa mengerjakan tugas sesuai dengen waktu yang telah ditentukan?

7. Kreatif Adakah saran dari siswa yang di terapkan di sekolah ?

8. Mandiri Apakah siswa selalu meminta bantuan guru ketika mereka sedang mengerjakan tugas di sekolah ?

9. Demokratis Apakah guru mengizinkan peserta didik untuk mengemukakan pendapat atau inspirasi mereka ?

10.Rasa ingin tahu

Ketika proses belajar – mengajar, apakah banyak pertanyaan yang di lontarkan oleh peserta didik ?

11.Semangat kebangsaan

1. Ketika17 agustus, bagaimana kontribusi atau


(52)

38

mempersiapkannya?

2. Apakah peserta didik mengetahui jawaban ketika di berikan pertanyaan tentang siapakah tokoh bapak proklamsi?

12.Cinta tanah air

Apakah guru mengajar dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik ?

13.Menghargai prestasi

Apakah guru memberikan reward kepada peserta didik yang memiliki prestasi?

14.Bersahabat/ Komunikatif

1. Hal apa yang guru lakukan agar siswa tertarik untuk belajar?

2. Hal seperti apa yang membuat siswa senang berada di sekolah?

15.Cinta damai Apakah pernah terjadi perkelahian yang melibatkan peserta didik?

16.Gemar membaca

Disinikan banyak terdapat buku, apakah siswa tertarik untuk membaca buku ?

17.Perduli lingkungan

Apakah sekolah menggunakan jadwal piket kebersihan?

18.Perduli sosial

1. Apakah guru pernah mengajak peserta didik untuk membantu orang lain yang sedang mengalami musibah ?

2. Apakah guru mengajak untuk bersedekah? 19.Tanggung

jawab

Apakah guru memberikan hukuman atau reward terhadap siswa yang melanggar atau mengjalankan peraturan di sekolah?

20.Umum/ penutup

1. Apakah ada perubahan sikap peserta didik dari awal anda mengajar hinggan sekarangg ini?

2. Apa yang menjadi kendala anda selama proses belajar mengajar?

3. Adakah pengalaman berkesan selama anda mengajar?

4. Dari sekian banyak sekolah non formal, menurut anda apa yang membuat sekolah Madani ini istimewa?

5. Apa harapan anda untuk peserta didik di sekolah ini?


(53)

39

Tabel 3.3.

Kisi – kisi Wawancara dengan Wali Murid

Indikator No Item Jumlah Item

1. Padangan Wali Murid terhadap sekolah Madani

1,2 2

2. Aplikasi Pembentukan Karakter di lingkungan rumah

3,4,5,6,7,8 6

3. Harapan wali murid dengan

keberadaan sekolah Madani

9 1

JUMLAH 9 9

Tabel 3.4.

Kisi – kisi Wawancara dengan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Indikator No Item Jumlah Item

1. Pandangan Bapak terkait dengan Karakter Bangsa

1,2 2

2. Pandangan Bapak terkait Sekolah Non Formal

3,4 2

3. Pendapat bapak terkait dengan silabus sekolah Madani yang berusaha membentuk karakter peserta didik melalui program belajar serta tenaga pendidik

5 1


(54)

40

Tabel 3.5.

Kisi – kisi Wawancara dengan pengurus rukun tetangga (RT) di lingkungan setempat

Indikator No

Item

Jumlah Item 1. Sudah berapa lama bapak mengetahui

keberadaan dari sekolah Madani?

1 1

2. Apkah keberadaan dari sekolah Madani berdampak positif atau negatif ?

2 1

3. Apakah dengan keberadaan sekolah Madani membawa perubahan dari segi sikap terhadap anak – anak disekitar lingkungan ini?

3 1

4. Harapan bapak terkait dengan keberadaan sekolah madani?

4 1

JUMLAH 4 4

3.Pedoman Studi Dokumentasi

Tabel 3.6.

Kisi – kisi Dokumentasi NO Dokumen

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Catatan struktur kepengurusan sekolah Catatan nama peserta didik di sekolah Catanan profil tutor di sekolah Madani Peraturan tata tertib di sekolah

Silabus pembelajaran di sekolah


(55)

41

4. Pedoman Angket

Tabel 3.7. Kisi – kisi Angket

Indikator No. Soal Jumlah

Item

1. Religius 1,2 2

2. Jujur 3 1

3. Toleransi 4 1

4. Disiplin 5 1

5. Kerja Keras 6 1

6. Keatif 7 1

7. Mandiri 8 1

8. Demokrasi 9 1

9. Rasa Ingin Tahu 10 1

10.Semangat Kebangsaan 11 1

11.Cinta Tanah Air 12,13 2

12.Menghargai Prestasi 14 1

13.Bersahabat dan Komunikatif 15 1

14.Cinta Damai 16 1

15.Gemar Membaca 17 1

16.Perduli Lingkungan 18 1

17.Perduli Sosial 19 1

18.Tanggung Jawab 20 1

19.Evaluasi akhir 21 1


(56)

42 G. Validitas dan Realibitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat di laporan oleh peneliti. Dan realibilitas berkenaan dengan derajat konsitensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan confrimability.

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

a) Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan penelitian berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dalam perpanjangan penelitian pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. Dan untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik kalau dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan. Selanjutnya surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan penelitian. b) Menigkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Sebagai bekal peneliti untuk


(57)

43

meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun penelitian atau dokumentasi yang terkait dengan temuan peneliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar atau tidak.

c) Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitasi data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui berbagai sumber.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan teknik wawancara dicek dengan observasi dan dokumentasi atau kuesioner.

3. Triangulasi Waktu

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau tehnik lain dalam waktu atau situsi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dapat dilakukan berulang-ulang sehingga sampai ditemukan datanya.55

Dan pada penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu cara uji kredibilitas yang bernama triangulasi teknik. Dimana data yang terkumpul dari berbagai tehnik di cek keabsahannya dan di jadikan sebagai sumber data dalam pembahasan penelitian.

55


(58)

44 H. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data kualitati bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang di peroleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Miles and Huberman yang dikutip oleh sugino, mengemukan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.56

a. Data Reduction ( Reduksi Data )

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, di cari tema dan polanya dan membuang yang tidak di perlukan. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

b. Data Display ( Penyajian data )

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendislpay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa di lakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, Flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman ( 1984 ) menyatakan the most frequent from display data for qualitative research data ini the

past has been narrative text “. yang paling sering digunakan untuk

menyajikan dta dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion Drawing / Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak di

56


(59)

45

temukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukan pada awal, didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten saat saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukan merupakan kesimpulan yang kredibel. 57

Selanjutnya data dari angket penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis secara kualitatif yang dinamakan deskritif analisis yaitu menggambarkan apa adanya.

Langkah pertama adalah membuat Tabel frekuensi kemudian dilengkapi dengan presentasi. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

P = �

� x 100 %

Keterangan :

P : Angka Presentasi F : Frekuensi yang di cari

N : Number of Cases ( Jumlah frekuensi/banyaknya

individu)

100% : Bilangan tetap58

57

ibid h. 338 - 345

58

Anas Sudjono, Pengantar Stastistik Pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), cet ke – 8, H. 40


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)