Epidemiologi Bronkopneumonia 1. Distribusi Bronkopneumonia Distribusi Bronkopneumonia Berdasarkan Orang 1. Umur

2.6. Epidemiologi Bronkopneumonia 2.6.1. Distribusi Bronkopneumonia

a. Distribusi Bronkopneumonia Berdasarkan Orang

Berdasarkan hasil SKRT 2001, angka prevalensi ISPA 2 dari lima penyakit yang disurvei ISPA, infeksi saluran nafas kronik, hipertensi, kulit, dan sendi, dengan prevalensi tinggi pada golongan bayi 39 dan balita 42. ISPA merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita dengan CFR masing- masing 27,6, dan 22,8. Angka kematian bayi dan balita menjadi indikator derajat kesehatan masyarakat. 13 Prevalensi ISPA di Indonesia berdasarkan Surkesnas Survei Kesehatan Nasional 2001 masih sangat tinggi yaitu 38,7 pada umur dibawah 1 tahun dan 42,2 umur 1-4 tahun. Cause Specific Death Rate CSDR pneumonia pada anak umur 1 tahun laki-laki 940 per 100.000 penduduk dan perempuan 652 per 100.000 penduduk, pada anak umur 1-4 tahun laki-laki 44 per 100.000 penduduk dan perempuan 40 per 100.000 penduduk. Proporsi kematian balita akibat ISPA 28 artinya dari 100 balita yang meninggal 28 disebabkan oleh penyakit ISPA. 22 Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, prevalensi ISPA tinggi pada perempuan 24 daripada laki-laki 23. 12 Menurut hasil penelitian Taisir 2005 di Kelurahan Lhok Bengkuang Kecamatan Tapak Tuan Aceh Selatan dengan menggunakan desain Cross Sectional, berdasarkan jenis kelamin IR ISPA balita pada laki-laki 43,3 lebih tinggi daripada perempuan 33,7. 23 Menurut hasil penelitian Barus 2005 di tiga Kelurahan Kecamatan Medan Baru dengan menggunakan desain Cross Sectional, diketahui bahwa kelompok umur Universitas Sumatera Utara 19 tahun merupakan anggota rumah tangga terbanyak yaitu 568 jiwa 66,7, demikian juga kasus ISPA terbanyak pada kelompok umur ini, yaitu 280 kasus 65,6. Namun bila dihitung angka Age Specific Morbidity Rate tertinggi adalah pada kelompok ≤5 tahun 79,4. 24

b. Distribusi Bronkopneumonia Berdasarkan Tempat dan Waktu

Berdasarkan hasil Surkesnas 2001 proporsi kematian karena penyakit sistem pernapasan pada bayi sebesar 23,9 di Jawa Bali, 15,8 di Sumatera, dan 42,6 di Kawasan Timur Indonesia. Pada balita sebesar 16,7 di Jawa Bali, 29,4 di sumatera, dan 30,3 di Kawasan Timur Indonesia. 25 Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, prevalensi ISPA di pedesaan 25 lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan 22. Prevalensi ISPA untuk kawasan Sumatera 20, sementara untuk kawasan Jawa-Bali adalah 23 dan kawasan KTI Kalimantan, Sulawesi, dan NTBNTTPapua 29. 13 Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, pneumonia yang terjadi pada balita berdasarkan laporan 26 provinsi, tiga provinsi dengan cakupan tertinggi berturut-turut adalah provinsi Nusa Tenggara Barat 56,50, Jawa Barat 42,50 dan Kepulauan Bangka Belitung 21,71. Sedangkan cakupan terendah adalah provinsi DI Yogyakarta 1,81, Kepulauan Riau 2,08, dan NAD 4,56. 3 Profil Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2004 prevalensi ISPA 97,9 dan di kota Makasar 29,47. 22 Universitas Sumatera Utara

2.6.2. Determinan Bronkopneumonia a. Faktor Host

a.1. Umur

ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara sedang berkembang. ISPA ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun setiap tahunnya, sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi khususnya bayi muda. Hampir seluruh kematian karena ISPA pada bayi dan balita disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut ISPbA, paling sering adalah pneumonia. 26 Tingginya kejadian pneumonia terutama menyerang kelompok usia bayi dan balita. 4 Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko kematian pada bayi dan balita yang sedang menderita pneumonia. 27 Menurut hasil penelitian Taisir 2005 di Kelurahan Lhok Bengkuang Kecamatan Tapak Tuan Aceh Selatan dengan menggunakan desain Cross Sectional, IR ISPA balita pada kelompok umur 0-11 bulan 59,1 lebih tinggi daripada kelompok umur 12-59 bulan 33,7. 23

a.2. Jenis kelamin