2. Kepadatan Hunian Jumlah Kunjungan Berulang Lama Rawatan

pada balita meningkat dengan bertambahnya jumlah rata-rata rokok yang dihisap dalam ruang rumah perhari yaitu 1-9 batang rokok perhari 38,3, 10-20 batang perhari 47,2, 20 perhari 55,6. 23 Menurut hasil penelitian Hatta 2000 di Sumatera Selatan dengan menggunakan desain Case Control, hasil analisis statistik menunjukkan polusi asap dapur berhubungan secara bermakna dengan kejadian pneumonia pada balita umur 9-59 bulan OR=2,99; p=0,002, dapat dikatakan bahwa balita yang mengalami pneumonia kemungkinan 2,99 kali lebih besar tinggal di rumah yang memiliki polusi asap dapur dibandingkan yang tidak memilki polusi asap dapur. 34

d.2. Kepadatan Hunian

Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor 829MENKESSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, dua orang minimal menempati luas kamar tidur 8m². Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. 31 Di daerah perkotaan, kepadatan merupakan salah satu masalah yang dialami penduduk kota. Hal ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk kota dan mahalnya harga tanah di perkotaan. Salah satu kaitan kepadatan hunian dan kesehatan adalah karena rumah yang sempit dan banyak penghuninya, maka penghuni mudah terserang penyakit dan orang yang sakit dapat menularkan penyakit pada anggota keluarga lainnya. 40 Menurut hasil penelitian Hatta 2000 di Sumatera Selatan dengan menggunakan desain Case Control, hasil analisis statistik menunjukkan kepadatan Universitas Sumatera Utara hunian berhubungan secara bermakna dengan kejadian pneumonia pada balita umur 9-59 bulan OR=3,247; p=0,0005, dapat dikatakan bahwa balita yang mengalami pneumonia kemungkinan 3,25 kali lebih besar tinggal di rumah yang memiliki kepadatan hunian tidak memenuhi syarat dibandingkan yang memenuhi syarat. 34

2.7. Gambaran Klinis Bronkopneumonia

21,39 Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40 C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnue, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, inspeksi : perlu diperhatikan adanya tahipnue, dispnue, sianosis sekitar hidung dan mulut, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, retraksi sela iga, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Palpasi : suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan tachicardia. Perkusi : suara redup pada sisi yang sakit. Auskultasi, auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidungmulut bayi. Pada anak yang bronkopneumonia akan terdengar stridor. Universitas Sumatera Utara Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu konfluens mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. 2.8. Klasifikasi ISPA Pada Balita dengan Gejala Batuk dan atau Kesukaran Bernafas Berdasarkan Pola Tatalaksana Pemeriksaan, Penentuan Ada Tidaknya Tanda Bahaya, Penentuan Klasifikasi Penyakit, Pengobatan dan Tindakan. 25

2.8.1. Klasifikasikasi Gejala ISPA Untuk Golongan Umur 2 bulan

a. Bronkopneumonia berat, adanya nafas cepat fast breating yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam severe chest indrawing. b. Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.

2.8.2. Klasifikasi Gejala ISPA Untuk Golongan Umur 2 bulan – 5 tahun

a. Bronkopneumonia sangat berat, adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam chest indrawing. b. Bronkopneumonia berat, adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas nafas cepat fast breathing pada anak umur 2 Universitas Sumatera Utara bulan - 1 tahun adalah 50 kali atau lebih per menit dan untuk anak umur 1 - 5 tahun adalah 40 kali atau lebih permenit. c. Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.

2.9. Jumlah Kunjungan Berulang

Penentuan jumlah kunjungan berulang pasien dilihat dari kembalinya pasien ke rumah sakit setelah dirawat inap pertama kali, termasuk bagi penderita bronkopneumonia sangat bervariasi. Hal ini bergantung dari status pasien, apabila pasien berstatus sembuh dapat kembali lagi dikarenakan pasien tersebut menderita kembali penyakit tersebut rekurens, sehingga perlu dirawat inap kembali. Status pulang berobat jalan dapat kembali lagi dikarenakan perlu memeriksa, mengontrol, mengambil obat guna perbaikan keadaan pasien, namun setelah pemeriksaan pasien dapat dirawat inap lagi dikarenakan tidak memungkinkan unutuk berobat jalan. Status pulang atas permintaan sendiri dapat kembali dirawat inap dikarenakan tidak dapat ditangani di rumah.

2.10. Lama Rawatan

Penentuan lama rawatan pada pasien rawat inap, termasuk bagi penderita bronkopneumonia sangat bervariasi. Hal ini tergantung dari jenis penyakit, tindakan medis rumah sakit dan sebagainya. Menurut penelitian Irfan 2002 di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan tahun 1999-2000 lama rawatan penderita pneumonia pada balita yang dirawat Universitas Sumatera Utara inap adalah 7 hari yaitu 101 orang 72,7 dan ≥ 7 hari yaitu 38 orang 27,3. 41 Menurut penelitian Marbun 2009 di Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan Tahun 2004- 2007 lama rawatan rata-rata penderita pneumonia pada balita adalah 4,5 hari. 42 2.11. Pencegahan Bronkopneumonia 2.11.1. Pencegahan Primer