Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kegiatan konseling terhadap motivasi kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan,
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah kegiatan konseling berpengaruh terhadap
motivasi kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, dengan tujuan agar dapat menghasilkan uraian yang sistematis serta analisa yang objektif
maka diperlukan pembatasan masalah yang menjadi fokus masalah. Berdasarkan hal tersebut, pembatasan masalah yang ditetapkan adalah :
a. Penelitian ini bersifat korelasional. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan mencari hubungan antara kegiatan konseling dengan motivasi kerja karyawan
di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan. b. Penelitian difokuskan pada kegiatan konseling yang berlangsung di
PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan. c. Objek penelitian adalah karyawan PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis
Kemerdekaan No. 39 Medan. d. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober 2008, dengan lama penelitian
yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang akan dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti
dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengukur tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan konseling di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pimpinan PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan dalam meningkatkan
motivasi kerja karyawan. 3. Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan kegiatan konseling
dengan motivasi kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan
dan memperluas wawasan penulis. 3. Secara praktis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
masukan yang bermanfaat dan membangun bagi pihak perusahaan PT. Indosat, Tbk. Medan.
Universitas Sumatera Utara
I.5. Kerangka Teori
Dalam suatu penelitian, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk mendorong pemecahan suatu masalah dengan jelas dan sistematis. Hal ini sangat
berkaitan dengan pengertian teori yakni serangkaian asumsi, defenisi, dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial dengan sistematis melalui
cara perumusan hubungan antar konsep Singarimbun, 1995 : 57. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalah, untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
penelitian akan disoroti Nawawi 1991: 39-40. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian tersebut antara lain adalah :
Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Humas, Konseling dan Motivasi Kerja.
I.5.1. Komunikasi
Komunikasi merupakan pemberitahuan atau pertukaran pikiran, secara garis besarnya dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur
kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator penyebar pesan dan komunikan penerima pesan. Komunikasi
adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua
pihak. Dalam situasi tertentu, komunikasi menggunakan media tertentu untuk mencapai sasaran yang jauh tempatnya dan banyak jumlahnya. Dalam situasi
tertentu pula komunikasi dimaksudkan atau ditujukan untuk merubah sikap, pendapat atau tingkah laku seseorang atau sejumlah orang, sehingga ada efek
tertentu yang diharapakan.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Komunikasi sangat diperlukan dalam rangka menjalin hubungan dengan sesama
sehubungan dengan sifat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal,
tetapi juga dalam ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi Cangara, 2002:20. Peran komunikasi itu penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-
harinya sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat persuasif, proses interaksi saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasif dan informasi
dan lain sebagainya. Dalam proses penyampaian informasipesan tersebut pada umumnya berlangsung dengan melalui suatu media komunikasi, khususnya
bahasa percakapan yang mengandung makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama, dan pemakaian bahasa itu pengertiannya dapat bersifat
konkrit atau abstrak. Bila dikaitkan dengan kegiatan konseling, maka sarana komunikasi
tersebut adalah hal yang sangat penting dalam penyampaian pesan-pesan messages demi tercapainya tujuan dan pengertian bersama dengan public
sebagai khalayak sasarannya. Menurut Katz dan Robert Kahn, dua ahli psikologi bahwa komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna yang
merupakan hal utama dari suatu sistem sosial atau organisasi. Komunikasi memungkinkan seseorang untuk mengkoordinasikan suatu
kegiatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan bersama, tetapi komunikasi tidak hanya sekedar penyampaian informasipesan dam manfaat makna saja.
Universitas Sumatera Utara
Artinya komunikasi mengandung arti suatu proses transaksional yaitu berkaitan erat dimana orang berkomunikasi dengan pihak lainnya dalam upaya
mempertukarkan suatu simbollambang dan membentuk suatu makna serta mengembangkan harapan-harapannya.
I.5.2. Komunikasi Interpersonal
Berbicara mengenai suatu organisasi, tidaklah terlepas dari karyawan yang berada di dalam organisasi tersebut. Apabila kita amati, komunikasi yang
berlangsung sehari-hari dalam organisasi, kita akan melihat adanya proses komunikasi interpersonal di antara anggota-anggota organisasi dari tingkatan
manajemen puncak top management hingga karyawan operasional di tingkat paling rendah.
Meskipun komunikasi interpersonal juga berlangsung pada proses komunikasi tertulis, namun pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku anggota-
anggota organisasi lebih terasa pada proses komunikasi tatap muka dibandingkan dengan komunikasi tertulis. Setelah mengetahui pentingnya komunikasi
interpersonal dalam suatu organisasi maka perlu diketahui konsep dari komunikasi interpersonal berdasarkan Johari’s windows yang bermanfaat untuk
memahami antarpribadi secara umum serta konsep penerapan analisa transaksional sebagai metode komunikasi interpersonal yang lebih operasional
dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Komunikasi interpersonal
dapat berlangsung antar dua orang yang sedang berdua-duaan, atau dua orang
Universitas Sumatera Utara
dalam suatu pertemuan. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.
Dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi
ganda. Masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Komunikasi interpersonal diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut
sifatnya, yaitu komunikasi diadik dan komunikasi triadik. Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap
muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara Cangara, 1995:32. Komunikasi triadik
adalah komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan
komunikasi diadik, maka komunikasi triadik lebih efektif, karena umpan balik yang berlangsung dapat diperoleh dari dua orang komunikan.
I.5.3. Humas
Hubungan masyarakat disebut juga public relations purel, dengan ruang lingkup kegiatan yang menyangkut baik individu ke dalam maupun individu
keluar dan semua kegiatan diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing lembaga atau organisasi. Humas dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan untuk menanamkan pengertian guna memperoleh goodwill, kerjasama dan kepercayaan yang pada gilirannya mendapat dukungan dari pihak
lain.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan humas mengembangkan hubungan yang harmonis dengan pihak lain yakni public umum, masyarakat, yaitu untuk menciptakan, membina, dan
memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan dengan public di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan
timbal balik. Hubungan Masyarakat terbagi atas dua macam, yaitu Hubungan Masyarakat ke dalam Internal Humas dan Hubungan Masyarakat ke luar
Eksternal Humas. Tujuan daripada Hubungan Masyarakat ke dalam internal humas ialah
pada hakikatnya untuk meningkatkan kegairahan bekerja para karyawan lembaga dan atau instansi yang bersangkutan. Tujuan ini dapat dicapai jika pimpinan
memperhatikan kepentingan-kepentingan para karyawannya baik dalam segi ekonomi, sosial, pendidikan maupun segi psikologisnya. Hubungan pimpinan
dengan karyawan di lembaga hendaknya bersifat harmonis, saling mengerti, saling mempercayai dan saling menghargai.
Pada hubungan masyarakat ke dalam, yang menjadi khalayaknya Widjaja, 1993:70 ialah Employee karyawan dan Stockholder pemegang
saham. Dalam kaitan kedua macam khalayak ini dikenal hubungan-hubungan yang disebut sebagai Hubungan dengan karyawan employee relations dan
hubungan dengan pemegang saham stockholder relations. Dengan
memperhatikan hubungan dengan para karyawan lembagainstansi, melalui personal contact
, maka akan dapat goodwill, pengertian bersama, dan saling mempercayai serta saling menghargai.
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula halnya hubungan yang baik dengan para pemegang saham bagi perusahaan harus dijaga dan diciptakan dengan baik. Komunikasi dengan
para pemegang saham ini dapat dilaksanakan oleh Public Relations Officer. Selain hubungan masyarakat ke dalam internal humas, hubungan masyarakat keluar
eksternal humas juga turut menentukan keberhasilan kegiatan hubungan masyarakat suatu badan atau lembaga.
Hubungan masyarakat keluar eksternal humas ini sama pentingnya dengan hubungan masyarakat ke dalam internal humas. Dalam hubungan
masyarakat keluar ini, dikenal hubungan-hubungan sesuai dengan khalayak dari humas keluar. Khalayak dari eksternal humas ini antara lain : langganan,
masyarakat sekeliling lembaga, pemerintah, pers dan sebagainya. Berdasarkan macam-macam khalayak ini, dikenal : customer relations, community relations,
government relation, pers relations dan sebagainya Widjaya, 1993:73.
I.5.4. Konseling
Konseling counseling merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam human relations
. Human relations merupakan salah satu program kerja internal humas yang dilakukan untuk meningkatkan hubungan manusiawi antara
perusahaan dengan karyawan. Ditinjau dari segi komunikasi, konseling adalah komunikasi antar personal. Yang bertindak sebagai konselor counselor adalah
manajer atau pemimpin kelompok karya kepala bagian, kepala seksi, supervisor, dsb. sedang konseli counselee-nya adalah karyawan yang menghadapi suatu
masalah atau yang menderita frustasi.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan konseling adalah membantu para karyawan memecahkan masalahnya sendiri, memecahkan masalah yang bersangkutan dengan karyawan,
atau mengusahakan adanya suatu suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalah yang mungkin ada. Ini tidak berarti, konselor memeberikan
arah yang khusus untuk dituruti oleh konseli. Konselor hanya memberikan nasehat. Konseli sendiri yang harus mengambil kesimpulan dan keputusan
berdasarkan jalan yang dipilihnay sendiri. Jadi konselor membantu konseli memperoleh pengertian tentang masalahnya. Selama masalahnya itu belum
dimengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan jujur, tidak akan dapat diambil langkah-langkah untuk memecahkannya. Aspek ini menyangkut perasaan.
Konselor akan sukses, bila ia mengetahui “frame of reference” konseli. Dalam kegiatan human relations ada dua jenis konseli yang dapat
dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin kelompok karya Effendy, 1993:83-84. Ini tergantung dari pendekatan approach yang dilakukan. Kedua
jenis tersebut ialah konseling yang langsung terarah directive counseling dan konseling yang tak langsung terarah non-directive counseling.
Konseling Terarah directive counseling
Konseling jenis ini sering dinamakan juga the counselor-centered approach
, yakni konseling yang pendekatannya terpusatkan kepada konselor. Dalam cara konseling seperti ini aktivitas yang utama terletak pada konselor.
Pertama-tama konselor berusaha agar terjadi hubungan yang akrab, sehingga konseli menaruh kepercayaan kepadanya. Selanjutnya ia mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dalam rangka mengumpulkan informasi. Data yang ia peroleh, ia
Universitas Sumatera Utara
analisis untuk pada tahap berikutnya melakukan diagnosa; berusaha memahami masalah yang memberati konseli.
Untuk mengetahui diagnosa yang tepat, konselor harus memahami fakta yang berhubungan dengan masalahnya itu. Jika konseli mengemukakan
kesulitannya kepada konselor, maka konselor harus merasa pasti bahwa itulah masalah yang dihadapi konseli, yang menyebabkan konseli menderita frustasi,
kecewa disebabkan tak dapat mengatasi kesulitannya. Konselor harus mengerti benar-benar mengenai data yang diperolehnya itu
sehingga ia dapat melakukan interpretasi. Hanya bila ia mengerti dan dapat melakukan interpretasi, ia dapat memberikan nasehat-nasehat dan sugesti kepada
konseli. Syarat sugesti ialah kepercayaan. Konseli akan kena sugesti, kalau ia menaruh kepercayaan kepada konselor; kalau konselor mempunyai kelebihan
pangalaman dan pengetahuan dari konseli, dan bila tingkah laku konselor tidak tercela. Apabila konseli sudah bisa dikuasai untuk memecahkan masalahnya
problem solving tidaklah akan sukar. Akan tetapi untuk sampai ke situ, konselor
perlu memahami sedikit banyak psikologi, terutama psikologi tentang kepribadiannya psychology of personality.
Konseling tak terarah non-directive counseling
Konseling jenis ini disebut juga the counselee centered approach pendekatan yang terpusatkan kepada konseli. Jenis ini dapat digunakan oleh
orang yang tidak memiliki pengetahuan yang mendalam tentang psikologi. Dibandingkan dengan “counselor centered approach counseling” yang tradisional
itu, “counselee centered approach counseling” lebih ampuh dalam membantu karyawan yang menderita frustasi.
Universitas Sumatera Utara
I.5.5. Motivasi Kerja
Motivasi berasal dari kata Latin, Motivus. Artinya sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu
berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia. Kartono, 1994:147. Dalam pengertian umum, motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong
perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Motivasi bekerja itu tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis saja bentuk uang, sebab banyak orang dengan suka hati
bekerja terus sekalipun ia tidak memerlukan lagi benda-benda materil sedikit pun juga walaupun keluarganya sudah terjamin, namun seorang dengan ikhlas
meneruskan pekerjaannya. Sebab ganjaran dari bekerja yaitu nilai sosial, dalam bentuk penghargaan, respek dan kekaguman kawan-kawannya terhadap dirinya
Anorogo, 1993 : 32. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja
bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya
perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap dan terampil tetapi yang penting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai
hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan dan ketrampilan karyawan tidak ada artinya lagi perusahaan jika mereka tidak mau bekerja keras.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja
yang tinggi. Motivasi hanya dapat diberikan kepada orang-orang yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, bagi orang-orang yang tidak mampu
mengerjakan pekerjaan tersebut, tidak perlu dimotivasi Muchadarsyah,
Universitas Sumatera Utara
2000:134-135. Orang-orang mau bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang tidak disadari. Kebutuhan setiap orang adalah
sama misalnya setiap orang butuh makan dan minum tetapi keinginan dari setiap orang tidak sama karena dipengaruhi oleh selera kebiasaan dan lingkungannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja Anorogo, 1992:56-58 yaitu :
1. Pekerjaan yang menarik Biasanya apabila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan dengan
senang atau menarik bagi dirinya, maka hasil pekerjaannya akan lebih memuaskan daripada dia mengerjakan pekerjaan yang tidak ia senangi.
Demikian pulaapabila kita akan memberikan tugas pada seseorang, maka alangkah baiknya bila kita mengetahui apakah orang tersebut senang atau
tidak dengan pekerjaan yang akan kita berikan. Hal ini dilakukan agar kita mendapatkan suatu hasil yang lebih memuaskan.
2. Upah yang baik. Pada dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan
yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Karena adanya upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka akan timbul pula rasa gairah kerja yang
semakin baik. 3. Lingkungan atau suasana kerja yang baik.
Lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik pula pada segala pihak, baik pada para pekerja, pimpinan ataupun pada
hasil pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengembangan karir Seorang pemimpin yang bijaksana akan memperhatikan prestasi
kerja bawahannya. Bagi karyawan yang memiliki prestasi yang baik akan diberikan penghargaan, berupa promosi untuk pengembangan karirnya.
Hal ini mendorong motivasi pekerja untuk bekerja lebih giat lagi.
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan
dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa Nawawi, 1995:40. Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni
istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial Singarimbun, 1995 :57.
Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari
masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
I.6.1. Variabel Bebas X
Variabel Bebas adalah sejumlah gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala atau faktor atau unsur lain,
yang pada gilirannya gejala atau faktor atau unsur yang kedua itu disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel terikat tidak akan ada atau
Universitas Sumatera Utara
tidak muncul. Selanjutnya apabila variabel ini berubah maka muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada
atau tidak muncul Nawawi, 1995 : 56. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kegiatan Konseling.
I.6.2. Variabel Terikat Y
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel lain Nawawi,
1995 :57. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Motivasi Kerja..
I.7. Model Teoritis
Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel yang
dikelompokkan dalam kerangka konsep akan di bentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :
Variabel Antara Z Karakteristik Responden
Variabel Bebas X Kegiatan Konseling
Variabel Terikat Y Motivasi Kerja
Universitas Sumatera Utara
I.8. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk lebih memudahkan dalam penelitian, perlu dibuat operasional
variabel-variabel terkait sebagai berikut :
Tabel 1.1 Operasional Variabel
No. Variabel Teoritis
Operasional Variabel 1.
Variabel Bebas X Kegiatan Konseling
1. Konseling terarah directive counseling 2. Konseling tak terarah non-directive counseling
2. Variabel Terikat Y
Motivasi Kerja 1. Pekerjaan yang menarik
2. Upah yang baik 3. Lingkungan atau suasana kerja yang baik
4. Pengembangan karir 3. Variabel Antara Z
Karakteristik Responden 1. Usia
2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan
4. Masa kerja 5. Jabatan
Universitas Sumatera Utara
I.9. Defenisi Operasional Variabel