Teori Pendukung Belajar kooperatif

kelemahan, diantaranya ketergantungan menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih secara mandiri. 30 Ada beberapa karakteristik Pembelajaran Kooperatif, yaitu: 31 1 Individual accountability setiap individu mempunyai peran dan tanggungjawab bersama, 2 Social skills membentuk kesadaran sosial, 3 Positive interdependence saling ketergantungan secara positif, 4 Group processing pengalaman mengalami suatu secara bersama, 5 Getting better together mencapai sesuatu secara bersama. Ada beberapa metode yang dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah: STAD, TGT, TAI, TPS, jigsaw dan investigasi kelompok. Jigsaw dan investigasi kelompok adalah metode pembelajaran kooperatif yang mengedepankan spesialisasi tugas setiap kelompok di dalam kelompok.

b. Teori Pendukung Belajar kooperatif

1 Teori Konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori kontruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus 30 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan… hal. 241 31 Yusri Panggabean, dkk. Strategi, Model, dan evaluasi, Bandung : Bina Media Informasi, 2007, hal. 76 membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. 32 Jadi, dalam teori konstruktivisme ini siswa membangun pemahamannya sendiri serta menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dengan pengetahuan baru. Pada dasarnya, setiap individu mengindera, mengalami, dan meyakini fenomena yang ada di sekitarnya serta mengkonseptualisasikannya ke dalam bentuk pengetahuan melalui asosiasi link dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Selanjutnya, pengetahuan antar individu tersebut dinegosiasikan pemahamannya sehingga diperoleh suatu konsep. Setiap pengetahuan dimediasi dan dikukuhkan secara sosial. Oleh karena itu, pengetahuan memiliki dimensi sosial dan tidak dapat dianggap sebagai hasil konstruksi individu semata. Dari segi subyek yang membentuk pengetahuan, konstruktivisme dapat dibedakan menjadi: a Konstruktivisme psikologi personal Tokoh dari konstruktivisme psikologi ini adalah adalah Piaget dan Posner. Konstruktivisme psikologi personal menekankan tiga proses kunci membangun pengetahuan, yaitu akomodasi, asimilasi dan ekuilibrium. Asimilasi terjadi karena pengetahuan awal siswa sejalanberhubungan dengan fenomena dan belum terjadi perubahan. Akomodasi merupakan proses konflik kognitif karena skema dengan fenomenanya berbeda Piaget sehingga memungkinkan terjadinya pada proses perubahan konseptual. Akhirnya, ekuilibrium merupakan fase kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. b Konstruktivisme sosiokulturalisme Konstruktivisme sosiokultural tokoh sentralnya adalah Vygotsky. Konstruktivisme ini menekankan faktor bahasa 32 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik… hal. 13 mempengaruhi proses membangun pengetahuan individu. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi paling efektif dalam menegosiasikan pemahaman. c Konstruktivisme sosiologis Konstruktivisme sosiologis memandang bahwa pengetahuan dibentuk oleh masyarakat dengan tidak memperhatikan unsur personal. 33 Menurut teori konstruktivisme, yang paling penting adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Peran pengajar adalah memfasilitasi pembelajar serta mengarahkan siswa agar dapat membangun pengetahuan secara sadar. Ciri utama konstruktivisme, guru sebaiknya memperhatikan apa yang telah dialami oleh siswa pengetahuan dan keyakinan dan memaksimalkan interaksi sosial yang memberikan kesempatan siswa untuk menegosiasikan pemahaman dan menyediakan pengalaman yang lebih dinamis. Namun yang menjadi permasalahannya adalah masih banyak para pengajar yang terbiasa menerapkan metode ceramah. Beberapa pihak menganggap bahwa metode ceramah tidak memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan metode diskusi atau yang lainnya. Anggapan tersebut mereduksi bahwa konstruktivisme hanya sebagai perangkat metode sehingga mengabaikan kekuatan konstruktivisme sebagai rujukan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap metode pembelajaran. 33 Tatang Suratno, Peranan konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran , Disajikan pada Seminar tentang Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran. Sampoerna Foundation Teacher Institute. Jakarta, 17 Januari 2007, hal. 1 Dalam kaitannya, Watts mengidentifikasikan enam prinsip yang menjadi ciri strong constructivism, yaitu : a Cognitive Construction Berhubungan dengan proses konseptualisasi, yaitu hubungan antara pengetahuan awal dengan informasi yang tersedia. b Constructive Processes Berhubungan dengan proses konstruksi, rekonstruksi maupun dekonstruksi struktur pengetahuan. c Oppositionality Berhubungan dengan aktivitas membandingkan dan membedakan. d Critical Realism Berhubungan dengan kemampuan berargumen karena pengetahuan bersifat sementara. e Self Determination Berhubungan dengan pencapaian metakognisi. f Collegiality Berhubungan dengan konteks sosial pembelajaran 34 2 Teori Ausubel Pembelajaran Bermakna David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna” meaning full. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dengan demikian pembelajaran koooperatif akan dapat mengusir rasa jenuh dan bosan. Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang cocok adalah lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang 34 Tatang Suratno, Peranan konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran…hal. 3 efisien dalam pembelajaran. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran sejarah terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran pada kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru, baik lisan maupun dengan contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri. 3 Teori Piaget Kognitif Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkontruksi peserta didik. Sebagai realitas teori ini, maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif. Pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran aktif dan partisipatif. Pada masa ini siswa telah menyesuaikan diri dengan realita konkrit dan harus berpengetahuan. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan kulaitas kognitif siswa, guru dalam melaksanakan pembelajaran harus lebih ditunjukkan pada kegiatan pemecahan masalah atau latihan meneliti dan menemukan. Selanjutnya diungkapkan bahwa pembentukan otak dengan pengetahuan hafalan dan latihan drill yang berlebihan selain tidak mewujudkan peningkatan perkembangan kognitif yang optimal, juga secara psikologis tidak seimbangnya memfungsikan belahan otak sebelah kiri dengan belahan otak sebelah kanan. Akibatnya pembelajaran tidak dapat memotivasi pelajar untuk berfikir secara kreatif dan inovatif. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan peringkat perkembangan kognitif siswa. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pengajaran, antara lain : a Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.. b Anak-anak akan memperoleh pembelajaran lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.. c Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. d Diberi peluang agar pembelajaran anak sesuai dengan peringkat perkembangannya. e Di dalam ruangan kelas, anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman- temannya dan saling berdiskusi. 4 Teori Vygotsky Sosiokultural Sumbangan dari teori Vygotsky adalah penekanan pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal zone of proximal development.. Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang pada saat ini. Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Dengan demikian, tingkat perkembangan potensial dapat disalurkan melalui model pembelajaran kooperatif. Ide lain yang diturunkan Vygotsky adalah scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap- tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal lain yang memungkinkan pelajar tumbuh sendiri. Dalam teori Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara dominan kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berfikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerja sama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru. 35 5 Teori Motivasi Motivasi merupakan kunci keberhasilan seseorang. Bila seseorang mempunyai motivasi, maka akan mempunyai semangat dalam melakukan aktivitas. Motif adalah keadaan di dalam orang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas atau penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan. McClelland dan Atkinson menyebutkan ”Setiap orang mempunyai tiga motif yakni motivasi berprestasi achievement motivation, motif bersahabat affiliation motivation dan motif berkuasa power motivation”. Kesadaran siswa untuk belajar merupakan motivasi intrinsik. Walaupun demikian motivasi tersebut akan sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, misalnya guru atau teman. 36 Secara umum motivasi dibagi menjadi dua bagian yang pokok: 37 a Motivasi intrinsik, yaitu: motivasi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang dapat mendorong dirinya untuk belajar atau berprestasi. 35 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik, Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2009, hal. 51-57 36 Ifdil Dahlani, Motivasi Berprestasi, http:konselingindonesia.com. 2005 37 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran… hal . 23 b Motivasi ekstrinsik, yaitu : motivasi yang berasal dari luar individu siswa yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar.

c. Metode Investigasi Kelompok

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok (group investigation) terhadap hasil belajar biologi siswa

0 30 71

PERBANDINGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI YANG BERBEDA DI SMAN 2 MENGGALA

1 3 15

Pembelajaran fisika dengan pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan demontrasi ditinjau dari kreativitas dan motivasi berprestasi

1 4 125

PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN METODE PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN IPS EKONOMI Prestasi Belajar Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Metode Pembelajaran Pada Siswa Kelas Viii Mata Pelajaran Ips Ekonomi Smp

0 2 15

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI MAN PARON KABUPATEN NGAWI Pengelolaan Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Paron Kabupaten Ngawi.

0 1 14

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI MAN PARON KABUPATEN NGAWI Pengelolaan Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Paron Kabupaten Ngawi.

0 4 14

Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi Siswa.

0 0 17

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BANGUN DATAR ANTARA KELOMPOK YANG MENGGUNAKAN STRATEGI THINK TALK WRITE DENGAN KELOMPOK YANG MENGGUNAKAN METODE EKSPOSITORI DI KELAS VII SMP KANISIUS MUNTILAN

0 5 158