Data Skor Motivasi Berprestasi Siswa Tabel 4.1. Kategorisasi Motivasi Berprestasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berkenaan dengan motivasi berprestasi yang diukur melalui angket. Sedangkan data kualitatif adalah data pendukung berkenaan dengan aktivitas siswa di kelas selama berlangsungnya pembelajaran yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara, dan catatan lapangan. Di bawah ini merupakan hasil penelitian yang didapat berdasarkan penggunaan instrumen angket, wawancara, dan catatan lapangan.

A. Deskripsi Data 1. Hasil Angket Motivasi Berprestasi Siswa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis maka didapat dua kelompok skor motivasi berprestasi, yaitu skor motivasi berprestasi siswa yang diajar menggunakan metode investigasi kelompok dan skor motivasi berprestasi siswa yang diajar menggunakan metode ekspositori.

a. Data Skor Motivasi Berprestasi Siswa Tabel 4.1.

Data Skor Motivasi Berprestasi Siswa Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol n 39 40 Skor maximal 124 129 Skor mimimal 92 82 X 112,97 107,35 Median 115,66 110,19 Modus 117,9 106,12 SD 7,78 8,4 S 2 60,55 71,2 48 49 Berdasarkan data tersebut, mean kelas eksperimen sebesar 112,97 dan kelas kontrol sebesar 107,35. Perbedaan kelas eksperimen dan kontrol adalah sebesar 5,62. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata mean motivasi berprestasi siswa yang diajar dengan metode investigasi kelompok lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

b. Kategorisasi Motivasi Berprestasi

Untuk menentukan tingkat motivasi berprestasi, penulis membuat kategori dengan menggunakan kategorisasi jenjang ordinal, yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok- kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Jenjang kontinum tersebut adalah rentang minimum dan maksimumnya yaitu 30 x 1 = 30 sd 30 x 5 = 150. Sehingga luas jarak sebarannya adalah 150–30 = 120, dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai σ = 20 6 120 = dan mean teoritisnya μ = 30 x 3 = 90. Menurut Saefudin Azwar, karena kategorisasi bersifat relatif, maka kita boleh menetapkan secara subjektif luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang kita inginkan selama penetapan itu berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima akal Common sense . Untuk kategorisasi motivasi berprestasi, subyek penelitian ini dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu: sangat rendah; rendah; sedang; tinggi; dan sangat tinggi. 50 Sehingga bila diterapkan pada skala motivasi berprestasi dengan harga σ = 20 dan μ = 90 akan diperoleh kategorisasi skor sebagai berikut: X ≤ 90 -1,5 20] Kategori sangat rendah [90 -1,5 20] X ≤ 90 -0,5 20] Kategori rendah [90 -0,5 20] X ≤ 90 +0,5 20] Kategori sedang [90 +0,5 20] X ≤ 90 +1,5 20] Kategori tinggi [90 +1,5 20] X ≤ Kategori sangat tinggi Aturan tersebut akan menghaslkan distribusi sebagai berikut : 60 30 100 80 150 120 R SR T S ST Adapun kategorisasi tingkat Motivasi Berprestasi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1 Kelas Eksperimen Tabel 4.2 Kategorisasi Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa Kelas Eksperimen No. Skor Kategori Frekuensi Persentase 1. 30–60 Motivasi berprestasi sangat rendah 2. 60–80 Motivasi berprestasi rendah 3. 80–100 Motivasi berprestasi sedang 4 10,26 4. 100–120 Motivasi berprestasi tinggi 30 76,92 5. 120–150 Motivasi berprestasi sangat tinggi 5 12,82 Total 39 100 51 Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sebagian besar siswa yang diajar dengan metode investigasi kelompok mempunyai motivasi berprestasi tinggi 76,92 , sebagian kecil mempunyai motivasi berprestasi sedang 10,26 , dan sangat tinggi 12,82 . Tidak ada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah dan sangat rendah. 2 Kelas Kontrol Tabel 4.3 Kategorisasi Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa Kelas Kontrol No. Skor Kategori Frekuensi Persentase 1. 30–60 Motivasi berprestasi sangat rendah 2. 60–80 Motivasi berprestasi rendah 3. 80–100 Motivasi berprestasi sedang 4 10 4. 100–120 Motivasi berprestasi tinggi 34 85 5. 120–150 Motivasi berprestasi sangat tinggi 2 5 Total 40 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar siswa yang diajar dengan metode ekspositori mempunyai motivasi berprestasi tinggi 85 , sebagian kecil mempunyai motivasi berprestasi sedang 10 , dan hanya sedikit yang mempunyai motivasi berprestasi sangat tinggi 5 . Tidak ada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah dan sangat rendah. Walaupun mean kedua kelas terdapat pada interval skor 100-120 yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, akan tetapi kelas eksperimen memiliki mean lebih tinggi daripada kelas kontrol. Jadi, dapat diketahui bahwa kelas eksperimen 52 memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi jika dibandingkan kelas kontrol.

c. Indikator Motivasi berprestasi

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok (group investigation) terhadap hasil belajar biologi siswa

0 30 71

PERBANDINGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI YANG BERBEDA DI SMAN 2 MENGGALA

1 3 15

Pembelajaran fisika dengan pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan demontrasi ditinjau dari kreativitas dan motivasi berprestasi

1 4 125

PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN METODE PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN IPS EKONOMI Prestasi Belajar Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Metode Pembelajaran Pada Siswa Kelas Viii Mata Pelajaran Ips Ekonomi Smp

0 2 15

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI MAN PARON KABUPATEN NGAWI Pengelolaan Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Paron Kabupaten Ngawi.

0 1 14

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI MAN PARON KABUPATEN NGAWI Pengelolaan Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Paron Kabupaten Ngawi.

0 4 14

Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi Siswa.

0 0 17

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BANGUN DATAR ANTARA KELOMPOK YANG MENGGUNAKAN STRATEGI THINK TALK WRITE DENGAN KELOMPOK YANG MENGGUNAKAN METODE EKSPOSITORI DI KELAS VII SMP KANISIUS MUNTILAN

0 5 158