Harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

Seseorang yang menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh orang lain biasanya mempunyai harga diri yang tinggi. Seseorang yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek dari orang lain biasanya mempunyai harga diri yang rendah Perry Potter, 2005

4. Peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

Tema XIII : peran di keluarga Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan kultur. Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok sosial. Stuart sundeen, 1991 dalam Perry Potter, 2005. Dalam penelitian ini partisipan satu memiliki posisi peran dalam keluarganya sebagai seorang ayah dari lima orang anak dan seorang suami dari istrinya, sedangkan partisipan yang lain berperan sebagai seorang anak. Tema XIV : tugas perkembanngan Tugas-tugas perkembangan pada dewasa muda dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga Negara dan bergabung dalam suatu kelompok social yang cocok Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007. Dalam penelitian ini partisipan satu telah menjalankan tugas perkembangan sebagai seorang laki-laki dewasa muda pada umumnya, sedangkan partisipan yang lain belum sepenuhnya mengalami harapannya sesuai tugas perkembangan seperti belum menemukan pasangan hidup dan membina keluarga sendiri, namun berusaha menjalankan perannya sebagai seorang anak yang membantu orang tua. Pencapaian tugas perkembangan seseorang dapat meningkatkan penilaian terhadap diri individu, semakin banyak kesesuaian yang dialami pada tugas perkembangan semakin tinggi pula rasa keberhasilan yang ada pada dirinya. Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007 menambahkan bahwa tingkat penguasaan tugas-tugas ini pada awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak keberhasilan pada usia setengah baya, baik itu dalam bidang pekerjaan, pengakuan social ataupun kehidupan keluarga. Penguasaan ini juga dapat menentukan kebahagian yang akan didapatkan sampai dengan tahun-tahun akhir kehidupan seseorang. Tema XV : Stresor Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.Salbiah, 2003. Dalam penelitian ini partisipan merasakana adanya hambatan yang dialaminya sejak adanya kolostomi dalam menjalankan perannya sehari-hari. Partisipan satu mengatakan sejak adanya kolostomi pada dirinya ia merasakan kesulitan untuk mencari nafkah lebih untuk keluarganya, ia merasa sulit mendapatkan pekerjaan dan penghasilan lebih dengan kondisinya saat ini, ia merasa ruang lingkup untuk mencari tambahan materi berkurang dengan kondisi saat ini, hal ini dikarenakan juga karena keterbatasan kantong sehingga ia sulit untuk berpergian jauh tanpa persediaan kantong yang cukup, sedangkan harga kantong mahal dan sekarang sulit mendapatkan bantuan kantong dari YKI, partisipan yang lain juga mengatakan kesulitan untuk mendapatkan penghasilan materi yang lebih dikarenakan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan kondisi seperti ini, ia juga mengatakan merasa kesulitan untuk mendapatkan pasangan hidup yang dapat menerima keadaannya dengan kolostomi. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan keliat, 1992 dalam salbiah 2003

5. Identitas diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen Tema XVI : sikap terhadap penerimaan Coleridge 1997 dalam satyaningtias dan sri 2010 mengatakan penerimaan diri bukanlah sikap pasrah, tetapi menerima identitas diri secara positif, pandangan tentang diri sendiri dan harga diri tidak menurun sama sekali, bahkan dapat meningkat. Hurlock 2006 dalam satyaningtias dan sri 2010 mengemukakan bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan menerima segala hal yang ada pada diri sendiri baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki, sehingga apabila terjadi peristiwa yang kurang menyenangkan maka individu tersebut akan mampu berpikir logis tentang baik buruknya masalah yang terjadi tanpa menimbulkan perasaan, permusuhan, perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman. Dalam penelitian ini semua partisipan mengatakan merasa memiliki kesama dengan yang lain dalam hal keunikan yang ada pada dirinya, partisipan memnggangap bahwa apa yang ada pada dirinya sama saja dengan orang lain miliki, namun semua partisipan mengatakan hal yang mungkin membedakan mereka dengan yang lainnya yaitu adanya perbedaan fisik, partisipan merasa berbeda karena adanya kolostomi pada dirinya, meskipun adanya kesamaan atau perbedaan yang ada pada dirinya dengan orang lain semua partisipan dapat menerima dan mensyukuri apa yang ada pada dirinya saat ini. Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif handayani, ratnawati dan helmi, 1998, Sari 2002 dalam satyaningtias dan sri 2010 menyatakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri akan mengetahui segala kelebihan dan kekurangannya, dan mampu mengelolanya. Tema XVII : pengakuan jenis kelamin Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri. Dalam penelitian ini semua partisipan mengakui dan menerima jenis kelamin yang telah ada pada dirinya, mereka mengakui dirinya sebagai laki-laki. Ciri individu dengan identitas diri yang positif yaitu ; Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain, Mengakui jenis kelamin sendiri, memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan, menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat, menyadari hubungan masa lalu sekarang dan yang akan datang, mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapaidirealisasikan Suliswati dkk, 2005 Tema XVIII : Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup Individu dalam rentang kehidupannya akan selalu berhadapan dnegan masalah. Hanya saja masalah yang dihadapi individu satu akan mempunyai bentuk dan tingkat kesulitan yang berbeda dengan yang lainnya. Masalah-masalah yang dihadapi individu begitu kompleks sehingga membutuhkan keterampilan pemecahan masalah yang strategis, yang dilandasi oleh tujuan hidup seseorang. Tanpa tujuan hidup yang jelas, individu akan mengalami kesulitan dalam mengarungi hidup ini. salah satu cara untuk mencapai tujuan hidup adalah dengan cara lebih mengenal diri sendiri, yaitu apakah kekuatan- kekuatan diri dan apakah kelemahan-kelemahan diri.handayani dkk, 1998. Dalam penelitian ini salah satu partisipan mengatakan bahwa sebagai seorang laki-laki dewasa ia merasa belum berhasil dalam salah satu pencapaian tugas perkembangan yaitu memiliki pasangan hidup dan membina keluarga, hal tersebut merupakan salah satu penilaian diri terhadap tujuan dalam hidupnya. Pencapaian tujuan dalam hidup seseorang akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan. Hurlock, 1993 dalam mesra melisa 2007 menambahkan bahwa tingkat penguasaan tugas-tugas ini pada awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak keberhasilan pada usia setengah baya, baik itu dalam bidang pekerjaan, pengakuan social ataupun kehidupan keluarga. Tema XIX : penilaian koping Koping merupakan suatu tindakan yang mengubah kongnitif secara konstan dan usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Koping yang efektif adalah koping yang membantu seseorang untuk menoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainnya Lazarus dan Folkman,1984 dalam Nasir Muhith, 2011. Dalam penelitian ini semua partisipan merasakan kurang puas dengan adanya kolostomi pada dirinya, namun semua partisipan memiliki pengontrolan diri secara spiritual terhadap penerimaannya dengan meyakini banwa semua ini adalah takdir yang harus dialami dan berusaha unuk selalu