Tema ke-tiga belas, yaitu peran dikeluarga; tema ke-empat belas, yaitu tugas perkembangan; dan tema ke-lima belas, yaitu stresor
menggambarkan gambaran peran klien dewasa muda dengan kolostomi permanen. Penelitian ini juga telah mengidentifikasi gambaran identitas
diri klien dewasa muda dengan kolostomi permanen melalui tema ke-enam belas, yaitu sikap terhadap penerimaan; tema ke-tujuh belas, yaitu
pengakuan jenis kelamin; tema ke-delapan belas, yaitu penilaian diri terhadap tujuan hidup; dan tema ke-sembilan belas, yaitu penilaian koping.
Selanjutnya peneliti akan membahas masing-masing tema yang teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian.
1. Citra tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen
Tema I : Stresor
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya stresor yang dapat mengganggu integrasi gambaran
diri salbiah, 2003. Stresor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada
situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial dan lingkungan luar lainnya Patel,1996 dalam Nasir Muhith,2011. Dalam penelitian
ini partisipan memiliki stresor berupa perubahan bentuk tubuh dan penggunaan alat bantu. Setiap perubahan dalam kesehatan dapat
menjadi stresor yang mempengaruhi konsep diri. perubahan fisik dalam tubuh menyebabkan perubahan citra tubuh, di mana identitas
dan harga diri juga dapat dipengaruhi. Semua partisipan merasakan adanya perubahan bentuk yang menonjol dibagian perutnya
dikarenakan adanya kolostomi dan adanya penggunaan alat bantu berupa kantong kolostomi yang harus selalu mereka gunakan, hal ini
merupakan stresor yang dapat mempengaruhi penilaian terhadap bentuk tubuh setelah adanya kolostomi. Salah satu partisipan
mengatakan bahwa dengan adanya kolostomi membuat tubuhnya tidak sebagus dahulu dan merasa tidak normal karena saat ini memiliki
kolostomi. Banyak faktor dapat yang mempengaruhi citra tubuh seseorang, seperti operasi misalnya mastektomi, amputasi, ileostomi,
Kegagalan fungsi tubuh seperti hemiplegi, buta, tuli, seseorang yang tergantung pada mesin, perubahan tubuh seiring dengan bertambahnya
usia, umpan balik interpersonal yang negatif, Umpan balik ini berupa tanggapan yang tidak baik misalnya celaan atau makian sehingga dapat
membuat seseorang menarik diri, dan lain-lain Perry Potter, 2005
Tema II : Adaptasi transisi sehat sakit
Tema ini terdiri dari syok psikologis, kecemasan, ketidaknyamanan dan penerimaan secara bertahap. Syok Psikologis merupakan reaksi
emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap
ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti
mengingkari, menolak
dan proyeksi
untuk mempertahankan
keseimbangan diri. salbiah, 2003 Dalam penelitian ini partisipan merasakan adanya rasa terbebani saat pertama kali memiliki kolostomi,
rasa risih dan tidak terbiasa dengan keadaan barunya merupakan
respon awal terhadap proses penerimaan terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
Kecemasan timbul saat partisipan merasakan adanya rasa khawatiran saat berpergian, rasa resah timbul karena adanya ketakutan
akan kondisi kantong kolostomi, partisipan takut jika kantongnya akan tumpah dan bocor jika penuh. Kecemasan dan merasa malu memiliki
kolostomi dapat menyebabkan perubahan pada gaya hidup, termasuk kemampuan untuk mencari pekerjaan, keinginan untuk melakukan
perjalanan, dan penilaian terhadap citra dirinya Nugent et al, 1999 Hal seperti ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada partisipan
karena merasa terganggu saat kantong penuh, partisipan juga mengungkapkan awal memiliki kolostomi tidak merasa nyaman
dikarenakan adanya rasa sakit setelah pembuatan stoma sehingga mengganggu saat bergerak. Setelah tiga bulan memiliki kolostomi
partisipan sudah mulai merasa rileks dan merasa terbiasa dengan kondisi barunya. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap akan
timbul setelah klien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan
reintegrasi dengan gambaran diri yang baru salbiah, 2003, dalam penelitian ini semua partisipan mengatakan bahwa adanya proses
penerimaan kolostomi terjadi setelah tiga bulan memilikinya, partisipan merasa sudah terbiasa dengan adanya kolostomi partisipan
mengatakan sudah bisa menerima perubahan yang terjadi pada bentuk tubuhnya. Jacob, Knick sally 2003 dalam rahayu 2008
menyatakan bahwa fase acceptancemenerima dicapai oleh masing- masing individu dalam rentang waktu yang bervariasi tergantung dari
kemampuan individu untuk membentuk koping dalam menjalani proses berduka. Ada individu yang mampu adaptif dalam waktu 1-3
bulan setelah peristiwa kehilangan, namun beberapa individu lain mencapainya dalam 6 bulan hingga 1 tahun.
Tema III : Perubahan fungsi eliminasi tubuh
Eliminasi normal sisa tubuh melalui saluran gastrointestinal adalah fungsi dasar dari kebanyakan manusia. Bila system ini berubah dan
eliminasi normal tidak dapat terjadi, system tubuh lain berisiko mengalami perubahan juga. Selain itu, perubahan eliminasi dapat
berdampak emosional dan sosial nurachmah dan sudarsono, 2000. Pada penelitian ini partisipan mengalami perubahan fungsi eliminasi
tubuh yang mencakup adanya perubahan fisiologis dan anatomis. Pada klien yang memiliki kolostomi otomatis akan terjadi perubahan fungsi
fisiologis berupa hilangnya kontrol pengeluaran feses melalui anus hal ini menyebabkan sisa pembuangan feses keluar melalui kolostomi
yang berada di bagian perut. Semua partisipan mengatakan adanya perubahan fungsi tubuh sejak adanya kolostomi mereka tidak bisa
menahan buang air besar dan tidak perlu mengedan ketika buang air besar karena kotoran akan langsung keluar melalui kolostomi.
Perubahan anatomis letak pembuangan feses berubah dari pengeluaran yang biasanya dikeluarkan oleh anus sekarang melalui kantong
kolostomi yang ada dibagian perut. Adanya perubahan eliminasi pada
seseorang beresiko terhadap penilaina konsep diri, klien yang mengalami perubahan eliminasi, konsep dirinya dapat terancam
misalnya inkontinesia yang sering, feses yang berbau busuk, dan peralatan ostomi yang merupakan beberapa factor yang dapat
menyebabkan klien merasa bahwa ada suatu perubahan pada citra tubuhnya. Akibatnya, klien mungkin menghindari sosialisasi dengan
orang lain atau tidak berkeinginan untuk melaksanakan tanggung jawab dalam merawat dirinya Perry Potter, 2005
Tema IV : Keterbatasan aktifitas
Fungsi fisik yang terganggu sangat beragam antara lain menurunya kemandirian untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan,
mandi, membersihkan diri, berdandan, toileting, perubahan dalam berkemih, kerusakan integritas kulit, gangguan buang air besar.
Keterbatasan fisik
yang dialami
memungkinkan penderita
menggunakan berbagai macam alat bantu suryadinata, 2008. Dalam penelitian ini semua partisipan merasakan adanya perubahan aktivitas
yang biasa dilakukan saat sebelum memiliki kolostomi dengan sesudahnya, partisipan satu mengatakan sejak adanya kolostomi
merasa khawatir jika harus berpergian dalam jarak yang jauh dan waktu yang lama hal ini dikarenakan partisipan sering merasa tidak
enak jika kantung penuh dan sulit untuk menemukan kamar mandi selama dalam perjalanan, partisipan juga mengatakan sulit untuk
berpergian kemana-mana jika persediaan kantong tidak ada. Namun untuk mengatasinya partisipan sebisa mungkin mengatur jadwal