Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
kanak dan tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.” Q.S. Asy- Syu’ara26:18.
10
Dalam Al-Qur’an, ditegaskan bahwa Allah adalah Rabbal ‘alamin dan juga Rabbal Nas, artinya bahwa Allah pendidik bagi semesta alam dan juga
pendidik bagi manusia. Pengertia tersebut terambil, karena kata “rabba” dalam arti Tuhan dan “rabba” dalam arti pendidik berasal dari kata yang
sama.
11
Dengan demikian menurut Al-Qur’an bahwa alam dan manusia mempunyai sifat tumbuh dan berkembang, dan yang mengatur itu semua
tidak lain kecuali Allah SWT. Kata lain yang mengandung arti pendidikan itu ialah
َب ﱠدَا seperti sabda Rasul :
ْﻲِﺒْﯾِدْﺄَﺗ َﻦَﺴْﺣَﺄَﻓ ْﻲﱢﺑَر ْﻲِﻨَﺑﱠدَأ ﺚﯾﺪﺤﻟا
Kata “ta’lim” dengan kata kerjanya “ ‘allama” juga sudah digunakan pada zaman Nabi. Baik dalam Al-Qur’an, Hadist atau pemakaian sehari-hari,
kata ini lebih banyak digunakan dari pada kata “tarbiyah” tadi. Dari segi bahasa, perbedaan dari arti kedua kata itu cukup jelas. Bandingkanlah
penggunaan dan arti kata berikut ini dengan kata “rabba”, “addaba”, “nasyaa” dan lain-lain yang masih kita ungkapkan tadi.
Firman Allah :
ﺒﻟﺍ . . . ﺓﺮﻘ
31:2
Artinya “Allah mengajarkan kepada Adam Nama-nama benda-benda
seluruhnya...”.
12
Firman-Nya lagi :
. . .
. . .
ﻞﻤﻨﻟﺍ
16:27
Artinya :
10
Ibid, h. 405
11
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet. Ke V h. 92
12
Kementerian Agama RI, Op.cit., h. 3
“Berkata Sulaiman: Wahai manusia, telah diajarkan kepada kami pengertian bunyi burung.”
13
Kata “ ‘allama” pada kedua ayat tadi mengandung pengertian sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan
kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi Sulaiman melalui burung, atau membina kepribadian Adam melalui benda-
benda. Lain halnya dengan pengertian “rabba”, “addaba” dan sebangsanya tadi. Disitu jelas terkandung kata pembinaan, pimpinan, pemeliharaan dan
sebagainya.
14
Sedangkan secara terminologi pendidikan diartikan beragam dan berbeda-beda oleh para ahli pendidikan. Hal ini muncul atas dasar kajian
dan orientasi yang berbeda tentang pendidikan. John Dewey misalnya, sebagaimana dikutip oleh Zurinal Z Wahdi Sayuti menyebutkan, bahwa
pendidikan merupakan suatu rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarah pada
pengalaman berikutnya.
15
Berbeda dengan Martimer J. Adler sebagaimana dikutip oleh H. M. Arifin, bahwa pendidikan adalah sebuah proses dimana semua kemampuan
manusia bakat yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan dan disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik
dibuat oleh dirinya sendiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.
16
Ahmad Tafsir mengartikan pendidikan sebagai pengembangan pribadi dalam segala aspeknya. Yang dimaksud pengembangan pribadi adalah
mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan dan pendidikan oleh orang lain guru. Segala aspek artinya mencakup jasmani,
akal dan hati. Dengan kata lain pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal.
17
13
Kementerian Agama RI, Ibid., h. 532
14
Zakiah Daradjat, Op.cit., h. 26-27
15
Zurinal Z Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan... h. 2
16
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 1993, h. 11
17
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994, Cet. II, h. 26-27