Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Mereka merasakan pekerjaan sebagai suatu yang bermanfaat dan penting. Kondisi ini memungkinkan guru merasa puas sehubungan dengan terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri mereka, yakni kebutuhan untuk mengarahkan seluruh potensinya untuk mencapai suatu prestasi. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan merupakan personil sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan –kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar pancasila dan bertujuan untuk: meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Apa yang dikemukan di atas menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntunan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efesien. Di samping itu perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cendrung bergerak maju semakin pesat, sehingga menuntut semua pihak harus bekerja secara provesional. Menyadari hal tersebut, kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualias pendidikan. Dengan demikian kepala sekolah berkewajiban untuk selalu membina dalam arti berusaha untuk meningkatkan pelaksanaan pengelolaan pendidikan baik dari segi pengelolaan tenaga pendidik, proses belajar, sarana dan prasarana, keuangan sekolah dan sebagainya, dengan cara memberikan motivasi terhadap guru dan staf agar mereka terus semangat bekerja dan menghasilkan karya yang berguna dan bermutu serta mengelola kinerja baik kinerja individu atau kinerja tim untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan visi dan misi lembaga pendidikan dalam mengelola pendidikan. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah memang bukan hal yang mudah. Banyak ditemukan kepala sekolah yang kurang maksimal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini dapat dimengerti karena kepala sekolah, selain mengemban tugas dan tanggung jawab yang banyak, juga berhadapan dengan banyak pihak. Hubungan dan komunikasi antara kepala sekolah dengan pendidik, kepala sekolah dengan tenaga kependidikan, kepala sekolah dengan peserta didik, dan kepala sekolah dengan masyarakat merupakan hal yang tidak mudah untuk dijalin dan dipelihara. Masalah yang lazim terjadi di sekolah misalnya kepala sekolah yang terlalu otoriter dengan tidak banyak memberikan kesempatan kepada pendidik untuk secara kreatif melaksanakan tugas-tugasnya, kepala sekolah tidak bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan-kegiatan sekolah dengan mendelegasikan tanggung jawab kepada wakil kepala sekolah atau pihak-pihak tertentu di sekolah, dan kepala sekolah tidak banyak berusaha memotivasi pendidik dan tenaga kependidikan serta menginternalisasikan visi misi sekolah kepada stake holder sekolah. Selain itu, kerja tim di sekolah juga seringkali diabaikan oleh kepala sekolah. Padahal kerja tim akan sangat mendukung pencapaian tujuan-tujuan sekolah. Uraian di atas menyiratkan bahwa tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sangat berat, oleh sebab itu sangat dibutuhkan figur kepala sekolah yang dapat bertanggung jawab atas segala sikap yang dimiiki oleh kepala sekolah. Tetapi masih terdapat kepala sekolah yang belum menyadari peran dan fungsinya sebagai pemimpin untuk mengelola organisasi yang ia pimpin. Sebagaimana hasil wawancara sementara yang dilakukan dengan beberapa guru di MTs El-Syarief. 8 Seperti, kepala sekolah tidak mampu memberikan motivasi kepada anggotanya agar mereka bergerak dan perperan aktif dalam mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan atau perilaku yang kurang tepat membuat iklim organisasi di 8 Hasil wawancara peneliti pada waktu penelitian awal dengan beberapa guru MTs El- Syarif, pada tanggal 24 Desember 2010 pukul 09 – 11. sekolah tersebut kurang efektif. Kepala sekolah juga kurang mampu mengelola segala sumber daya yang ada di sekolah, tidak tegasnya kepala sekolah kepada setiap perilaku yang dianggap menyimpang dari kode etik dan kedisiplinan organisasi, dan masih banyak lagi masalah yang terjadi di dalam kepemimpinan sekolah. Apabila masalah tersebut tidak diatasi oleh kepala sekolah sebagai pemimpin puncak, maka akan mengakibatkan persepsi atau persangka yang berkonotasi negatif di lingkungan para bawahan. Akibatnya persepsi negatif tersebut akan menciptakan suasana atau iklim kerja yang kurang kondusif. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan menuangakannya dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul “PERSEPSI GURU TERHADAP KINERJA KEPALA MTs EL-SYARIEF”

B. Identifikasi Masalah

a. Masih rendahnya kedisiplinan kepala sekolah sehingga menyemabkan rendahnya kinerja kepala sekolah. b. Kurang tegasnya kepala sekolah dalam menindak ketidak disiplinan guru. c. Kepala sekolah kurang memberikan motivasi kepada guru sehingga guru kurang bersemangat dalam menjalankan tugasnya. d. Kepala sekolah kurang memahami peran dan fungsinya sebagai seorang pemimpin sehingga menyebabkan terhambatnya kinerja kepala sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Kinerja kepala sekolah dapat ditinjau dari berbagai aspek. Namun mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya, dan kemampuan akademik, penelitian tentang kinerja kepala sekoalah ini dibatasi pada aspek manajerial kepala sekolah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan bembatasan masalah yang ada, maka penulis merumuskan masalah mengenai bagaimana persepsi guru terhadap kinerja kepala sekolah di MTs El-Syarief?

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bersifat teoritis dan praktis a. Secara Teoritis Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai persepsi guru terhadap kinerja kepala sekolah di MTs El-Syarief, Tangerang Banten. Selain itu, penelitian ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan proses perkuliahan strara 1 S1.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak MTs dalam membuat kebijakan tentang kinerja kepala sekolah atau yayasan. 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Para ahli mendefinisikan persepsi dalam arti yang berbeda-beda sesuai dengan pendapatnya masing-masing, tapi maksud dan intinya sama, seperti beberapa pendapat di bawah ini: Persepsi perception dalam arti sempit ialah penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan seseorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu. 1 Sedangkan menurut Zikri Neni Iska, persepsi adalah proses individu mengenali objek-objek dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat indera. 2 Dengan demikian proses penginderaan yaitu proses individu mengenali objek-objek dengan alat penginderaannya sehingga individu tesebut menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan sebagainya, kemudian individu tersebut mengalami persepsi. 1 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Mizan Publika, 2004, cet. Ke-1, h.107 2 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, 20006, h. 54. Menurut Sarlito, mengartikan persepsi dengan kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan. 3 Dalam interaksi dengan manusia khususnya lingkungan sosialnya, setiap individu memiliki persepsi berbeda-beda dalam menghadapi, memahami dan menafsirkan suatu objek yang dirasakan dan dilihatnya. Persepsi pada setiap individu berasal dari stimulus atau rangsangan yang diterimanya. Maka persepsi merupakan keadaan yang terintegrasi dalam diri setiap orang terhadap stimulus yang diterimanya. Sedangkan persepsi menurut Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab adalah kemampuan membeda-bedakankan, mengelompokan, memfokuskan perhatian terhadap objek rangsang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interprestasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek. 4 Alisuf Sobri menyatakan bahwa persepsi adalah “proses dimana individu dapat mengenali objek-objek dan fakta- fakta obyektif dengan menggunakan alat- alat indera”. 5 Berdasarkan definisi di atas yang dimaksud dengan persepsi adalah daya pemahaman seseorang terhadap sesuatu melalui alat-alat indra yang dipengaruhi oleh faktor-fator pengalaman, proses pengetahuan yang berpengaruh pada sikap dan tingkah laku seseorang. Dengan demikian Persepsi adalah suatu penafsiran interpretasi individu pada suatu obyek yang akan memberikan makna pada diriny. Persepsi yang dimiliki pada seseorang sangat tergantung pada faktor personal dan faktor situasional. Karena itu persepsi masing-masing individu akan beragam antara satu individu dengan individu lainnya. 3 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta : Bulan Bintang, 2000, cet. Ke-8, h. 39 4 Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pngantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004, Ed, 1 cet. Ke-1, h.89 5 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu,1993, h.46

2. Indikator Persepsi

Persepsi akan menjadi jelas untuk dipahami apabila kita hubungkan dengan hubungan timbal balik antara manusia atau individu dengan linkungannya. Manusia adalah organisme yang senantiasa bersikap sesuai dengan lingkungannya dalam situasi dimana ia berada. Dan kalau situasi ini telah menjadi lingkungan pengamatannya persersi dan dngan demikian berarti sudah tercipta suatu schema situasi tersebut. Sebagai contoh: apabila dalam sebuah pertandingan beberapa penonton tiba-tiba menjeritkan teriakan –teriakan yang gemuruh, maka penonton- penonton lainnya tidak akan mempertalikan teriakan –teriakan itu dengan suatu demonstrasi yang liar, melainkan ia mengenalinya teriakan –teriakan itu berkaitan dengan mislnya suatu gol yang jitu. Dalam persepsi ada yang disebut “organizing tendency” yaitu sifat pengamatan persepsi kita yang cenderung menganut atau menyusun. Sarlito W. Sarwono mengemukakan organisasi dalam persepsi mengikiti beberapa prinsip yaitu: a. Wujud dan Latar Obyek-obyek yang kita amati di sekitar kita selalu muncul sebagai wujud figur dengan hal-hal lainnya sebagai latar ground misalnya: kalau kita melihat sbuah meja dalam kamar, maka meja itu akan tampil sebagai wujud dan benda- benda lainnya di kamar itu akan menjadi latar. b. Pola Pengelompokan Hal-hal tertentu cendrung kita kelompok-kelompokkan dalam persepsi kita, dan bagaimana cara kita mengelompokkan itu akan menentukan bagai mana kita mengamati hal-hal tersebut. 6 Karena adanya organisasi di atas, dan karena manusia belajar dari pengalaman, maka lambat laun tersusunlah pola pengamatan yang mantap dalam diri kita masing-masing. Oleh sebab itu ada beberarapa pola pengamatan yang mantap antara lain sebagai berikut: 6 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi..., h. 39-40