Citra tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

berpergian dengan ketersediaan kantong. Sedangkan partisipan lainnya merasakan adanya perubahan aktivitas dalam menjalankan hobinya yaitu naik gunung dan bermain futsal, ia mengatakan jika naik gunung disana sulit untuk menemukan air dan akan menjadi kesulitan jika harus membersihkan kantong kolostomi, dan ia juga merasa terganggu jika harus bermain futsal karena ditakutkan kantongnya akan bocor jika terlalu banyak gerak dan berkeringat. Tema V : Penilaian Kepuasan terhadap bagian tubuh Menurut Cash, 2000 dalam sari, 2008 mengemukakan salah satu komponen citra tubuh yaitu body areas satisfaction kepuasan terhadap bagian tubuh, yaitu kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah pinggul, pantat, kaki, tubuh bagian tengah pinggang, perut, dan keseluruhan tubuh. Pada penelitian ini partisipan mengemukakan bagian tubuh yang disukai dan bagian tubuh yang tidak disukai, partisipan satu mengungkapkan bagian yang disukai yaitu hidung sedangkan partisipan yang lain mengatakan semua bagian tubuh suka. Pada bagian tubuh yang tidak disukai partisipan satu mengatakan bagian tubuh yang tidak disukai yaitu perut, sedangkan partisipan yang lain mengatakan hidung. Dalam penelitian ini partisipan mampu menilai sendiri terhadap kepuasan bagian tubuh yang ada pada dirinya melalui cara pandang terhadap dirinya sendiri. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan suliswati dkk, 2005 Tema VI : Alasan penilaian bentuk tubuh Papilla, Olds, dan Feldman 2004 dalam rizkiana dan retnaningsih 2009 menyatakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistic tentang penampilan dan bagaimana dirinya terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya. Dalam penelitian ini partisipan mengungkapkan penilaian positif dan negatif mengenai bentuk tubuh yang disukai dan tidak disukai. Pada penilain positif terhadap bentuk tubuh partisipan satu mengatakan menyukai hidungnya karena mancung sedangkan partisipan lainnya mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya karena semua yang ada pada dirinya merupakan pemberian tuhan yang harus disyukuri. Pada penilaian negative terhadap bentuk tubuh, partisipan satu mengatakan bagian tubuh yang tidak disukai yaitu perut karena selalu ada kantong yang menempel di perutnya. Dalam hal ini pertisipan dapat mengungkapkan kesukaan dan ketidaksukaan beserta alasan terhadap bagian bentuk tubuhnya, penilaina ini baik untuk klien dalam mengungkapkan apa yang ada pada dirinya. . Citra tubuh harus harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada individu yang tidak menyukai tubuhnya suliswati dkk, 2005

2. Ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

Tema VII : Faktor- faktor yang mempengaruhi ideal diri Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas. Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu menetapkan ideal diri sebatas kemampuan, faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain, hasrat melebihi orang lain, hasrat untuk berhasil, hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistic, hasrat menghindari kegagalan, adanya perasaan cemas dan rendah diri suliswati dkk, 2005. Dalam penelitian ini semua partisipan menetapkan harapa-harapan positif yang ingin dicapainya seperti partisipan satu mengatakan ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya, membuat bangga keluarga, dan berharap istri dan keluarganya dapat menerima keadaannya yang sekarang sedangkan partisipan lainnya mengatakan ingin menjadi anak yang berbakti dan membahagiakan kedua orang tuanya serta tidak menjadi beban bagi orang tuannya dengan kondisi saat ini. Tema VIII : Pencapaina Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri suliswati dkk, 2005. Dalam peneliian ini semua partisipan memiliki penilaian positif terhadap kondisinya saat ini, partisipan berharap walaupun sekarang memiliki kolostomi bukan menjadi hambatan bagi kehidupan masa depannya. Keinginan untuk memperoleh keberhasilan dimasa depan juga masih menjadi harapan yang terus diusahakan sampai saat ini dengan bekerja dan berusaha mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih baik dilakukan semua partispan karena semua partisipan berkeinginan untuk memiliki usaha sendiri kedepannya. Semua partisipan mengungkapkan keinginannya untuk sembuh dan sehat dari penyakit yang pernah ada pada diri mereka agar apa yang menjadi pengharapan partisipan dapat berjalan dengan baik apabila memiliki tubuh yang sehat. Salah satu partisipan berharap agar mendapatkan pasangan hidup hal ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang apabila telah dicapai oleh dewasa muda akan mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak keberhasilan pada usia setengah baya Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007, Seseorang yang telah mencapai usia dewasa muda akan memiliki keinginan yang kuat untuk dianggap mandiri oleh kelompok social meraka. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi seseorang yang berada pada tahapan ini untuk menguasai tugas- tugas perkembangan yang diperlukan agar dapat dianggap sebagai orang yang mandiri mesra melisa, 2007.

3. Harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

Tema IX : indikator keberhasilan Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan. Dalam penelitian ini semua partisipan merasa belum puas terhadap keberhasilan yang diperolehnya saat ini, partisipan satu mengatakan meskipun sekarang ia sudah memiliki pekerjaan namun penghasilan yang diperolehnya masih kurang jika harus digunakan untuk keperluan keluarga hanya sekedar cukup dan belum bisa memiliki pendapatan yang lebih, karena ia merasa ruang lingkupnya merasa berkurang dengan kondisi adanyanya kolostomi, sehingga klien mengingikan memiliki usaha sendiri dan dapat dengan bebas mengelolanya tanpa harus mempermasalahkan kondisi saat ini. Partisipan yang lain juga mengungkapkan keinginannya untuk memiliki usaha sendiri dikarenakan dengan kondisi yang seperti ini ia merasa lebih sulit untuk memdapatkan pekerjaan yang lumayan baik. Menurut Coopersmith 1967 dalam Oktario 2008 ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri, antara lain yaitu kelas sosial dan kesuksesan. Kedudukan kelas sosial dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang memiliki pekarjaan yang lebih bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam lokasi rumah yang lebih besar dan mewah akan dipandang lebih sukses dimata masyarakat dan menerima keuntungan material dan budaya. Hal ini akan menyebabkan individu dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang lain. Dalam penelitian ini semua partisipan menganggap dirinya belum mencapai keberhasilan di bidang pekerjaan mereka berpendapat bahwa mereka belum bisa memiliki usaha sendiri karena dengan memiliki usaha sendiri mereka merasa bisa memiliki penghasilan yang lebih dan tidak ada orang lain yang akan mempermasalahkan kondisinya saat bekerja. Tema X : respon emosional Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional trauma atau kronis negative self evaluasi yang telah berlangsung lama menurut beberapa ahli salah satu factor yang mempengaruhi gangguan harga diri adalah adanya gangguan fisik dan mental, gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri salbiah, 2003. Dalam penelitian ini semua parisipan memiliki perubahan bentuk tubuh karena adanya kolostomi semua partisipan juga menggunakan alat bantu berupa kantong kolostomi, hal ini merupakan salah satu stressor bagi partisipan sehingga adanya stressor dapat mempengaruhi respon emosi. Pada partisipan satu mengatakan bahwa adanya kolostomi tidak menjadikannya merasa malu tetika berinteraksi dengan orang lain karena menurutnya orang lain tidak akan mengetahui kondisinya karena kolostomi tertutup berada didalam dan tertutup baju, sedangkan pertisipan lainnya mengatakan bahwa dalam hati merasa malu dan risih ketika berinteraksi denga orang lain yang karena apabila penuh kantongnya akan tampak ada sesuatu yang menonjol dari bagian perutnya. Namun, hal ini terjadi saat kantong terasa penuh dan ada rasa kekhwatiran bocor dan tumpah. Menurut Taylor 1991 dalam Nasir Muhith,2011 adanya stressor dapat menimbulkan Respon stress salah satunya dapat terlihat dalam respon emosi, Respon emosi akan dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya. Tema XI : respon kehilangan Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata rambut, gigi atau payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan atau fungsi sensoris. Kehilangan fungsi psikologis termasuk kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, respek, atau cinta. Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cidera atau perubahan perkembangan atau situasi. Kehilangan seperti ini dapat menurunkan kesejahterahan individu. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri Perry Potter, 2005. Dalam penelitian ini semua partisipan mengalami kehilangan aspek diri mencakup bagian tubuh adanya kolostomi di bagian perut, fungsi fisiologis hilangnya kontrol terhadap pembuangan melalui anus. Semua partisipan mengatakan sulit menerima saat pertama merasakan adanya kehilangan aspek diri pada dirinya, namun sejalan dengan waktu semua partisipan secara bertahap melakukan proses penerimaan terhadap apa yang terjadi pada dirinya karena mereka meyakini semua yang terjadi pada mereka merupakan takdir yang harus mereka terima. Dalam hal ini semua partisipan berusahan untuk menerima dan menyesuaikan dengan keadaannya yang sekarang, mereka meyakinkan apa yang terjadi pada kondisi dirinya saat ini tidak menjadi penghalang untuk mencapai harapan dan tujuan hidup yang lebih baik kedepannya. Pada penelitian ini, semua partisipan dewasa muda terlihat lebih realistis dalam menerima kondisinya saat ini. Usia memainkan peran dalam