Faktor Lingkungan Fisik 1. Polusi Udara Dalam RuanganRumah

sebaliknya, artinya dengan memiliki sedikit anak, berarti sedikit pula persoalan yang harus dihadapi oleh keluarga atau orang tua tersebut. Secara ekonomis mungkin benar, tetapi secara psikologis belum tentu. Dengan hanya memiliki seorang anak atau anak tunggal, maka perhatian orang tua memang akan terfokus kepada anak tersebut seperti dalam hal kasih sayang, perhatian, kebutuhan kesehatan, dan kebutuhan lain. Anak tidak akan merasa kekurangan kebutuhan yang diinginkan daripada orang tua yang memiliki banyak anak, maka orang tua harus membagi kasih sayang, perhatian, dan memenuhi kebutuhan yang lebih banyak karena setiap anak berbeda kebutuhan termasuk kesehatan anak. Anak yang memiliki banyak saudara harus bisa saling berbagi dengan saudara yang lainnya berbeda dengan anak tunggal sehingga anak tungga sering tidak bisa berbagi, egois dan ini merupaka permasalahan yang harus dihadapi oleh orang tua yang memiliki anak tunggal. Pembentukan kepribadian dan kesehatan anak sangat bergantung kepada pola asuh orang tua yang baik, dinamis,konsisten, dan sesuai. d. Faktor Lingkungan Fisik d.1. Polusi Udara Dalam RuanganRumah Rumah atau tempat tinggal yang buruk kurang baik dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, diantaranya adalah infeksi saluran nafas. 37 Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah bersatu dengan kamar tidur dan ruang tempat bayi dan balita Universitas Sumatera Utara bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi dan balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya sehingga lebih sering terhirup udara yang pencemaran tentunya akan lebih tinggi. 31 Rumah kecil yang tidak memiliki sirkulasi udara memadai yang penuh asap yang berasal dari asap anti nyamuk bakar, asap rokok, dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak akan mendukung penyebaran virus atau bakteri, dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. 31,39 Menurut hasil penelitian Widodo 2007 di Tasikmalaya dengan menggunakan desain Case Control, hasil analisis statistik menunjukkan asap anti nyamuk bakar berhubungan secara bermakna dengan kejadian pneumonia pada balita p=0,003 dan diperoleh nilai OR=2,310 CI 95=1,379-3,870, maka balita yang mengalami pneumonia kemungkinan 2,31 kali lebih besar tidur di kamar yang memakai anti nyamuk bakar dibandingkan yang tidak memakai anti nyamuk bakar. 29 Menurut hasil penelitian Heriyana, dkk 2005 di Makassar dengan menggunakan desain Case Control, hasil analisis statistik menunjukkan polusi asap rokok berhubungan secara bermakna dengan kejadian pneumonia pada anak umur 1 tahun p=0,039 dan diperoleh nilai OR=2,348 CI 95=1,045-5,277, maka anak umur 1 tahun yang mengalami pneumonia kemungkinan 2,35 kali lebih besar tinggal di dalam rumah dengan ada anggota keluarga merokok dibandingkan yang tidak ada anggota keluarga merokok. 4 Menurut penelitian Taisir 2005 di Kelurahan Lhok Bengkuang Kecamatan Tapak Tuan Aceh Selatan dengan menggunakan desain Cross Sectional, IR ISPA Universitas Sumatera Utara pada balita meningkat dengan bertambahnya jumlah rata-rata rokok yang dihisap dalam ruang rumah perhari yaitu 1-9 batang rokok perhari 38,3, 10-20 batang perhari 47,2, 20 perhari 55,6. 23 Menurut hasil penelitian Hatta 2000 di Sumatera Selatan dengan menggunakan desain Case Control, hasil analisis statistik menunjukkan polusi asap dapur berhubungan secara bermakna dengan kejadian pneumonia pada balita umur 9-59 bulan OR=2,99; p=0,002, dapat dikatakan bahwa balita yang mengalami pneumonia kemungkinan 2,99 kali lebih besar tinggal di rumah yang memiliki polusi asap dapur dibandingkan yang tidak memilki polusi asap dapur. 34

d.2. Kepadatan Hunian