“Berkata Sulaiman: Wahai manusia, telah diajarkan kepada kami pengertian bunyi burung.”
13
Kata “ ‘allama” pada kedua ayat tadi mengandung pengertian sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan
kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi Sulaiman melalui burung, atau membina kepribadian Adam melalui benda-
benda. Lain halnya dengan pengertian “rabba”, “addaba” dan sebangsanya tadi. Disitu jelas terkandung kata pembinaan, pimpinan, pemeliharaan dan
sebagainya.
14
Sedangkan secara terminologi pendidikan diartikan beragam dan berbeda-beda oleh para ahli pendidikan. Hal ini muncul atas dasar kajian
dan orientasi yang berbeda tentang pendidikan. John Dewey misalnya, sebagaimana dikutip oleh Zurinal Z Wahdi Sayuti menyebutkan, bahwa
pendidikan merupakan suatu rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarah pada
pengalaman berikutnya.
15
Berbeda dengan Martimer J. Adler sebagaimana dikutip oleh H. M. Arifin, bahwa pendidikan adalah sebuah proses dimana semua kemampuan
manusia bakat yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan dan disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik
dibuat oleh dirinya sendiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.
16
Ahmad Tafsir mengartikan pendidikan sebagai pengembangan pribadi dalam segala aspeknya. Yang dimaksud pengembangan pribadi adalah
mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan dan pendidikan oleh orang lain guru. Segala aspek artinya mencakup jasmani,
akal dan hati. Dengan kata lain pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal.
17
13
Kementerian Agama RI, Ibid., h. 532
14
Zakiah Daradjat, Op.cit., h. 26-27
15
Zurinal Z Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan... h. 2
16
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 1993, h. 11
17
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994, Cet. II, h. 26-27
Selanjutnya Ahmad D. Marimba mengartikan pendidikan dengan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentukanya kepribadian yang utama.
18
Berdasarkan pengertian-pengertian
pendidikan di
atas dapat
disimpulkan, bahwa dalam perkembangannya, pendidikan mendapat pemaknaan yang beragam namun secara subtansial memiliki kesamaan
pandangan tentang pendidikan yaitu sebuah proses terencana yang melibatkan orang dewasa pendidik dan peserta didik dalam rangka pengembangan
pengetahuan, sikap dan keterampilan demi melestarikan nilai-nilai budaya dan norma yang berkembang dimasyarakat.
Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pendidikan adalah alat atau cara atau strategi yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan pendidikan atau menguasai kompentensi tertentu yang dirumuskan dalam suatu kurikulum. Agar kemudian tercapainya tujuan
pendidikan, seperti apa yang sudah direncanakan.
2. Fungsi Metode Pembelajaran
Tentang fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai
pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional pendidikan tersebut.
Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan kepada
obyek sasaran tersebut.
19
Metode pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi
pendidikan berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan kurikulum. Dengan bertolak pada dua pendekatan ini dapat dikatakan
18
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung:PT. Al-Ma’arif, 1989, Cet. VIII, h. 19
19
Abuddin Nata, Op.cit., h. 146
bahwa metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut.
Metode pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan, ketertarikan, sifat dan kesungguhan para peserta didik dan juga harus memberikan
kesempatan untuk mengembangkan kekuatan intelektualnya. Pendidik dalam memberikan pelajaran atau mendidik peserta didik harus bisa memberi
keleluasaan sehingga peserta didik dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Dalam menyampaikan materi pendidikan perlu ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam menghadapi manusia
sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu, jasmani, akal, dan jiwa yang diarahkan menjadi orang yang sempurna dengan memandang potensi individu
setiap peserta didik, oleh karena itu pendidik dituntut agar memahami aspek psikologis dan karakter setiap peserta didik.
Dari sini jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Tidak salah jika ada sebuah pernyataan yang menyebutkan
bahwa “metode lebih utama dari pada materi al-taiqah aula min al-madah” disebabkan materi itu bagaikan raga yang harus digerakkan oleh jiwa. Tanpa
adanya penggerak yang membawa pada tujuan maka proses pendidikan tidak akan tecapai secara maksimal.
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah sebagai alat pembantu agar tercapainya suatu tujuan
pendidikan. Sebagaimana yang dikatan dalam bukunya Prof. Dr. H. Armai Arief Fungsi alat pendidikan yaitu sebagai alat perlengkapan, pembantu
pencapaian tujuan, dan sebagai tujuan. Sedangkan penggunaan alat pendidikan disesuaikan dengan kematangan anak didik dalam pennggunaan
alat tersebut dan masalah ruangan dan waktu.
20
20
Armai Arief, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Wahana Kardofa, 2010, h. 108
B. Dasar Dasar Metode Pembelajaran
Metode pendidikan dalam
penerapannya banyak menyangkut
permasalahan individu atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri, sehingga
dalam menggunakan
metode seorang
pendidik harus
memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan. Sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan alat atau jalan
menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan
tersebut. Dalam konteks ini, metode pendidikan tidak terlepas dari dasar religius,
filsafat Islam, dan ilmu pengetahuan.
1. Dasar Religius
Pelaksanaan metode pendidikan yang dalam prakteknya banyak terjadi di antara pendidik dan peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang luas,
memberikan dampak yang besar terhadap kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, agama merupakan salah satu dasar metode pendidikan dan
pengajaran.
21
Dan sebagai dasar metode pendidikan maka dasar relegius terdiri dari beberapa bagian, diantaranya :
a. Al-Qur’an Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui
ijtihad.
22
Bagi setiap umat yang memeluk Islam sebagai agamanya dianugerahkan soleh Allah sebuah kitab suci Al-Qur’an yang komprehensf
menjelaskan pokok-pokok ajaran yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh kaarena itu, sudah barang tentu dasar pendidikan sebagai
bagian dari aspek kehidupan manusia adalah bersumber kepada Al-Qur’an.
23
21
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu analisis Psikologis, Jakarta: Al- Husna, 1986, h. 40
22
Zakiah Daradjat, Op.cit., h. 19
23
Armai Arief, Op.cit., h. 36
Al-Qur’an merupakann dasar dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pendidikan. Dalam Al-Qur’an
banyak sekali dalil-dalil yang berhubungan dengan pendidikan dan metode pendidikan. Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam, maka dengan
sendirinya metode pendidikan Islam harus merujuk pada Al-Qur’an. Sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode pendidikan tidak
menyimpang dari tujuan pendidikan itu sendiri. b. Sunnah
Setelah Al-Qur’an dasar pendidikan juga menjadikan sunnah yang disebut juga Hadits sebagai sumber pendidikan. Karena pada zaman Nabi
para sahabat selalu bertanya kepada Nabi tentang segala hal yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an, dan menjadikannya sebagai landasan berfikir
mereka. Dalam dunia pendidikan Sunnah mempunyai dua manfat pokok;
pertama, Sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep Al-Qur’an serta lebih merinci
penjelasan dalam Al-Qur’an. Kedua, Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan. Misalnya, kita dapat menjadikan
kehidupan Rasulullah SAW dengan para sahabat maupun anak-anaknya sebagai sebagai sarana penanman keimanan.
24
Oleh karena itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim.
25
2. Filsafat Islam
Filsafat pendidikan merupakan titik permulaan dalam proses pendidikan, juga menjadi tulang punggung kemana bagian-bagian yang lain
dalam pendidikan itu bergantung dari segi tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum, metodde mengajar, penilaian, administrasi, alat-alat mengajar
dan lain-lainnya lagi.
26
Secara epistimologis, lahirnya agama dari wahyu melalui metode ijtihad; lahirnya ilmu pengetahuan alam sains dari alam jagat raya terjadi
24
Armai Arief, Ibid., h. 39
25
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet. Ke 8, h. 21
26
Armai Arief, Loc.cit., h. 49
melalui metode penelitian eksperimen dan observasi; lahirnya ilmu sosial dari fenomena sosial terjadi melalui metode penelitian lapangan; lahirnya
sastra dan seni dari intuisi terjadi melalui metode imajinasi dan kontemplasi; lahirnya filsafat dari kemampuan berpikir terjadi melalui berpikir spekulatif,
sistematik, mendalam, radikal, dan universal; lahirnya ilmu tasawuf dan ma’rif dan dzauq terjadi melalui riyadhah. Kemampuan berijtihad,
bereksperimen, penelitian lapangan, berimajinasi dan berkontemplasi, berpikir secara mendalam dan sistematik, serta riyadhah berasal dari Allah
SWT. Manusia hanya mengunakan fasilitas yang diberikan Allah SWT. Dengan demikian, secara epistimologis ilmu berasal dari Allah SWT.
Dengan filsafat ilmu pengetahuan yang sedemikian itu, maka akan dijumpai pandangan, bahwa di dalam Islam tidak ada pemisahan antara ilmu
agama dan ilmu umum, antara ilmu yang berasal dari akal dan dari hati; antara ilmu yang berasal dari eksperimen atau penelitian lapangan. Semua
itu tersebut pada hakikatnya dari Allah SWT. Pandangan tentang ilmu pengetahuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan
visi, misi, tujuan, kurikulum, dan bahan ajar dalam kegiatan pendidikan.
27
3. Ilmu Pengetahuan
Yang dimaksud dasar ilmu pengetahuan adalah dasar nilai guna dan manfaat yang terdapat dalam setiap ilmu pengetahuan bagi kepentingan
pendidikan dan pengajaran. Dasar ilmu pengetahuan terdiri juga dari beberapa bagian, diantaranya :
a. Ilmu Psikologi Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah
pemindahan nilai-nilai, ilmu dan keterampilan dari generasi tua ke generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara identitas masyarakat tersebut.
Dalam pemindahan nilai-nilai, ilmu, dan keterampilan inilah psikologi memegang peranan yang sangat penting.
28
27
Abuddin Nata, Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010, h. 94-95
28
Armai Arief, Op.cit., h. 48