Gambaran Konsep Diri Pada Klien Dewasa Muda Dengan Kolostomi Permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat

(1)

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA

DENGAN KOLOSTOMI PERMANEN DI YAYASAN KANKER

INDONESIA JAKARTA PUSAT

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

Yuniska Pratiwi

108104000007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

Nama : YUNISKA PRATIWI

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, Oktober 1990

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Arafah Raya Blok E2 No.52 RT/RW 04/10 Kelurahan Panunggangan Barat kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, Banten

Anak ke : 9 dari 10 bersaudata

Telepon : 085781190436

Email : ikaqu.ika26@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Cimone 6 tahun 1996-2002

2. SMP Negeri 6 Tangerang tahun 2002-2005

3. MA Negeri 1 Tangerang tahun 2005-2008


(7)

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, April 2013

Yuniska Pratiwi, NIM : 108014000007

Gambaran Konsep Diri Pada Klien Dewasa Muda Dengan Kolostomi Permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat

xiv + 72 Halaman + 2 Tabel + 1 Bagan+ 5 Lampiran

ABSTRAK

Kolostomi ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka (asendens), tempat mengeluarkan feses.Kolostomi dibuat agar klien dapat bertahan hidup lebih lama dan untuk membantu mereka kembali kehidup yang lebih sehat dan produktif serta meningkatkan kualitas hidupnya. Klien dengan kolostomi menghadapi beberapa masalah, baik fisik dan psikologis, misalnya kebocoran yang disebabkan oleh kegagalan menempelnya perekat kantung dan kesulitan dalam menjaga kantung. Masalah tersebut sangat berpontensi untuk mempengaruhi konsep diri klien terhadap kondisi yang dialaminya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat.Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.Sampel dalam penelitian dipilih dengan menggunakan teknik jenis Purposive Sampling dengan pendekatan sampling Homogen.Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam. Penelitian ini menghasilkan sembilan belas tema yaitu : stresor, adaptasi transisi sehat sakit, perubahan fungsi eliminasi tubuh, keterbatasan aktivitas, penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh, alasan penilaian bentuk tubuh., faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri, pencapaian ideal, indikator keberhasilan, respon emosional, respon kehilangan, sumber pembentukan harga diri, peran dikeluarga, tugas perkembangan, stresor, sikap terhadap penerimaan, pengakuan jenis kelamin, penilaian diri terhadap tujuan hidup, penilaian koping.Peneliti menyarankan agar klien dapat berbagi pengalaman dengan sesama penderita untuk meningkatkan penerimaan dan pembentukan konsep diri yang positif.

Kata kunci : dewasa muda, kolostomi, konsep diri Daftar bacaan : 32 (1998-2011)


(8)

viii

Undergraduate Thesis, April 2013

Yuniska Pratiwi, ID Number : 108104000007

Picture of Self-Concept In Young Adults Client With A Permanent Colostomy at Indonesia Cancer Foundation Central Jakarta

xiv + 72 Halaman + 2 Tabel + 1 Bagan+ 5 Lampiran

ABSTRACT

Colostomy is a hole made through the abdominal wall into the iliac colon , the place to secrete feces. Colostomy made so that the client may survive longer and to help them return a more healthy life and a productive and improve the quality of life. Clients with a colostomy faced some problems, both physical and psychological, such leaks caused by the failure of the adhesive attachment of the bag and the difficulty in keeping the bag. The problem is so equally harmful to influence self-concept clients against it condition. This research aims to see the picture of self-concept in young adultsclient with a permanent colostomy at Indonesia Cancer Foundation Central Jakarta. This research uses a qualitative study with phenomenological approach. The samples in this study were selected using purposive sampling technique type Homogeneous sampling approach. Data collection was done by in-depth interviews. This research resulted nineteen themes, namely: stressor, adaptations healthy and diseased transitions, changes in the body's elimination functions, activity limitations, assessment of satisfaction with body shape, body shape valuation grounds., Factors that affect ideal self, ideal achievement, success indicators, emotional response, loss of response, the source of the formation of self-esteem, role in the family, the task of development, stressor, attitudes toward acceptance, recognition of gender, self-assessment toward the purpose of life, coping appraisal. Researcher suggested that clients can share their experiences with fellow sufferers to increase acceptance and establishment a positive self-concept.

Keywords: Young Adult, Colostomy, Self Concept Reference :32 (1998-2011)


(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT, Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir zaman.

Atas kekuasaan dan izin ALLAH SWT Skripsi dengan judul “ Gambaran

Konsep Diri Pada Klien Dewasa Muda Dengan Kolostomi Permanen DI Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat ” telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan.Namun, dengan bantuan berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bpk Prof. Dr. (Hc.) dr. M. K. Tadjudin Sp. And. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djauhari, Selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.kes, Selaku Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dra. Farida Hamid, Mpd, Selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

x

Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Ernawati, S.Kp. M.Kep, Sp.KMB. Selaku Dosen Pembimbing pertama yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini,S.Kep.M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing kedua yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staff akademik atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Yayasan Kanker Indonesia di Jakarta Pusat yang telah memberikan waktu dan tempat untuk pelaksanaan penelitian dan pengambilan data.

10.Orang tua tercinta (Ibu Suhartini dan Bapak(Alm) Achmad Kazuini) terima kasih atas segala pengorbanan yang telah kau berikan untukku, yang selalu menyayangiku, mengasihiku, terima kasih atas doa untukku dan dukungan kalian sampai aku selesai menyusun skripsi dengan baik.

11.Kakak-kakak dan adik tersayang ( Deni, Wawan, Nenden, Agus, Dewi, Zuli, Ardi, Desi, Budi, Puji, Dandi, Fajar, Revi, dan Ibnu) yang selalu memberikan semangat dan motivasi tiada hentinya kepada penulis.

12.Keponakanku tersayang (Nurul, Ghozi, Amanda, Puput, Ghifar, Hafizh, Bilal, Azka) yang selalu memberikan keceriaan dan semangat kepada penulis.


(11)

xi

13.Teman sepermainan yang selalu bersama baik dalam suka maupun duka ( Ifat Qq, Opi, Wensil, Pia, Ose, Sri, Ningsih dan Mii) yang telah memberikan dukungan dan pembelajaran kepada penulis.

14.Seluruh teman-temanku di Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2008 yang telah menjadi penyemangat kuliahku terima kasih atas partisipasi kalian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, 9 April 2013


(12)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Peneliian ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

A. Tujuan ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7


(13)

xiii

1. Bagi klien ... 8

2. Bagi Institusi Yayasan Kanker Indonesia ... 8

3. Bagi Profesi Keperawatan ... 8

4. Bagi Peneliti ... 9

5. Bagi Penelii yang Akan Datang ... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kolostomi ... 10

1. Definisi Kolostomi ... 10

2. Lokasi dan Tipe Kolostomi ... 10

3. Indikasi Kolostomi ... 12

4. Komplikasi kolostomi ... 15

B. Konsep Diri ... 15

1. Definisi Konsep Diri ... 15

2. Teori Perkembangan Konsep Diri ... 16

3. Factor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 18

4. Komponen Konsep Diri ... 19

a. Citra Tubuh ... 19

b. Ideal Diri ... 23

c. Harga Diri... 24

d. Peran ... 26

e. Identitas Diri... 26

5. Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Keperibadian Sehat ... 28


(14)

xiv

2. Karakteristik Perkembangan Dewasa Muda ... 30

3. Perkembangan Konsep Diri Dewasa Muda ... 32

D. Kerangka Teori... 33

BAB III KERANGKA KONSEP ... 35

A. Kerangka Konsep ... 35

B. Befinisi Istilah ... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Desain Penelitian ... 39

B. Populasi ... 40

C. Sampel ... 40

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

E. Instrument Penelitian ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Validasi Data ... 45

H. Teknik Anlisa Data ... 46

I. Etika Penelitan ... 48

BAB V HASIL PENELITIAN ... 50

A. Gambaran wilayah penelitian ... 50

B. Hasil penelitian... 51

1. Karakteristik partisipan ... 51


(15)

xv

a. Gambaran Citra Tubuh ... 53

Tema I. Stressor ... 54

Tema II. Adaptasi Transisi Sehat Sakit. ... 54

Tema III.Perubahan Fungsi Eliminasi Tubuh ... 56

Tema IV. Keterbatasan Aktivitas ... 56

Tema V. Penilaian Kepuasan Terhadap Bentuk Tubuh ... 57

Tema VI.Alasan Penilaian Benuk Tubuh... 57

b. Gambaran Ideal Diri ... 58

Tema VII.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ideal Diri ... 58

Tema VIII.Pencapaian Ideal Diri ... 59

c. Gambaran Harga Diri ... 59

Tema IX.Indikator Keberhasilan ... 59

Tema X.Respon Emosional ... 60

Tema XI.Respon Kehilangan ... 60

Tema XII.Sumber Pembantukan Harga Diri ... 61

d. Gambaran Peran ... 62

Tema XIII.Peran Dikelurga ... 62

Tema XIV.Tugas Perkembangan ... 62

Tema XV. Stresor ... 63

e. Gambaran Identitas Diri ... 63

Tema XVI.Sikap Terhadap Penerimaan ... 64

Tema XVII.Pengakuan Jenis Kelamin ... 64

Tema XIIII.Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup ... 65


(16)

xvi

1. Citra Tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ... 68

Tema I. Stressor ... 68

Tema II. Adaptasi Transisi Sehat Sakit. ... 69

Tema III.Perubahan Fungsi Eliminasi Tubuh ... 71

Tema IV. Keterbatasan Aktivitas ... 72

Tema V. Penilaian Kepuasan Terhadap Bentuk Tubuh ... 73

Tema VI. Alasan Penilaian Benuk Tubuh ... 74

2. Ideal Diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ... 75

Tema VII. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ideal Diri ... 75

Tema VIII. Pencapaian Ideal Diri ... 76

3. Gambaran Harga Diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ... 77

Tema IX. Indikator Keberhasilan ... 77

Tema X. Respon Emosional ... 78

Tema XI. Respon Kehilangan ... 79

Tema XII. Sumber Pembantukan Harga Diri ... 81

4. Gambaran Peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ... 82

Tema XIII. Peran Dikelurga ... 82

Tema XIV. Tugas Perkembangan ... 82

Tema XV. Stresor ... 83

5. Gambaran Identitas Diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ... 84


(17)

xvii

Tema XVI. Sikap Terhadap Penerimaan ... 84

Tema XVII. Pengakuan Jenis Kelamin ... 86

Tema XIIII. Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup ... 86

Tema XIX. Penilaian Koping ... 87

Hasil Catatan Lapangan ... 88

B. Keterbatasan penelitian ... 90

BAB VII PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... xviii LAMPIRAN


(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stoma usus merupakan lubang buatan pada dinding perut yang langsung berhubungan dengan usus kecil atau usus besar ( Ayaz, 2008). Stoma usus bisa dibuat dari ileum (ileostomi) atau kolon (kolostomi), stoma merupakan anus baru (neoanus), yang dibuat bila anus itu sendiri telah diangkat atau pada saat diinginkan pengalihan aliran feses dari usus sebelah distal, seperti pada

keadaan bedah darurat kolon sisi kiri untuk „mengistirahatkan’ usus bagian distal

atau melindungi suatu anastomosis (Britto dan Dalrymple, 2005). Kolostomi ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka (asendens), tempat mengeluarkan feses ( Pearce, 2009). Kolostomi dapat dibuat sementara ataupun permanen.

Kolostomi dibuat agar klien dapat bertahan hidup lebih lama dan untuk membantu mereka kembali kehidup yang lebih sehat dan produktif serta meningkatkan kualitas hidupnya. Namun, klien dengan kolostomi menghadapi beberapa masalah, baik fisik dan psikologis, misalnya kebocoran yang disebabkan oleh kegagalan menempelnya perekat kantung dan kesulitan dalam menjaga kantung . Kecemasan dan merasa malu memiliki kolostomi dapat menyebabkan perubahan pada gaya hidup, termasuk kemampuan untuk mencari pekerjaan, keinginan untuk melakukan perjalanan, dan penilaian terhadap citra dirinya. Cara klien dalam memandang perubahan dalam tubuh mereka dapat


(19)

2

mempengaruhi perilaku mereka terhadap keluarga dan teman-teman, dan berpengaruh terhadap masalah hubungan seks (Nugent et al, 1999). Masalah tersebut sangat berpontensi untuk mempengaruhi konsep diri klien terhadap kondisi yang dialaminya.

Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya didukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal (Salbiah, 2003). Meskipun konsep diri tidak langsung ada, begitu individu dilahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu konsep diri akan terbentuk karena pengaruh lingkungannya. Selain itu konsep diri juga akan dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stresor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu. Gambar penilaian tentang konsep diri dapat diketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri terdiri dari beberapa bagian, yaitu: citra tubuh (body image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas (Salbiah, 2003).


(20)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mihalopoulos et al.(1994) dalam Potter & Perry, (2005), menyatakan bahwa klien dengan kolostomi sering mempersepsikan kolostomi sebagai suatu bentuk pemotongan/perusakan. Walaupun pakaian menutupi ostomi, klien merasa berbeda. Faktor penting dalam reaksi klien adalah karakter sekresi feses dan kemampuan untuk mengontrolnya. Bau busuk, tumpahan atau kebocoran feses yang encer, dan ketidakmampuan mengatur defekasi membuat klien kehilangan harga dirinya.

Sebuah kolostomi dapat menimbulkan perubahan citra tubuh yang serius, terutama jika kolostomi tersebut bersifat permanen. Sebuah penelitian yang dilaporkan oleh Walsh et al. (1995) dalam potter& perry, (2005) mengukur persepsi citra tubuh klien yang menjalani kolostomi. Klien yang memiliki riwayat penyakit usus kronik dalam jangka waktu lama, seperti penyakit Crohn atau colitis ulseratif telah meningkatkan kualitas hidupnya, tetapi memiliki citra tubuh yang lebih rendah. Sebaliknya, klien yang membutuhkan kolostomi akibat kanker memiliki citra tubuh yang lebih tinggi, tetapi kualitas hidupnya berkurang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia di dapatkan informasi bahwa jumlah klien yang menggunakan kolostomi sebanyak 413 orang dengan berbagai indikasi pembuatan kolostomi diantaranya kanker kolon, atresia ani, divertikulum, obstruksi usus, hirschsprung dan kanker rektal. Setelah dilakukan wawancara secara singkat kepada beberapa klien dengan kolostomi sebagian dari mereka menyataka bahwa mereka mengalami berbagai perubahan dalam menjalani hidupnya sejak adanya kolostomi pada dirinya,


(21)

4

mereka menyatakan bahwa saat awal adanya kolostomi pada tubuh mereka, mereka merasa tidak percaya dan tidak menerima adanya lubang kolostomi pada dirinya, mereka merasa malu dan tidak terbiasa dengan adanya kolostomi pada dirinya. Pernyataan diatas senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ayaz, 2008) yang menyatakan bahwa, adanya stoma dapat menyebabkan banyak perubahan dalam emosi dan gaya hidup. Di antara perubahannya yaitu, perubahan psikologis seperti perubahan dalam tubuh, kecemasan (takut diketahui), penurunan harga diri, dan tidak menyukai diri sendiri terhadap yang terjadi padanya.

Klien dengan kolostomi sering mengalami perubahan citra tubuh dan konsep diri. Dukungan psikologis dan penyuluhan adalah aspek penting dalam mengatasi masalah ini ( Jhonson et al, 2005). Citra tubuh menunjukan gambaran diri sendiri yang dimiliki setiap orang. Penyakit dan cedera serius dapat merusak konsep diri tersebut. Mengadaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh penyakit dapat mempengaruhi perasaan seseorang mengenai identitasnya. Kecacatan mayor bisa dianggap sebagai keterbatasan yang harus dihadapi.

Namun sebaliknya bisa juga menyebabkan perasaan “tidak berdaya” (Salbiah,

2003)

Ancaman terhadap citra tubuh dan juga harga diri, sering desertai perasaan malu, ketidakadekuatan dan rasa bersalah. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, orang kadang harus menyesuaikan dengan berbagai situasi yang mengancam harga diri mereka. Pelanggaran kesopanan dan invasi terhadap privasi menyebabkan ansietas dan rasa malu. Ancaman yang hebat terhadap citra


(22)

tubuh dapat diakibatkan mulai dari perubahan drastis seperti kolostomi atau ileostomi, amputasi, masektomi atau prosedur bedah semacamnya (Brunner dan Suddarth, 2002)

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarik diri.

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya. Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu atau keluarga lebih mudah beradaptasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan untuk memberikan dukungan finansial, oleh karenanya juga mempengaruhi nilai diri dan peran di dalam keluarga. Perubahan ini dapat menggangggu konsep diri.

Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain dan lingkungannya. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya dan lingkungannya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan


(23)

6

konflik. Akibatnya anggota keluarga dan lingkungannya akan merubah interaksi mereka dengan klien.

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan adanya kolostomi pada seseorang dapat mempengaruhi persepsi tentang konsep dirinya, dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan menunjukan bahwa klien dengan kolostomi mengalami beberapa perubahan konsep diri diantaranya yaitu perubahan citra tubuh dan harga diri, dalam hal ini peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang gambaran konsep diri yang terdiri dari lima komponen. Dalam penelitian ini peneliti ingei mengetahui mengenai gambaran konsep diri pada klien dengan kolostomi di yayasan kanker indonesia.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya hanya didapatkan gambaran tentang citra diri dan harga diri dari klien dengan kolostomi, sedangkan komponen konsep diri mencakup dari lima komponen yang saling berhubungan dan menjadi satu kesatuan yang terdiri dari dari citra diri, harga diri, peran diri , ideal diri dan identitas diri. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara menyeluruh tentang lima komponen dari konsep diri.


(24)

C. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka pertanyaan penelitianya adalah bagaimana gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen.

D. Tujuan dan manfaat penelitian A. Tujuan

1. Tujuan Umum:

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat.

2. Tujuan Khusus:

a) Mengidentifikasi gambaran karakteristik citra diri (Body Image) klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat.

b) Mengidentifikasi gambaran karakteristik ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat.

c) Mengidentifikasi gambaran karakteristik harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat.


(25)

8

d) Mengidentifikasi gambaran karakteristik peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat.

e) Mengidentifikasi gambaran karakteristik identitas personal pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat.

B. Manfaat Penelitian

1. Bagi klien :

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai konsep diri yang dimiliki oleh klien dengan kolostomi di Yayasan Kanker Indonesia untuk membentuk konsep diri individu yang baik.

2. Bagi institusi Yayasan Kanker Indonesia :

Hasil penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan gambaran konsep diri pada klien dengan kolostomi dimana institusi berada, sehingga dapat menjadi fasilitator untuk membantu klien membentuk konsep diri yang baik.

3. Bagi Profesi Keperawatan :

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pengetahuan tentang gambaran konsep diri, dimana ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat yang berhubungan dengan konsep diri


(26)

4. Bagi peneliti :

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana gambaran konsep diri yang ada pada klien dengan kolostomi, dan sebagai tambahan untuk penelitian selanjutnya.

5. Bagi penelitian akan datang :

Hasil penilitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya, dan dapat memperluas wawasan peneliti selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep diri pada klien dengan kolostomi di Yayasan Kanker Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui pengalaman seseoarang yang menjadi informan melalui wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini adalah klien dengan kolostomi di yayasan kanker Indonesia.


(27)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kolostomi

1. Definisi Kolostomi

Kolostomi ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka (asendens), tempat mengeluarkan feses. Kolostomi dapat sementara jika kemudian ditutup lagi, atau permanen dan bekerja sebagai anus tiruan sesudah eksisi rectum ( Pearce, 2009) 2. Lokasi dan Tipe Kolostomi

a. Lokasi pembuatan kolostomi

Kolostomi asendens mengosongkan usus dari kolon asendens. Kolostomi transversal mengosongkan usus dari kolon transversal. Kolostomi desendens mengosongkan usus dari kolon desendens. Lokasi ostomi mempengaruhi karakter dan penatalaksanaan drainase feses.

1. Ileostomi menghasilkan drainase feses yang cair dan tidak dapat diatur. Klien ileostomi harus melaksanakan beberapa tindakan kewaspadaan khusus guna mencegah kerusakan kulit karena drainase ileostomi mengandung enzim-enzim pencernaan, yang dapat merusak kulit. Bau minimal karena feses hanya mengandung sedikit bakteri.

2. Kolostomi asendens serupa dengan ileostomi yauitu drainase feses cair dan tidak dapat diatur, dan terdapat enzim-enzim pencernaan.


(28)

Akan tetapi, bau merupakan masalah yang memerlukan pengontrolan (misal., deodoran di dalam kantung ostomi).

3. Kolostomi transversal menghasilkan bau yang tajam, dengan drainase agak kental karena beberapa cairan telah diapsorbsi kembali. Biasanya tidak terdapat kontrol.

4. Kolostomi desendens menghasilkan drainase feses yang lebih padat. Feses memiliki konsistensi normal atau konsistensinya telah terbentuk, dan frekuensi rabas dapat diatur. Bau biasanya dapat dikontrol.

( Kozier & Erb, 2009) b. Tipe stoma

Terdapat 4 tipe utama konstruksi stoma: tunggal (single), lengkung (loop), tabung ganda (double-barreled) dan kolostomi pemisah (devided colostomy).

1. Kolostomi (ujung) tunggal hanya memiliki sebuah stoma yang muncul dari ujung bagian proksimal usus.

2. Kolostomi lengkung, sebuah lengkung usus dibawa keluar dari abdomen, disangga dengan batang plastic apabila dibuat dua lubang, lubang proksimal (atau ujung yang berfungsi) mengeluarkan materi feses dan lubang distal atau ujung yang tidak berfungsi hanya mengeluarkan mucus.

3. Kolostomi tabung ganda, dibentuk dua stoma yang terpisah, satu stoma berada di proksimal dan berfungsi sedangkan stoma yang lain berada di distal dan tidak berfungsi.


(29)

12

4. Kolostomi pemisahan memiliki dua stoma, dipisahkan diatas dinding abdomen.

( Kozier & Erb, 2009) 3. Indikasi Kolostomi a. Divertikulum

Penyakit divertikulum adalah suatu kondisi penonjolan dan pelebran dari dinding saluran gastrointestinal. Divertikulosis adalah terbentuknya kantung atau pelebaran keluar dari dinding usus besar terutama pada bagian kolon sigmoid. Penyakit divertikulum dapat terjadi pada sepanjang saluran gastrointestinal, bisa didapat atau bisa

bersifat congenital, seperti Meckel’s Divertikulum. Penyakit

divertikulum merupakan herniasi dari mukosa dan submukosa atau seluruh dinding (Rabinowitz, 2008 dalam Muttaqin dan Sari, 2011)

Menurut Sjamsuhidayat (2005) reseksi bagian kolon yang mengalami divertikulum dapat dikerjakan secara selektif. Reseksi kolon sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartmann dengan kolostomi sementara untuk menghindari resiko tinggi gangguan penyembuhan luka anastomosis yang dibua primer pada lingkungan radang.

b. Hirschsprung

Penyakit hirschsprung adalah suatu gangguan perkembangan dari system saraf enteric dengan karakteristik tidak adanya sel-sel ganglion (tidak adanya pleksus mienterik) pada bagian distal kolon dan kolon tidak dapat mengembang dengan memberikan manifestasi perubahan


(30)

struktur dari kolon (Lee, 2008 dalam Muttaqin dan Sari, 2011) pada kondisi klinik penyakit hirschsprung lebih dikenal dengan megakolon congenital.

Penatalaksanaan medis pembedahan operasi bervariasi tergantung pada usia pasien, status mental, kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, panjang segmen aganglionik, derajat dilatasi kolon dan kehadiran enterokolitis. Pilihan bedah kolostomi termasuk pada tingkat usus normal, irigasi rectal diikuti oleh reseksi usus dan prosedur kolostomi (Dasgupta, 2004 dalam Muttaqin dan Sari 2011) c. Obstruksi usus besar

Obstruksi usus besar adalah suatu kondisi penyumbatan patologis akbat adanya kelainan mekanik atau non mekanik pada usus besar. Ostruksi usus besar mekanik dapat disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomi, seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obtipasi. Kelainan non mekanik biasanya dihubungkan dengan kondisi pseudo-obstruksi (McCowan, 2009 dalam Muttaqin dan Sari, 2011). Intervesi bedah dengan reseksi kolon dan kolostomi untuk kecepatan pemulihan, serta mengurangi morbiditas.

d. Kanker kolon

Kanker kolon adalah suatu keganasan yang terjadi di usus besar. Secara genetic, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks. Perubahan genetic sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi premalignant(adenoma) untuk adenokarsinoma invasive. Rangkaian


(31)

14

peristiwa molekuler dan genetic yang menyebabkan transformasi dari keganasan polip adenomatosa.

Pembedahan adalah satu-satunya modalitas kuratif untuk kanker kolon (tahap I-III) dan berpotensi memberikan satu-satunya pilihan bagi pasien dengan metastasis di hati dan atau paru-paru (penyakit stadium IV). Untuk lesi di sekum dan kolon kanan, diindikasikan untuk hemikolektomi kanan; untuk lesi di proksimal kolon transverses atau tengah, dilakukan hemikolektomi kanan; untuk lesi di lienalis fleksura dan kolon sebelah kiri, dilakukan hemikolektomi kiri. Pada setiap lesi pada kolon sigmoid, maka akan dilakukan intervensi sigmoid kolektomi yang sesuai dengan kondisi klinis.

e. Atresia ani

Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Wong,2003 dalam Maryunani dan Nurhayati, 2009) sedangkan menurut (Purwanto,2001) Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membrane yang memisahkan bagian endoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung kedalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum.

Jadi dapat disimpulkan bahwa atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi pada waktu kehamilan. Penatalaksanaan pembedahan pada bayi


(32)

lahir bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan kelainan.tindakan kolostomi neonatus dimana tindakan ini harus dilakukan.

4. Komplikasi Kolostomi

Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma (biasanya akibat obesitas), perforasi (akibat ketidaktepatan irigasi stoma), retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomosis usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda syok (Brunner & Suddart, 2002)

B. Konsep Diri

1. Definisi Konsep Diri

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart, 2007).

Sedangkan menurut (Suliswati dkk, 2002) konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenalidan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi


(33)

16

individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain.

2. Teori Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamannya dengan tubuhnya sendiri. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi dan meniru perilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan dorongan yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau pengharapan yang pantas.

Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaan sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman.

Karakter individu dengan konsep diri yang positif:

1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman dan gampang bersahabat.

2. Mampu berfikir dan membuat keputusan. 3. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan.


(34)

Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stresor, dengan adanya stresor akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri. Dalam usaha mengatasi ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) ataupun koping yang bersifat merusak (destruktif). Koping yang konstruktif akan menghasilkan respon yang adaptif yaitu aktualisasi diri dan konsep diri yang positif.

Aktualisasi diri merupakan respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya. Konsep diri yang positif adalah individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya sevara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistik. Apabila individu menggunakan koping destruktif ia akan mengalami kecemasan, sehingga menimbulkan rasa yang bermusuhan yang dilanjutkan dengan individu menilai dirinya rendah, tidak berguna, tidak berdaya, tidak berarti, takut dan mengakibatkan perasaan bersalah. Rasa bersalah ini akan mengakibatkan kecemasan yang meningkat, proses ini berlangsung terus yang dapat menimbulkan respon yang maladaptif berupa kekacauan identitas, harga diri yang rendah dan depersonalisasi (Suliswati dkk, 2002).


(35)

18

3. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri a. Faktor Predisposisi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.

3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur social.

b. Stresor Pencetus

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal, yaitu :

1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.

2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap


(36)

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri. b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh:

1) Kehilangan bagian tubuh

2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh 3) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang

normal

4) Prosedur medis dan keperawatan

(Stuart, 2007).

4. Komponen Konsep Diri

Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran (self role), dan identitas diri (self identity).

a. Citra tubuh

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan


(37)

20

lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada individu yang tidak menyukai tubuhnya.

Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan (suliswati dkk, 2005)

Banyak Faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa :

1. Operasi.

Seperti: mastektomi, amputsi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain –lain.

2. Kegagalan fungsi tubuh.

Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tidak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.

3. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh

Seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.


(38)

Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan. 5. Perubahan tubuh berkaitan

Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.

6. Umpan balik interpersonal yang negatif

Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

7. Standard sosial budaya.

Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.

Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti :

a) Syok Psikologis.

Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh


(39)

22

membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.

b) Menarik diri.

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

c) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :

1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.

2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.

3) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri. 4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.


(40)

5) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.

6) Mengungkapkan keputusasaan. 7) Mengungkapkan ketakutan ditolak. 8) Depersonalisasi.

9) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh. (Salbiah, 2003)

b. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.

Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan dan akan membentuk dasar dari ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua akan dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran dan tanggung jawab.

Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas.


(41)

24

Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri 1. Menetapkan ideal diri sebatas kemampuan

2. Faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain 3. Hasrat melebihi orang lain

4. Hasrat untuk berhasil

5. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistikhasrat menghindari kegagalan

6. Adanya perasaan cemas dan rendah diri (suliswati dkk, 2005)

c. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan.


(42)

Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri anak diberi kesempatan untuk sukses, beri

penguatan atau pujian bila anak sukses, tanamkan “ideal” atau harapan

jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-cita dan bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal yang menggangu persepsinya.

Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi peran dan memutuskan apakah ia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial.

Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih mampu menerima keberadaan dirinya. Hal ini didapatkan dari pengalaman menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara maksimal kelebihan dirinya. Pada masa dewasa akhir timbul masalah arga diri karena adanya tantangan baru sehubungan dengan pensiun, ketidakmampuan fisik, berpisah dari anak, kehilangan pasangan. ( suliswati dkk, 2005)


(43)

26

d. Peran

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Setiap orang disibukan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.( suliswati dkk, 2005)

Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran:

1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.

2. Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap perannya.

3. Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembannya. 4. Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku. 5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang

tidak sesuai. e. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas diri merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu


(44)

kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut atau jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan dan penguasaan diri.

Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.

Ciri individu dengan identitas diri yang positif:

1. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain

2. Mengakui jenis kelamin sendiri

3. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan

4. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat

5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang

6. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/direalisasikan.


(45)

28

5. Ciri-ciri individu yang memiliki keperibadian sehat a. Citra diri positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan diri sendiri dan perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh

b. Ideal diri realistis

Individu yang memiliki idial diri realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.

c. Harga diri tinggi

Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat.

d. Penampilan peran memuaskan

Individu dengan penampilan peran memuaskan akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan memdapat kepuasan. Ia dapat memercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.

e. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.

6. Pengaruh perawat pada konsep diri klien

Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami perubahan dan yang harus


(46)

beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien maupun keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati respon dan reaksi mereka terhadap situasi yang baru. Perawat mempunyai mempunyai dampak yang sangat signifikan dalam hal ini. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka: a. Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit. b. Bagaimana perawat bereaksi terhadap stress

c. Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal tersebut ditunjukan

d. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukan dan mempengaruhi klien

e. Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien.

Perawat harus mengkaji diri mereka sendiri secara jujur sebelum mereka dapat mulai memahami bagaimana mereka mempengaruhi klien mereka baik dengan kata-kata atau tindakan. Perawat juga mempunyai dampak signifikan pada citra tubuh. Klien yang harus berpartisipasi terhadap perubahan citra tubuh yang disebabkan oleh penyakit atau pembedahan memerlukan dukungan, demikian juga halnya keluarga klien. Misalnya, jika perawat merasa bahwa ostomi sangat mengakibatkan buruknya penampilan, maka mereka tidak boleh


(47)

30

mengekspresikan pendapat tersebut pada klien baik secara verbal maupun nonverbal.

C. Dewasa Muda

1. Perkembangan Dewasa Muda

Papalia,olds dan Feldman (2001) mengungkapkan bahwa kelompok dewasa muda (young adulthood) berkisar antara usia 20-40 tahun. Kelompok ini merupakan kelompok yang biasanya telah mencapai kematangan secara fisik sehingga terkesan sangat berbeda dengan tahap remaja sebelumnya (Dariyo Agoes, 2004)

2. Karakteristik Perkembangan Dewasa Muda

Tugas-tugas perkembangan pada dewasa muda dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga Negara dan bergabung dalam suatu kelompok social yang cocok (Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007). Hurlock (1993) menambahkan bahwa tingkat penguasaan tugas-tugas ini pada awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak keberhasilan pada usia setengah baya, baik itu dalam bidang pekerjaan, pengakuan social ataupun kehidupan keluarga. Penguasaan ini juga dapat menentukan kebahagian yang akan didapatkan sampai dengan tahun-tahun akhir kehidupan seseorang.


(48)

Keberhasilan dalam menguasai tugas-tugas tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor-faktor tersebut yaitu:

a. Kemampuan fisik

Puncak kemampuan fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan dua puluhan dan terjadi penurunan pada awal empat puluhan. Karena itu pada periode ini, seseorang secara fisik dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang sulit.

b. Kemampuan motorik

Dikarenakan puncak kemampuan fisik yang terjadi pada usia dewasa muda, maka seseorang yang berada pada usia ini, dapat mempelajari keterampilan-keterampilan motorik yang baru dan juga seseorang yang berada pada usia ini dapat mengandalkan kemampuan motorik mereka pada situasi tertentu.

c. Kemampuan Mental

Kemampuan mental pada masa dewasa muda diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru, seperti misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berpikir kreatif

d. Motivasi

Seseorang yang telah mencapai usia dewasa muda akan memiliki keinginan yang kuat untuk dianggap mandiri oleh kelompok social meraka. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi seseorang yang berada pada tahapan ini untuk menguasai


(49)

tugas-32

tugas perkembangan yang diperlukan agar dapat dianggap sebagai orang yang mandiri.

e. Role model

Pada usia dewasa muda, seseorang mendapatkan motivasi untuk dapat berprilaku sesuai yang dianut oleh masyarakat. Oleh sebab itu, seseorang yang berada pada usia ini, mencontoh perilaku yang dilakukan oleh orang dewasa, dimana mereka berperilaku sesuai yang dianut oleh masyarakat

3. Perkembangan konsep diri dewasa muda

Meski pertumbuhan fisik telah berhenti, perubahan kognitif, social, dan prilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih ; adalah periode untuk menetapkan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan, dan mulai melakukan hubungan erat. Konsep diri dan citra tubuh menjadi relative stabil dalam masa ini.

Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi social, dan penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar social. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri. (Potter & Perry, 2005)


(50)

D. Kerangka Teori

2.1 Kerangka Teori

FACTOR PREDISPOSISI

Mempengaruhi harga diri mempengaruhi performa peran mempengaruhi identitas diri

STRESSOR PENCETUS ( Kolostomi)

Trauma biologis ketegangan peran

1. Transisi peran situasi

2. Transisi peran perkembangan: Tugas perkembangan dewasa muda: 1) Mendapatkan suatu pekerjaan 2) Memilih seorang teman hidup 3) belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga

4) Membesarkan anak-anak

5) Mengelola sebuah rumah tangga 6) Menerima tanggung jawab sebagai warga Negara

7) Bergabung dalam suatu kelompok social yang cocok

3. Transisi peran sehat sakit: 1. Kehilangan bagian tubuh

2. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh

3. Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal


(51)

34

PENILAIAN TERHADAP STRESSOR

SUMBER KOPING Kekuatan Ego

MEKANISME KOPING

Jangka Pendek Jangka Panjang Orientasi Ego

Konstruktif Destruktif

Respon Adaptif Respon Maladaptif

2.1 Stuart stress adaptation model as related to self-concept respons Konsep diri:

1. Citra diri 2. Harga diri 3. Peran 4. Ideal diri 5. Identitas diri


(52)

35

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu : citra diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas (Stuart, 2007).

Bagan 3.1 kerangka konsep

Konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi :

- Citra diri

- Harga diri

- Peran

- Ideal diri


(53)

36

No Nama Variabel Definisi Istilah Metode Alat Ukur Sumber

Partisipan

Hasil ukur Validasi

1. Citra Tubuh Persepsi klien dengan kolostomi tentang keadaan fisiknya baik bantuk tubuh, fungsi tubuh dan penampilan sehari-hari serta gambaran tubuh yang disukai dan tidak disukai setelah memiliki kolostomi

- Wawancara mendalam - Observasi -Pedoman wawancara -Catatan lapangan - Partisipan utama - Partisipan pendukung - Persepsi klien tentang keadaan tubuhnya setelah adanya kolostomi Triangulasi sumber Triangulasi teknik

2. Ideal Diri Persepsi klien yang memiliki kolostomi terhadap diri sendiri secara

- Wawancara mendalam -Pedoman wawancar - Partisipan utama - Harapan klien terhadap Triangulasi sumber Triangulasi B. Bagan 3.2 Definisi


(54)

keseluruhan yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan hidup, nilai-nilai sesuai harapan hidupnya di masyarakat.

- Observasi -Catatan lapangan - Partisipan pendukung dirinya setelah adanya kolostomi teknik

3. Harga Diri Tanggapan dan penilaian klien yang memiliki kolostomi terhadap perilaku dirinya yaitu apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh diri sendiri dan orang lain.

- Wawancara mendalam - Observasi -Pedoman wawancar -Catatan lapangan - Partisipan utama - Partisipan pendukung - Penilaian klien terhadap keberha-silan hidupnya Triangulasi sumber Triangulasi teknik


(55)

38

4. Peran Persepsi klien yang memiliki kolostomi tentang posisi dan peran

dikeluarga dan

dimasyarakat. - Wawancara mendalam - Observasi -Pedoman wawancar -Catatan lapangan - Partisipan utama - Partisipan pendukung -Persepsi klien tentang posisi dan tugasnya d keluarga dan masyarakat Triangulasi sumber Triangulasi teknik

5. Identitas Diri Kesadaran klien yang memiliki kolostomi akan sifat dan keunikan dirinya sendiri yang berbeda dengan orang lain.

- Wawancara mendalam - Observasi -Pedoman wawancar -Catatan lapangan - Partisipan utama - Partisipan pendukung -Penilaian klien terhadap keberhasilan yang diharapkan dengan yang didapatnya Triangulasi sumber Triangulasi teknik


(56)

(57)

39

BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu penelitian yang dapat bersifat deskriptif yang mempelajari fenomena tentang respons keberadaan manusia bertujuan untuk menjelaskan pengalaman seseorang dalam kehidupannya termasuk didalamnya interaksi sosial yang dilakukannya. Penelitian kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan kokoh dan membuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Penelitian kualitatif ini dapat memahami alur peristiwa secara kronologis,menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang setempat, memperoleh penjelasan yang kaya dan bermanfaat karena penelitian kualitatif isinya adalah narasi kata-kata.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekannkan generalisasi, tetapi lebih menekannkan pada makna (Sugiyono, 2010). Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan konsep diri.


(58)

B. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti ( Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien dewasa muda dengan kolostomi yang berada di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat yang berjumlah 29 orang.

C. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang dipilih dengan menggunakan teknik jenis Purposive Sampling yaitu sampel yang dipilih melalui penetapan kriteria tertentu oleh peneliti (Tashakkari and Teddlie, 2002 dalam Swarjana, 2012) penelitian ini menggunakan pendekatan sampling Homogen, teknik ini dilakukan dengan cara peneliti memilih orang atau klien karena memiliki sifat atau karakteristik yang serupa. Dalam pengambilan sampel homogen peneliti sengaja mengambil sampel individu atau situs berdasarkan keanggotaan dalam sebuah sub-kelompok yang memiliki karakteristik tertentu. Pemilihan sempel dalam penelitian ini diambil berdasarkan atas prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Penentuan unit partisipan dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada redundancy (data telah jenuh jika ditambah partisipan lagi tidak memberikan informasi yang baru ) artinya bahwa dengan menggunakan partisipan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, (1988) dalam


(59)

41

Sugiyono, 2010). Mengacu pada perinsip tersebut, maka sumber partisipan atau partisipan dalam penelitian ini adalah:

1. Partisipan kunci

Partisipan kunci ini terdiri dari klien dengan kolostomi yang berada di Yayasan kanker Indonesia, klien berjumlah dua orang dengan criteria:

a. Klien dengan kolostomi yang berada di Yayasan Kanker Indonesia.

b. Klien dewasa muda berusia 20-40 tahun.

c. Klien yang telah memiliki kolostomi lebih dari enam bulan d. Klien dengan kolostomi permanen

e. Klien yang data-datanya lengkap berada di yayasan f. Dapat berkomunikasi dengan baik

g. Klien berada di daerah yang memungkinkan ditempuh oleh peneliti

2. Partisipan pendukung

Informan ini terdiri dari dua orang yang diambil satu orang dari tiap-tiap partisipan kunci. Partisipan merupakan anggota keluarga atau orang terdekat dari klien yang mengetahui perkembangan klien sebelum dan sesudah memiliki kolostomi.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Kanker Indonesia yang memiliki perkumpulan klien dengan kolostomi, klien dengan kolostomi di


(60)

yayasan ini berjumlah 413 orang dengan klien dewasa muda berjumlah 29 orang, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012.

E. Instrument Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, bagaimana cara mendapatkan hasil yang baik tergantung peneliti dalam mengelola atau memperdalam suatu data. Instrumen tambahan dari penelitian ini adalah pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan alat untuk mencatat dan alat perekam (tape recorder/handphone)

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2012. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu alat perekam. Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah open-ended interview. Cara ini dipilih karena open ended interview memberikan kesempatan pada partisipan untuk menjelaskan sepenuhnya pengalaman mereka tentang fenomena yang sedang diteliti. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan dengan tatap muka.

2. Tahap pengumpulan data

a. Tahap persiapan pengumpulan data

Setelah memperoleh izin dari Yayasan Kanker Indonesia(YKI) untuk melakukan penelitian disana, peneliti mulai melakukan kegiatan persiapan pengumpulan data. Peneliti mendapatkan


(61)

43

informasi dari YKI berupa catatan berbentuk buku yang berisikan tentang data-data anggota yang memiliki kolostomi, lalu peneliti memulai untuk memilih dan menentukan partisipan yang memungkin untuk dijadikan sampel. Selanjutnya, peneliti menghubungi partisipan melalui telepon untuk melakukan pendekatan dan informed consent secara lisan pada partisipan untuk dapat berpatisipasi dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Setelah partisipan memberikan persetujuannya secara lisan, kemudian peneliti dengan partisipan menentukan waktu dan tempat yang disepakati untuk melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara, peneliti melakukan ujicoba pedoman wawancara pada partisipan yang berbeda dengan calon partisipan pada penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah pedoman wawancara yang telah dibuat sesuai atau tidak dengan kemampuan menjawab dari partisipan yang berhubungan dengan tujuan informasi yang ingin digali oleh peneliti. Pada uji coba peneliti membiasakan diri untuk menulis catatan lapangan dan mengajukan pertanyaan yang telah disusun dalam pedoman wawancara.

b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Pertama peneliti mempersiapkan tempat akan dilakukan wawancara sesuai dengan kontrak sebelumnya dengan partisipan/keluarga informan, semua proses wawancara dilakukan di rumah partisipan dengan waktu yang telah disepakati.


(62)

Selanjutnya mempersiapkan alat perekam dengan cara meletakkan diantara peneliti dan informan. Selain itu peneliti mempersiapkan buku catatan lapangan dengan terlebih dahulu meminta ijin kepada partisipan.

Proses wawancara berlangsung selama 30-45 menit dimulai dengan mengajukan pertanyaan ringan seputar partisipan dan kehidupan sehari-harinya untuk membangun rasa saling percaya dan menyediakan waktu untuk informan dan peneliti untuk bersikap santai dan tidak tegang selama proses wawancara berlangsung. Pada tahap ini tombol perekam dinyalakan. Setelah itu pertanyan dikembangkan ke pedoman wawancara yang telah disiapakan. Urutan pertanyaan diajukan sesuai dengan jawaban partisipan dan masih berkaitan dengan tujuan penelitian. Setiap ada informasi yang kurang jelas pada saat proses wawancara berlangsung, peneliti melakukan klarifikasi. Selama proses wawancara berlangsung, peneliti membuat catatan lapangan yang berupa hal-hal penting atau kata-kata kunci dan gambaran ekspresi non-verbal partisipan serta hal-hal lain yang dianggap penting untuk memperkaya data penelitian.

3. Tahap penutupan

Diakhir proses wawancara, peneliti membuat kesepakatan dengan partisipan untuk datang kembali jika ada data yang belum didapat atau mngulang data jika ada yang hilang. Selain itu, peneliti melakukan terminasi dengan mengucapkan terima kasih


(63)

45

kepada partisipan atas partisipasi dan kesediaannya. Peneliti juga menjelaskan jika informan ingin mengetahui hasil penelitian, maka peneliti akan datang kembali dan menginformasikan hasil akhir penelitian.

G. Validasi Data

Untuk menjaga validasi data, maka peneliti menggunakan metode validitas internal dengan melakukan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi meliputi (Sugiyono, 2011):

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data dari sumber yang berupa informan berbeda-beda. Data yang telah dianalisis akan menghasilkan suatu kesimpulan yang akurat.

2. Triagulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner. Bila dengan menggunakan teknik tersebut mendapatkan hasil yang berbeda-beda, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data untuk


(64)

memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semua benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, sehingga informan belum mempunyai banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kreadibel. Pengujian kreadibilitas data dlakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan kepastian data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validasi data berupa triangulasi sumber dan teknik.

H. Teknik Analisa Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen. Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam saryono dan mekar 2010, meliputi:

1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena yang telah dikumpulkan.


(65)

47

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan mengenai data yang dianggap penting kemudian dilakukan pengkodean data.

3. Membaca semua gambaran semua partisipan secara berulang-ulang.

4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan mengelompokkan kata kunci.

5. Mengatur kumpulan membentuk pegertian dari kelompok tema dengan membuat kategori-kategori.

6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema.

7. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif

8. Peneliti mengulang validasi data ke partisipan atas gambaran yang diberikan untuk mengklarifikasi data hasil penelitian 9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga


(66)

Tabel 4.1 Teknik analisa data

Sumber: Colaizzi ,1978 dalam Saryono & Mekar, 2010

I. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Menggabungkan data yang baru diperoleh saat dilakukan validasi Memiliki gambaran yang jelas

tentang fenomena yang diteliti

Mencatat data yang diperoleh (hasil wawancara)

Kembali ke responden untuk klarifikasi data hasil penelitian Membaca transkrip secara

berulang-ulang

Mengintegrasikan hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif Mengelompokkan kata kunci

Merumuskan tema Membuat kategori-kategori


(67)

49

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Subjek penelitian harus menandatangani lembar persetujuan ketika bersedia menjadi responden. Peneliti harus menghormatinya, jika responden menolak.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang membserikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).


(68)

50

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 2 partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam, ditemukan tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut.

A. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. YKI memiliki cabang di seluruh Indonesia., penelitian ini dilakukan di cabang Jakarta pusat. YKI menjalankan berbagai program penanggulangan kanker dengan memprioritaskan pelaksanaan program pada 10 kanker utama berikut:

 Kanker Leher Rahim  Kanker Payudara  Kanker Hati  Kanker Paru  Kanker Kulit  Kanker Nasofaring  Kanker Kolorektal


(69)

51

 Leukemia  Trofoblas Ganas  Limfoma Malignum.

Salah satu pelayanan suportif yang berada di YKI adalah Indonesian Ostomy Association (InOA) adalah suatu wadah bagi para penyandang stoma (ostomate). Kegiatan InOA antara lain mendistribusikan kantong stoma bantuan dari luar negeri dan memberi pelayanan luka dan stoma. Penelitian dilakukan kepada anggota InOA yang memenuhi karakteristik yang diinginkan peneliti.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Partisipan

Dalam penelitian ini partisipan dibagi menjadi dua yaitu partisipan kunci dan partisipan pendukung. Partisipan utama adalah klien dewasa muda dengan kolostomi permanen yang terdaftar sebagai anggota InOA di YKI cabang Jakarta Pusat. Karakteristik dari partisipan utama yang diperoleh antara lain klien berusia 20-40 tahun dan memiliki kolostomi permanen. sedangkan partisipan pendukung adalah salah satu anggota keluarga dari partisipan kunci.

a. Partisipan kunci

Partisipan kunci dalam penelitian ini adalah anggota InOA yang berusia antara 20-40 tahun dan memiliki kolostomi permanen yang berada YKI Jakarta Pusat.


(70)

Tabel 5.1

Karakteristik Partisipan Utama

No Variabel Partisipan

1 2

1. Nama Tn. S Tn. E

2. Umur (thn) 39 34

3. Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki

4. Agama Islam Islam

5. Status perkawinan Kawin Belum kawin

6. Pendidikan terakhir S1 D3

7. Pekerjaan Karyawan Karyawan

8. Pendapatan Rp 4.000.000 Rp 2.000.000

9. Status dalam keluarga Kepala rumah tangga

Anak

10. Jumlah anggota keluarga 7 orang 4 orang

11. Tahun pembuatan kolostomi 2004 2005

b. Partisipan pendukung

Partisipan pendukung adalah salah satu anggota keluarga dari partisipan kunci yang mengetahui perkembangan keadaan klien sejak sebelum adanya kolostomi hingga setelah ada kolostomi.


(71)

53

Tabel 5.2 Partisipan Pendukung

No Variabel Partisipan

1 2

1. Nama Ny. I Ny. M

2. Umur (thn) 34 59

3. Jenis kelamin Perempuan Perempuan

4. Agama Islam Islam

5. Pekerjaan IRT IRT

6. Hubungan dengan informan Istri Tn. S Ibu Tn. E

2. Analisa Tema

Berdasarkan hasil analisa tema yang telah dilakukan dalam penelitian teridentikfikasi Sembilan belas tema. Proses pemunculan tema-tema tersebut dapat dilihat pada lampiran. Tema-tema-tema tersebut akan diuraikan berdasarkan tujuan penelitian.

a. Gambaran Citra tubuh (Body Image)

Gambaran citra tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen tergambar dalam enam tema, yaitu stresor, adaptasi transisi sehat-sakit, perubahan fungsi eliminasi tubuh, keterbatasan aktivitas, penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh dan alasan penilaian bentuk tubuh. Masing-masing tema tersebut akan diuraikan di bawah ini.


(72)

Tema I: Stresor

Stresor yang dialami oleh partisipan dalam penelitian ini berupa adanya perubahan bentuk tubuh dan penggunaan alat bantu. Partisipan merasakan adanya perubahan bentuk tubuh yang menonjol dibagian perut, merasa tidak normal dan tidak sebagus dahulu seperti ungkapan berikut :

“…jadi ya saya harus pakai kolostomi sekarang ada kantongnya agak nonjol dibagian perut..” (P1)

“Bentuk tubuh saya ya gak normal lagi… yang tadinya bagus sekarang ada tonjolan diperut, otomatis tubuh kita berubahlah gak sebagus tubuh kita yang normal…” (P2)

Penggunaan alat bantu berupa kantong juga merukakan stresor yang dirasakan oleh partisipan seperti ungkapan berikut :

“…ada kantong supaya gak bocor jadi harus hati-hati…”

(P1)

“…ya pakai kantong kemana-mana harus pakai kantong kalo gak ada kantong gak bisa…” (P2)

Tema II : Adaptasi Transisi Sehat-Sakit

Adaptasi transisi sehat-sakit yang dialami oleh partisipan berupa reaksi syok psikologis, kecemasan, ketidaknyamanan dan penerimaan secara bertahap. Seperti ungkapan partisipan yang menyatakan bahwa adnya perasaan syok psikologis saat awal pertama memiliki kolostomi.

“…mau gak mau saat pertama kali pasang kolostomi saja merasa terbebani….Pada saat kita pakai kolostomi nih awal-awalnya pertama sekali saya risih” (P1)


(73)

55

Kecemasan juga dirasakan oleh partisipan karena partisipan merasa resah dan takut terjadi sesuatu pada kantong kolostominya. Seperti ungkapan berikut:

“… misalnya lagi diperjalanan nh perjalanan jauh udah gak tahan nah disitu kita udah gak tahan kita resah banget takut bocor, takut tumpah karena pada saat itu lagi sama temen- temen nah itu udah kacau pikiran sampe sekarang kalo itu, saat kita berpergian aja yang

buat saya khawatir banget…” (P1)

“jadi takut kantongnya penuh mungkin karena banyak gerak jadi takut bocor.” (P2)

Ketidaknyamanan juga dirasakan partisipan karena merasa terganggu karena adanya kolostomi, seperti ungkapan berikut:

“ … terus gimana ya kayaknya ganggu deh orang buat gerak saki ... Cuma agak risih aja kalo udah penuh merasa terganggu…” (P1)

Penerimaan yang dirasakan oleh partisipan terjadi secara bertahap, partisipan menerina adanya perubahan terhadap dirinya, seperti ungkapan berikut :

“…sampe kurang lebih 3 bulan baru merasa rileks , udah merasa gak ada deh kolostomi dibadan udah terbiasa…” (P1)

“…Tapi saya terima aja kalo memang harus berubah kayak begini” (P2)


(74)

Tema III : Perubahan Fungsi Eliminasi Tubuh

Perubahan fungsi eliminasi tubuh pada partisipan terdiri dari perubahan fisiologis dan perubahan anatomis. Perubahan fisiologis yang dirasakan adanya hilang control reflek buang air besar dan buang air kecil seperti ungkapan berikut :

“…Cuma buang air besarnya aja jadi berubah, biasanya bisa ditahan kalo ini kan gak bisa ya udah langsung keluar aja ke kantong kolostomi…” (P1)

“…Hhmm,, ada, biasanya kalo kita ingin buang air kecil gak bisa ditahan lama gak tau kenapa, harus cepet-cepet ketoilet. Biasanya kalo pingin buang air besar sekarang gak perlu ngeden-ngeden karena langsung masuk ke kantong kolostomi..” (P2)

Perubahan bentuk anatomis tubuh juga dirasakan oleh partisipan seperti ungkapan berikut :

“…menurut saya biasanya normal masih punya anus sedangkan sekarang anusnya dipindahkan ke samping jadi kita pakai kolostomi…”(P2)

Tema IV : Keterbatasan Aktivitas

Keterbatasan aktivitas yang dirasakan partisipan berupa adanya perubahan dalam melakukan kebiasaan sehari-hari seperti merasa terbebani ketika melakukan perjalanan jauh dan tidak bisa menjalnakan hobi seperti naik gunung dan bermain futsal, seperti ungkapan berikut:


(1)

Analisa tematik

B. Harga diri

1. Bagaimana bapak/ibu menilai keberhasilan yang di dapat saat ini dengan harapan yang di inginkan ?

Katagori P1 P2 Sub tema Tema

Belum memiliki usaha sendiri

V Pencapaian

kemampuan material

Indicator keberhasilan Belum memiliki

wirausaha

V

Memiliki pekerjaan lebih baik

V V

Belum mendapatkan jodoh

V Pencapaian Tugas perkembangan Menjadi kepala rumah

tangga

V


(2)

2. Bagaimanakah perasaan bapak/ibu setelah memiliki kolostomi, apakah merasa malu dengan adanya kolostomi pada bapak/ibu ketika berinteraksi dengan orang lain?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Dalam hati malu V Harga diri rendah (HDR)

Respon emosional Risih saat interaksi

dengan orng lain

V

Tidak malu V Percaya diri

Biasa saja karena tidak terlihat

V

Awal adanya kolostomi sulit menerima

V V Syok psikologis Respon kehilangan

Sejalannya waktu 2-3 bulan menerima

V Penerimaan secara bertahap Menerina karena

takdir

V

Merasa rileks setelah 3 bulan


(3)

3. Apakah penilaian orang lain mempengaruhi harga diri bapak/ibu?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Tidak memperdulikan, Cuek

V Respon klien

terhadap

Penilaian orang lain

Sumber pembentukan harga diri

Biasa saja V

Keluarga tidak memperlakukan beda

V V Dukungan

keluarga Keluarga mengerti V V


(4)

Analisa tematik

D. Peran

1. Apakah peran bapak/ibu dalam keluarga?

Katagori P1 P2 Sub tema Tema

Kepala rumah tangga V Posisi dalam keluarga

Peran di keluarga

Bapak V

Anak V

Mencari nafkah V Tugas dalam

keluarga

Tugas

perkembangan

Membantu orang tua V

2. Apakah ada hambatan dalam menjalani peran tersebut setelah adanya kolostomi pada bapak/ibu? Coba jelaskan?

Katagori P1 P2 Subtema tema

Sulit mencari nafkah lebih karena keterbatasan kantong

V Keterbatasan

pencapaian materi

Stressor

Harga kantong mahal V Sulit mendapat pekerjaan karena cek kesehatan

V

Sulit mencari pasangan hidup yang menerima keadaan dengan kolostomi

V Stressor tugas perkembangan


(5)

Analisa tematik

E. Identitas Diri

1. Bisakah bapak/ibu ceritakan keunikan yang ada pada diri bapak/ibu yang membuat anda berbeda dengan orang lain?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Merasa biasa saja sama dengan yang lain

V Penerimaan

adaptif

Sikap terhadap penerimaan

Merasa sama dengan orang kebanyakan

V

Mensyukuri apa yang ada sekarang

V

Menerima adanya perubaha fisik

V

Merasa fisik beda karena memiliki kolostomi

V V Penerimaan maladaptif


(6)

2. Apakah bapak/ibu merasa puas terhadap status bapak/ibu sebagai seorang laki-laki atau perempuan?

Katagori P1 P2 Subtema tema

Menerima dilahirkan sebagai laki-laki

V V Penerimaan jenis

kelamin

Pengakuan jenis kelamin

Sebagai laki-laki dewasa belum menikah

V Pencapaian tugas

perkembangan

Penilaian diri terhadap tujuan hidup

Tidak puas V Respon negative

terhadap kepuasan

Penilaian koping Puas tidak puas dengan

kondisi saat ini

V

Semua dalam proses menerima takdir

V Pengontrolan diri

secara spiritual