Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita bronkopneumonia pada balita
yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009.
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita bronkopneumonia pada balita yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita bronkopneumonia pada balita yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui trend balita penderita bronkopneumonia rawat inap
berdasarkan data tahun 2005-2009 b.
Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia berdasarkan sosiodemografi umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia
berdasarkan derajat bronkopneumonia. d.
Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia berdasarkan jumlah kunjungan berulang.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia
berdasarkan status gizi.
Universitas Sumatera Utara
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia
berdasarkan status imunisasi. g.
Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia berdasarkan pendidikan ayah dan ibu.
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia
berdasarkan pekerjaan ayah. i.
Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia berdasarkan pekerjaan ibu.
j. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia
berdasarkan jumlah anak orang tua. k.
Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia berdasarkan anak ke berapa.
l. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia
berdasarkan lama rawatan rata-rata hari. m.
Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita bronkopneumonia berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
n. Untuk mengetahui proporsi umur penderita berdasarkan derajat
bronkopneumonia. o.
Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin penderita berdasarkan derajat bronkopneumonia
p. Untuk mengetahui proporsi jumlah kunjungan berulang berdasarkan derajat
bronkopneumonia. q.
Untuk mengetahui proporsi status gizi berdasarkan derajat bronkopneumonia.
Universitas Sumatera Utara
r. Untuk mengetahui proporsi status imunisasi berdasarkan derajat
bronkopneumonia. s.
Untuk mengetahui proporsi pekerjaan ayah berdasarkan status gizi. t.
Untuk mengetahui proporsi pekerjaan ibu berdasarkan status gizi. u.
Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata hari berdasarkan derajat bronkopneumonia.
v. Untuk mengetahui proporsi status gizi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
w. Untuk mengetahui proporsi derajat bronkopneumonia berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan tentang karakteristik penderita bronkopneumonia pada balita yang dirawat inap di rumah sakit.
1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang membutuhkan data penelitian
ini, sehingga dapat melakukan penelitian selanjutnya dengan desain penelitian yang lebih sempurna.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Saluran Pernafasan
16,17
Fungsi pernafasan yang utama adalah untuk mengambil oksigen O
2
dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida CO
2
yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Oleh karena itu, baik anatomi maupun
fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi ini. Secara anatomi, fungsi pernafasan ini dimulai dari hidung sampai ke parenkim paru.
Secara fungsional saluran pernafasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi penghantar gas dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi
pertukaran gas. Pada bagian konduksi, udara seakan-akan bolak-balik diantara atmosfir jalan nafas. Oleh karena itu, bagian ini seakan-akan tidak berfungsi, dan
disebut dengan “dead space”. Akan tetapi, fungsi tambahan dari konduksi, seperti proteksi dan pengaturan kelembaban udara, justru dilaksanakan pada bagian ini.
Adapun yang termasuk dalam konduksi ialah rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, sinus bronkus dan bronkiolus nonrespiratorius.
Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara difusi yang sering disebut dengan unit paru lung unit, yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris, atrium dan sokus alveolaris. Bila ditinjau dari traktus respiratorius, maka yang berfungsi sebagai
konduksi adalah trakea, bronkus utama, bronkus lobaris, bronkus segmental, bronkus
Universitas Sumatera Utara
subsegmental, bronkus terminalis, bronkiolus, dan bronkiolus nonrespiratorius. Organ yang bertindak sebagai respirasi adalah bronkiolus respiratorius, bronkiolus
terminalis, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli. Percabangan trakea sampai kepada sakus alveolaris dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : bronkus utama sebagai percabangan utama, bronkus lobaris sebagai percabangan kedua, bronkus segmental sebagai percabangan ketiga, bronkus
subsegmental sebagai percabangan keempat, hingga sampai bagian yang keenam belas sebagai bagian yang berperan sebagai konduksi, sedangkan bagian percabangan
yang ketujuh belas sampai ke sembilan belas yang merupakan percabangan bronkiolus respiratorius dan percabangan yang kedua puluh sampai kedua puluh dua
yang merupakan percabangan duktus alveolaris dan sakus alveolaris adalah percabangan terakhir yang seluruhnya merupakan bagian respirasi. Secara rinci dapat
dilihat pada gambar.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Anatomi Saluran Pernafasan.
2.2. Definisi Bronkopneumonia