Konseling Dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Kegiatan Konseling terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT Indosat Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan)

(1)

“Konseling dan Motivasi Kerja”

( Studi Korelasional tentang Pengaruh Kegiatan Konseling terhadap Motivasi Kerja

Karyawan di PT Indosat Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh :

SELLY RENATA NAPITUPULU

040904092

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya yang berkelimpahan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Konseling dan Motivasi Kerja” (Studi Korelasional tentang Pengaruh Kegiatan Konseling terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan). Adapun skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dari Departemen Ilmu Komunikasi.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima kritik dan saran yang mambangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari yang akan datang.

Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orangtua peneliti yakni Ayahanda Santun Lawdewijk Napitupulu dan Ibunda Riris Silitonga yang selalu ada untuk peneliti. Peneliti bersyukur dan sangat bahagia memiliki orangtua seperti kalian. Orangtua yang sangat demokratis, pengertian, dan yang tidak pernah memaksakan kehendak kepada anak-anaknya. Terima kasih buat bimbingannya, buat dukungannya,buat perhatiannya, buat kasih sayangnya. Terima kasih juga telah selalu mendoakan peneliti dalam setiap kesempatan, dan yang selalu berharap bahwa peneliti nantinya akan menjadi manusia yang berguna.di masa yang akan datang.


(3)

Kepada abang peneliti yakni Hengki Parningotan Napitupulu dan kepada kedua adik peneliti Utri Patma Napitupulu dan Herman Daniel Napitupulu, terima kasih buat perhatiannya, doanya, kasih sayangnya, semangatnya, dan canda tawanya.

Tidak lupa pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Msi selaku dosen pembimbing peneliti yang telah banyak membantu memotivasi dan membimbing peneliti selama penulisan skripsi ini. Terimakasih sedalam-dalamnya atas waktu, nasehat, dan pemikiran yang telah diberikan kepada peneliti.

4. Ibu Dra. Mazdhalifah, MA selaku dosen wali yang telah banyak membimbing peneliti selama perkuliahan. Terima kasih sedalam-dalamnya atas waktu, nasehat dan pemikiran yang telah diberikan kepada peneliti.

5. Bapak/Ibu dosen Ilmu Komunikasi khususnya dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada umumnya yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Kak Icut, kak Ros, Maya, Rotua dan seluruh staf yang ada si Departeman Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi.

7. Teman-teman dekat peneliti : Novita, Endang, Maya, Jessie, Nova, Yohanna. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas pertemanan kita selama hampir 4 tahun


(4)

ini. Terima kasih buat canda tawanya, semangatnya, perhatiannya. Terima kasih telah memberikan banyak hal yang membuat peneliti menjadi seseorang yang lebih baik. Semoga pertemanan kita selalu ada meskipun jarak akan memisahkan kita nantinya. ”Tak Ada Gading yang Tak Retak”.

8. Teman-teman seperjuangan peneliti : Atina, Deby, Eka, Rita, Ranto, terimakasih buat semuanya.

9. Senior-senior komunikasi stambuk 2002 dan 2003 yang banyak memberikan pinjaman buku, nasehat dan ilmu-ilmunya selama perkuliahan dan skripsi.

10.Teman-teman komunikasi stambuk 2004, Gloria, Nita, Adit, Lilis, Sudi, Nova, Budi, Rico, Tomi, yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, terimakasih untuk semuanya.

11.Teman-teman sepermainan peneliti : Fre, Ijan, Ciank, Dheo, Ihsan, Heri, terima kasih karena kalian sudah menjadi bagian dari hidup peneliti. Waktu yang terlalu singkat buat pertemanan kita, tapi sangat berarti. Tim Futsal, gitar, drum, bas, adalah hal-hal yang akan selalu peneliti ingat dari kalian. Terima kasih buat perhatiannya, canda tawanya, semangatnya, terima kasih buat semuanya. Semoga jarak tidak memisahkan pertemanan kita.

12.Sepupu peneliti : Kak Fero dan Yani, khususnya buat Yani, terima kasih buat semuanya. Maaf sudah merepotkan.

13.Keluarga besar peneliti yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih buat doa dan dukungannya.

14.Teman Kos peneliti di Pembangunan 25 : kak Lala, kak nora, melda, kiki, meri, diah, kak intan, nova, terima kasih buat doa, nasehat dan dukungannya.


(5)

15.Teman peneliti di rumah baru peneliti di Pembangunan 70A : kak Sari, terimakasih buat dukungannya. Bang Hery , bang Ingan, bang Topo, terimakasih buat doa dan dukungannya.

16.Semua pihak yang turut membantu kelancaran penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermnafaat bagi seluruh pihak yang membaca dan dapat memperluas pemikiran di masa yang akan datang. Terima Kasih.

Medan, Oktober 2008 Penulis,


(6)

Abstraksi

Penelitian ini berjudul “Konseling dan Motivasi Kerja” (Studi Korelasional tentang Pengaruh Kegiatan Konseling terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan). Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan kegiatan konseling dengan motivasi kerja karyawan di PT. Indosat Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara Kegiatan Konseling dengan Motivasi Kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan.

Populasinya adalah Karyawan PT. Indosat, Tbk. Medan, yang berjumlah 80 orang. Penelitian ini menggunakan Teknik Total Sampling. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan

(Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data menggunakan analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 15.0. Dari hasil penelitian diperoleh

r

s sebesar 0,540 dan untuk melihat kuat lemahnya hubungan kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan konseling dengan motivasi kerja karyawan memiliki hubungan yang cukup berarti.

Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan SPSS 15.0 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan uji determinan korelasi. Hasilnya besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan Y adalah sebesar 29% dengan hipotesis diterima dan hubungannya signifikan.


(7)

BIODATA

Nama : Selly Renata Napitupulu NIM : 040904092

Tempat/ Tgl. Lahir : Rantauprapat, 17 September 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Pembangunan USU No. 70A Medan 20155 Nama Orangtua

Ayah : Santun Lawdewijk Napitupulu Ibu : Riris br Silitonga

Alamat Orangtua : Jl. Olah Raga No 39 Rantauprapat Nama Saudara Kandung : 1. Hengki Parningotan Napitupulu

2. Utri Patma Napitupulu 3. Herman Daniel Napitupulu

1992-1998 SD Negeri No. 114375 Rantauprapat Pendidikan

1998-2001 SLTP Negeri 1 Rantauprapat 2001-2004 SMU Negeri 5 Plus Rantauprapat

2004-2008 Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(8)

- Anggota Divisi Pendidikan dan Penalaran (DIKLAR) IMAJINASI FISIP USU Periodesasi 2006-2007.

Pengalaman Organisasi

- Relawan Angkatan ke-18 saHIVa (Pusat Informasi HIV/AIDS) Universitas Sumatera Utara.

- Anggota UKM KMK FISIP USU.


(9)

DAFTAR ISI

Abstraksi ……… i

Kata Pengantar……… ii

Daftar isi ……… vi

Daftar Tabel ………... ix

Bab I. Pendahuluan………. 1

I.1. Latar Belakang Masalah ……….. 1

I.2. Perumusan Masalah ………. 6

I.3. Pembatasan Masalah ……… 6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 7

I.4.1 Tujuan Penelitian ……….... 7

I.4.2 Manfaat Penelitian ………. 7

I.5. Kerangka Teori ……… 8

I.5.1 Komunikasi………. 8

I.5.2 Komunikasi Interpersonal ……….. 10

I.5.3 Hubungan Masyarakat (Humas) ………. 11

I.5.4 Konseling ……… 13

I.5.5 Motivasi Kerja ……… 16

I.6. Kerangka Konsep ………. 18

I.7. Model Teoritis ……….. 19

I.8. Operasional Variabel ……… 20

I.9. Defenisi Operasional Variabel ……… 21

I.10. Hipotesa ……… 23

Bab II. Uraian Teoritis ……….. 24

II.1. Komunikasi ……….. 24

II.1.1. Pengertian Komunikasi ………. 24

II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi ……….. 26


(10)

II.2.2. Proses dan Efektivitas Komunikasi Interpersonal ……… 29

II.2.2.1. Proses Komunikasi Interpersonal ………. 29

II.2.2.2. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ……….. 31

II.2.3. Teori Self disclosure (Johari Window) ……… 32

II.3. Pengertian dan Fungsi Humas ……… 34

II.3.1. Pengertian Humas ……… 34

II.3.2. Fungsi Humas ……….. 37

II.4. Pengertian Konseling ……….. 40

II.5. Motivasi Kerja ……… 45

II.5.1. Pengertian Motivasi Kerja ………... 45

II.5.2. Tujuan dan Proses Motivasi ……… 53

II.5.2.1. Tujuan Pemberian Motivasi ………. 53

II.5.2.2. Proses Motivasi ……… 53

II.5.3. Proses Motivasi ………... 54

Bab III. Metodologi Penelitian ……… 56

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 56

III.1.1. Sejarah singkat PT. Indosat, Tbk……….... 56

III.1.2. Sejarah singkat PT. Indosat, Tbk. Regional Sumbagut .. 60

III 1.3. Sejarah perkembangan PT. Indosat, Tbk ……… 61

III.1.4. Makna logo PT. Indosat, Tbk……….. 63

III.1.5. Visi, misi, motto dan nilai PT. Indosat, Tbk…………... 65

III.1.6. Tugas pokok dan fungsi PT. Indosat, Tbk ………. 66

III.1.7. Struktur Organisasi PT. Indosat, Tbk………. 67

III.2. Metodologi Penelitian ……….. 69

III.3. Populasi dan Sampel ……… 69

III.3.1. Populasi ……… 69

III.3.2. Sampel ……….. 69

III.4. Teknik Pengumpulan Data ………. 71


(11)

III.5.2. Analisa Tabel Silang ………. 72

III.5.3. Uji Hipotesa ……….. 72

Bab IV Analisa dan Pembahasan ……….. 74

IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ………... 74

IV.1.1 Tahap Awal ………... 74

IV.1.2 Pengumpulan Data ……… 74

IV.2. Teknik Pengolahan Data ………. 75

IV.3. Analisa Tabel Tunggal ……… 76

IV.3.1. Karakteristik Responden ………. 76

IV.3.2. Kegiatan Konseling di PT. Indosat, Tbk. Medan …… 79

IV.3.3. Motivasi Kerja Karyawan ……… 85

IV.4. Analisa Tabel Silang ……… 95

IV.5. Uji Hipotesis………. 100

IV.6. Pembahasan ………. 102

Bab V. Penutup ……… 104

V.1. Kesimpulan ……….. 104

V.2. Saran ……… 105

Daftar Pustaka Lampiran


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Operasional Variabel ……… 20

Tabel 3.1. Data Karyawan PT. Indosat, Tbk Medan ……….. 70

Tabel 4.1. Jenis Kelamin Responden ………. 76

Tabel 4.2. Pendidikan Terakhir Responden ……… 76

Tabel 4.3. Lama bBekerja/Masa Kerja Responden ……… 77

Tabel 4.4. Divisi/Bidang ……… 78

Tabel 4.5. Pentingnya kegiatan konseling yang dilaksanakan di PT. Indosat, Tbk. Medan……….. 79

Tabel 4.6. Frekuensi kegiatan konseling yang dilaksanakan di PT. Indosat, Tbk. Medan ………. 80

Tabel 4.7. Frekuensi keikutsertaan karyawan dalam mengikuti kegiatan Konseling ……… 81

Tabel 4.8. Pendapat karyawan tentang kegiatan konseling tersebut ……… 82

Tabel 4.9. Pendapat karyawan tentang konselor yang memberikan konseling …. 82 Tabel 4.10. Pelaksanaan kegiatan konseling di PT. Indosat, Tbk. Medan ……… 83

Tabel 4.11. Pesan yang disampaikan oleh konselor dalam konseling …………... 84

Tabel 4.12. Kesan karyawan terhadap kegiatan konseling tersebut ………... 84

Tabel 4.13. Pendapat karyawan tentang pekerjaan yang digeluti saat ini ………. 85

Tabel 4.14. Posisi tempat karyawan bekerja saat ini ………. 86

Tabel 4.15. Gaji yang diterima karyawan dari perusahaan ……… 86

Tabel 4.16. Perusahaan memberikan tambahan gaji berupa bonus kepada karyawan yang berprestasi ……….. 87

Tabel 4.17. Tanggapan karyawan mengenai situasi dan kondisi lingkungan/ruangan di PT. Indosat, Tbk. Medan ……… 88

Tabel 4.18. Karyawaan merasa aman dalam artian bebas dari ketakutan akan adanya pemutusan hubungan kerja ……….. 88

Tabel 4.19. Pimpinan mampu menciptakan lingkungan atau suasana kerja yang baik dan harmoni ………. 89


(13)

Tabel 4.21. Perusahaan memberikan promosi jabatan untuk pengembangan

karir bagi karyawan yang berprestasi ……….. 90 Tabel 4.22. Perusahaan memberikan penghargaan berupa sertifikat …………... 91 Tabel 4.23. Perusahaan memberikan penghargaan berupa bonus ……… 92 Tabel 4.24. Perusahaan memberikan penghargaan berupa pujian ……… 93 Tabel 4.25. Perusahaan memberikan penghargaan berupa promosi jabatan……. 93 Tabel 4.26. Pemberian promosi jabatan bagi karyawan yang berprestasi………. 94 Tabel 4.27. Hubungan antara frekuensi keikutsertaan karyawan dalam

mengikuti kegiatan konseling dengan perasaan aman karyawan dalam

artian bebas dari ketakutan akan adanya pemutusan hubungan kerja ….. 95 Tabel 4.28. Hubungan antara pelaksanaan kegiatan konseling di PT. Indosat,

Tbk. Medan dengan pendapat karyawan tentang pekerjaan yang

digeluti saat ini ………. 97 Tabel 4.29. Hubungan antara kesan karyawan terhadap kegiatan konseling

dengan pendapat karyawan tentang posisi tempat karyawan bekerja

saat ini ………. 98


(14)

Abstraksi

Penelitian ini berjudul “Konseling dan Motivasi Kerja” (Studi Korelasional tentang Pengaruh Kegiatan Konseling terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan). Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan kegiatan konseling dengan motivasi kerja karyawan di PT. Indosat Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara Kegiatan Konseling dengan Motivasi Kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan.

Populasinya adalah Karyawan PT. Indosat, Tbk. Medan, yang berjumlah 80 orang. Penelitian ini menggunakan Teknik Total Sampling. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan

(Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data menggunakan analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 15.0. Dari hasil penelitian diperoleh

r

s sebesar 0,540 dan untuk melihat kuat lemahnya hubungan kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan konseling dengan motivasi kerja karyawan memiliki hubungan yang cukup berarti.

Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan SPSS 15.0 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan uji determinan korelasi. Hasilnya besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan Y adalah sebesar 29% dengan hipotesis diterima dan hubungannya signifikan.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bahagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya (Widjaja, 1993:1).

Manusia sebagai makhluk sosial akan berusaha untuk berhubungan dengan orang lain dan hidup bersama orang lain. Disini terdapat dorongan-dorongan yang timbul dari dirinya untuk memenuhi keinginannya dan kebutuhannya antara lain dorongan untuk melangsungkan hidupnya serta dorongan untuk meneruskan kebutuhannya.

Komunikasi penting artinya bagi manusia, sebab tanpa komunikasi tidak akan terjadi interaksi dan tidak akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Peradaban dan kebudayaan, perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi antar manusia, baik dalam lingkungan suatu bangsa maupun antar bangsa.

Proses komunikasi pada hakikatnya merupakan proses penyampaian pesan antar manusia baik secara kelompok/lembaga maupun secara individual dari satu pihak kepada pihak yang lain. Dalam proses penyampaian pesan tersebut juga mengandung arti adanya pembagian pesan (sharing of information) yang

cenderung mengarah ke pencapaian titik tertentu sampai disepakatinya makna suatu pesan antar pihak-pihak yang terlibat. Dengan demikian dapat dikatakan


(16)

bahwa komunikasi itu merupakan proses penyampaian pesan yang berupa lambang-lambang yang bermakna yang disampaikan oleh komunikator dan ditujukan kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Untuk keberhasilan suatu komunikasi kita harus mengetahui dan mempelajari unsur-unsur apa saja yang terkandung dalam proses komunikasi. Minimal unsur-unsur yang diperlukan dalam proses komunikasi adalah sumber, pesan, saluran, dan penerima.

Dalam kehidupan organisasi perusahaan, komunikasi juga merupakan bagian yang dominan dan mutlak diperlukan. Masing-masing individu dalam organisasi yang bergabung dalam suatu lingkungan kerja seperti dalam suatu kantor ataupun perusahaan selalu melakukan interaksi antara seorang dengan yang lainnya melalui pesan-pesan komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga aktivitas organisasi dapat berjalan dengan baik dalam rangka mencapai tujuannya. Demikian juga bila dikaitkan dengan kegiatan konseling yang dilaksanakan oleh Humas dalam suatu perusahaan, di dalam pelaksanaannya selalu berkaitan erat dengan komunikasi.

Konseling (counseling) merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam

human relations. Ditinjau dari segi komunikasi, konseling adalah komunikasi antar personal. Yang bertindak sebagai konselor (counselor) adalah manajer atau

pemimpin kelompok karya (kepala bagian, kepala seksi, supervisor, dsb). Sedang konseli (counselee)-nya adalah karyawan yang menghadapi suatu masalah atau

menderita frustasi (Effendy, 1993:82).

Tujuan konseling ialah membantu para karyawan memecahkan masalahnya sendiri, memecahkan masalah yang bersangkutan dengan karyawan, atau mengusahakan adanya suatu suasana yang menimbulkan keberanian untuk


(17)

memecahkan masalah yang mungkin ada. Ini tidak berarti konselor memberikan arah yang khusus untuk dituruti oleh konseli. Konselor hanya memberikan nasehat. Konseli sendiri yang harus mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan yang dipilihnya sendiri. Jadi konselor membantu konseli memperoleh pengertian tentang masalahnya. Selama masalahnya itu belum dimengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan jujur, tidak akan dapat diambil langkah-langkah untuk memecahkannya. Aspek ini menyangkut perasaan. Konselor akan sukses bila ia mengetahui ”frame of reference” konseli.

Setiap orang berbeda kebutuhan dan keinginannya. Seseorang bekerja di suatu badan atau perusahaan dengan harapan salah satu keinginannya akan terpenuhi, sehingga timbul motivasi dari orang-orang yang mempunyai keinginan dan kebutuhan, dimana merupakan salah satu hal yang paling penting dari segala kegiatan organisasi/badan usaha yang bersangkutan. Secara singkat motivasi adalah psikologis seseorang yang muncul karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan akan aneka macam hal dari makan, minum, rasa aman, pengetahuan sampai pada kebutuhan berprestasi.

Motivasi manusia tidak timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat ditimbulkan, dikembangkan dan diperkuat, makin kuat motivasi seseorang makin kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan. Dengan demikian orang mengetahui tujuan yang akan dia capai dengan jelas, apalagi tujuan itu dianggap penting. Motivasi berkembang sesuai dengan taraf kesadaran seseorang akan tujuan yang hendak dicapainya, maka dengan demikian diperlukan agar dapat menimbulkan dan memperkuat motivasi.


(18)

Di lingkungan kerja, motivasi atau dorongan kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor internal yakni persepsi dan harapan karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri dan faktor gaji, kedudukan, pangkat, prestasi dan sebagainya. Motivasi kerja seorang karyawan dapat ditingkatkan dengan faktor-faktor internal tersebut berdasarkan prinsip bahwa hasil aktivitas kerjanya membawa konsekwensi pemenuhan kebutuhan.

Disamping usaha-usaha untuk dapat lebih mengeratkan hubungan antara pegawai/karyawan, sehingga mereka lebih kenal satu sama lain, maka kegiatan olah raga, rekreasi dan kegiatan hubungan manusiawi lainnya dapat dilaksanakan dengan penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Organisasi sebagai alat dan wadah bekerja sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan motivasi yang baik dan benar mendorong gairah dan semangat kerja individu-individu karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

Dewasa ini dunia telekomunikasi mengalami persaingan yang semakin kompetitif. Ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan perekonomian yang terus bergejolak. Oleh karena itu, dibutuhkan motivasi kerja karyawan yang tinggi agar sebuah perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya.

Salah satu perusahaan telekomunikasi yang tetap eksis dan berkembang sampai saat ini adalah PT. Indosat, Tbk. (PT Indonesia Satellite Corporation).

PT. Indosat, Tbk. merupakan perusahaan perseroan (persero) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi Internasional terkemuka di Indonesia.


(19)

Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) milik International Telephone and Telegraph Corporation (ITT) dan

ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk membangun, mengalihkan dan mengoperasikan stasiun bumi Intelsat yang mengakses ke kawasan Samudera

Hindia untuk jangka waktu 20 tahun. Intelsat merupakan organisasi satelit

internasional yang memiliki dan mengoperasikan sejumlah satelit komunikasi secara global.

Indosat juga menyediakan jasa komunikasi bergerak untuk penggunaan di laut, udara dan darat melalui Inmarsat. Inmarsat adalah organisasi satelit

internasional yang memiliki dan mengoperasikan sejumlah satelit komunikasi termasuk untuk panggilan darurat. Di tahun 1980 ITT menjual saham Indosat kepada pemerintah Indonesia. Sejak itu, Indosat menjadi persero atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan penyelenggara tunggal jasa telekomunikasi internasional di Indonesia. PT. Indosat, Tbk. telah memperoleh sertifikat ISO 9002 : 1994 sejak 17 Januari 1997, dan pada 21 September 2001 berhasil mengonversikan seluruh sistem manajemen mutunya sesuai standar ISO yang baru yaitu versi 9001:2000.

Pada kondisi saat ini, dimana dunia telekomunikasi mengalami persaingan yang semakin kompetitif, maka para karyawan dituntut untuk bekerja lebih maksimal dalam menghadapi persaingan tersebut. Oleh karena itu, peranan kegiatan konseling sangat penting untuk memenuhi kebutuhan karyawan terhadap pekerjaan.


(20)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kegiatan konseling terhadap motivasi kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah kegiatan konseling berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, dengan tujuan agar dapat menghasilkan uraian yang sistematis serta analisa yang objektif maka diperlukan pembatasan masalah yang menjadi fokus masalah.

Berdasarkan hal tersebut, pembatasan masalah yang ditetapkan adalah :

a. Penelitian ini bersifat korelasional. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan mencari hubungan antara kegiatan konseling dengan motivasi kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.

b. Penelitian difokuskan pada kegiatan konseling yang berlangsung di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.

c. Objek penelitian adalah karyawan PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.

d. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober 2008, dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.


(21)

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang akan dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tersebut.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengukur tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan konseling di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pimpinan PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan kegiatan konseling dengan motivasi kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk. Medan, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan

dan memperluas wawasan penulis.

3. Secara praktis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat dan membangun bagi pihak perusahaan PT. Indosat, Tbk. Medan.


(22)

I.5. Kerangka Teori

Dalam suatu penelitian, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk mendorong pemecahan suatu masalah dengan jelas dan sistematis. Hal ini sangat berkaitan dengan pengertian teori yakni serangkaian asumsi, defenisi, dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial dengan sistematis melalui cara perumusan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1995 : 57).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah, untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti (Nawawi 1991: 39-40). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian tersebut antara lain adalah : Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Humas, Konseling dan Motivasi Kerja.

I.5.1. Komunikasi

Komunikasi merupakan pemberitahuan atau pertukaran pikiran, secara garis besarnya dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua pihak. Dalam situasi tertentu, komunikasi menggunakan media tertentu untuk mencapai sasaran yang jauh tempatnya dan banyak jumlahnya. Dalam situasi tertentu pula komunikasi dimaksudkan atau ditujukan untuk merubah sikap, pendapat atau tingkah laku seseorang atau sejumlah orang, sehingga ada efek tertentu yang diharapakan.


(23)

Komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Komunikasi sangat diperlukan dalam rangka menjalin hubungan dengan sesama sehubungan dengan sifat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi (Cangara, 2002:20).

Peran komunikasi itu penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-harinya sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat persuasif, proses interaksi saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasif dan informasi dan lain sebagainya. Dalam proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung dengan melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama, dan pemakaian bahasa itu pengertiannya dapat bersifat konkrit atau abstrak.

Bila dikaitkan dengan kegiatan konseling, maka sarana komunikasi tersebut adalah hal yang sangat penting dalam penyampaian pesan-pesan

(messages) demi tercapainya tujuan dan pengertian bersama dengan public

sebagai khalayak sasarannya. Menurut Katz dan Robert Kahn, dua ahli psikologi bahwa komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna yang merupakan hal utama dari suatu sistem sosial atau organisasi.

Komunikasi memungkinkan seseorang untuk mengkoordinasikan suatu kegiatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan bersama, tetapi komunikasi tidak hanya sekedar penyampaian informasi/pesan dam manfaat makna saja.


(24)

Artinya komunikasi mengandung arti suatu proses transaksional yaitu berkaitan erat dimana orang berkomunikasi dengan pihak lainnya dalam upaya mempertukarkan suatu simbol/lambang dan membentuk suatu makna serta mengembangkan harapan-harapannya.

I.5.2. Komunikasi Interpersonal

Berbicara mengenai suatu organisasi, tidaklah terlepas dari karyawan yang berada di dalam organisasi tersebut. Apabila kita amati, komunikasi yang berlangsung sehari-hari dalam organisasi, kita akan melihat adanya proses komunikasi interpersonal di antara anggota-anggota organisasi dari tingkatan manajemen puncak (top management) hingga karyawan operasional di tingkat

paling rendah.

Meskipun komunikasi interpersonal juga berlangsung pada proses komunikasi tertulis, namun pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi lebih terasa pada proses komunikasi tatap muka dibandingkan dengan komunikasi tertulis. Setelah mengetahui pentingnya komunikasi interpersonal dalam suatu organisasi maka perlu diketahui konsep dari komunikasi interpersonal berdasarkan Johari’s windows yang bermanfaat untuk

memahami antarpribadi secara umum serta konsep penerapan analisa transaksional sebagai metode komunikasi interpersonal yang lebih operasional dalam kehidupan sehari-hari.

Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Komunikasi interpersonal dapat berlangsung antar dua orang yang sedang berdua-duaan, atau dua orang


(25)

dalam suatu pertemuan. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.

Dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda. Masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.

Komunikasi interpersonal diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu komunikasi diadik dan komunikasi triadik. Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara (Cangara, 1995:32). Komunikasi triadik adalah komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi triadik lebih efektif, karena umpan balik yang berlangsung dapat diperoleh dari dua orang komunikan.

I.5.3. Humas

Hubungan masyarakat disebut juga public relations (purel), dengan ruang lingkup kegiatan yang menyangkut baik individu ke dalam maupun individu keluar dan semua kegiatan diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing lembaga atau organisasi. Humas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menanamkan pengertian guna memperoleh goodwill,

kerjasama dan kepercayaan yang pada gilirannya mendapat dukungan dari pihak lain.


(26)

Tujuan humas mengembangkan hubungan yang harmonis dengan pihak lain yakni public (umum, masyarakat), yaitu untuk menciptakan, membina, dan

memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan dengan public di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik. Hubungan Masyarakat terbagi atas dua macam, yaitu Hubungan Masyarakat ke dalam (Internal Humas) dan Hubungan Masyarakat ke luar (Eksternal Humas).

Tujuan daripada Hubungan Masyarakat ke dalam (internal humas) ialah pada hakikatnya untuk meningkatkan kegairahan bekerja para karyawan lembaga dan atau instansi yang bersangkutan. Tujuan ini dapat dicapai jika pimpinan memperhatikan kepentingan-kepentingan para karyawannya baik dalam segi ekonomi, sosial, pendidikan maupun segi psikologisnya. Hubungan pimpinan dengan karyawan di lembaga hendaknya bersifat harmonis, saling mengerti, saling mempercayai dan saling menghargai.

Pada hubungan masyarakat ke dalam, yang menjadi khalayaknya (Widjaja, 1993:70) ialah Employee (karyawan) dan Stockholder (pemegang

saham). Dalam kaitan kedua macam khalayak ini dikenal hubungan-hubungan yang disebut sebagai Hubungan dengan karyawan (employee relations) dan

hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations). Dengan

memperhatikan hubungan dengan para karyawan lembaga/instansi, melalui

personal contact, maka akan dapat goodwill, pengertian bersama, dan saling


(27)

Demikian pula halnya hubungan yang baik dengan para pemegang saham (bagi perusahaan) harus dijaga dan diciptakan dengan baik. Komunikasi dengan para pemegang saham ini dapat dilaksanakan oleh Public Relations Officer. Selain

hubungan masyarakat ke dalam (internal humas), hubungan masyarakat keluar (eksternal humas) juga turut menentukan keberhasilan kegiatan hubungan masyarakat suatu badan atau lembaga.

Hubungan masyarakat keluar (eksternal humas) ini sama pentingnya dengan hubungan masyarakat ke dalam (internal humas). Dalam hubungan masyarakat keluar ini, dikenal hubungan-hubungan sesuai dengan khalayak dari humas keluar. Khalayak dari eksternal humas ini antara lain : langganan, masyarakat sekeliling lembaga, pemerintah, pers dan sebagainya. Berdasarkan macam-macam khalayak ini, dikenal : customer relations, community relations,

government relation, pers relations dan sebagainya (Widjaya, 1993:73).

I.5.4. Konseling

Konseling (counseling) merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam

human relations. Human relations merupakan salah satu program kerja internal

humas yang dilakukan untuk meningkatkan hubungan manusiawi antara perusahaan dengan karyawan. Ditinjau dari segi komunikasi, konseling adalah komunikasi antar personal. Yang bertindak sebagai konselor (counselor) adalah

manajer atau pemimpin kelompok karya (kepala bagian, kepala seksi, supervisor, dsb.) sedang konseli (counselee)-nya adalah karyawan yang menghadapi suatu


(28)

Tujuan konseling adalah membantu para karyawan memecahkan masalahnya sendiri, memecahkan masalah yang bersangkutan dengan karyawan, atau mengusahakan adanya suatu suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalah yang mungkin ada. Ini tidak berarti, konselor memeberikan arah yang khusus untuk dituruti oleh konseli. Konselor hanya memberikan nasehat. Konseli sendiri yang harus mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan yang dipilihnay sendiri. Jadi konselor membantu konseli memperoleh pengertian tentang masalahnya. Selama masalahnya itu belum dimengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan jujur, tidak akan dapat diambil langkah-langkah untuk memecahkannya. Aspek ini menyangkut perasaan. Konselor akan sukses, bila ia mengetahui “frame of reference” konseli.

Dalam kegiatan human relations ada dua jenis konseli yang dapat

dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin kelompok karya (Effendy, 1993:83-84). Ini tergantung dari pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua

jenis tersebut ialah konseling yang langsung terarah (directive counseling) dan

konseling yang tak langsung terarah (non-directive counseling).

Konseling Terarah (directive counseling)

Konseling jenis ini sering dinamakan juga the counselor-centered

approach, yakni konseling yang pendekatannya terpusatkan kepada konselor.

Dalam cara konseling seperti ini aktivitas yang utama terletak pada konselor. Pertama-tama konselor berusaha agar terjadi hubungan yang akrab, sehingga konseli menaruh kepercayaan kepadanya. Selanjutnya ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka mengumpulkan informasi. Data yang ia peroleh, ia


(29)

analisis untuk pada tahap berikutnya melakukan diagnosa; berusaha memahami masalah yang memberati konseli.

Untuk mengetahui diagnosa yang tepat, konselor harus memahami fakta yang berhubungan dengan masalahnya itu. Jika konseli mengemukakan kesulitannya kepada konselor, maka konselor harus merasa pasti bahwa itulah masalah yang dihadapi konseli, yang menyebabkan konseli menderita frustasi, kecewa disebabkan tak dapat mengatasi kesulitannya.

Konselor harus mengerti benar-benar mengenai data yang diperolehnya itu sehingga ia dapat melakukan interpretasi. Hanya bila ia mengerti dan dapat melakukan interpretasi, ia dapat memberikan nasehat-nasehat dan sugesti kepada konseli. Syarat sugesti ialah kepercayaan. Konseli akan kena sugesti, kalau ia menaruh kepercayaan kepada konselor; kalau konselor mempunyai kelebihan pangalaman dan pengetahuan dari konseli, dan bila tingkah laku konselor tidak tercela. Apabila konseli sudah bisa dikuasai untuk memecahkan masalahnya

(problem solving) tidaklah akan sukar. Akan tetapi untuk sampai ke situ, konselor

perlu memahami sedikit banyak psikologi, terutama psikologi tentang kepribadiannya (psychology of personality).

Konseling tak terarah (non-directive counseling)

Konseling jenis ini disebut juga the counselee centered approach

(pendekatan yang terpusatkan kepada konseli). Jenis ini dapat digunakan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan yang mendalam tentang psikologi. Dibandingkan dengan “counselor centered approach counseling” yang tradisional itu, “counselee centered approach counseling” lebih ampuh dalam membantu karyawan yang menderita frustasi.


(30)

I.5.5. Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata Latin, Motivus. Artinya sebab, alasan dasar,

pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia. (Kartono, 1994:147). Dalam pengertian umum, motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Motivasi bekerja itu tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis saja (bentuk uang), sebab banyak orang dengan suka hati bekerja terus sekalipun ia tidak memerlukan lagi benda-benda materil sedikit pun juga walaupun keluarganya sudah terjamin, namun seorang dengan ikhlas meneruskan pekerjaannya. Sebab ganjaran dari bekerja yaitu nilai sosial, dalam bentuk penghargaan, respek dan kekaguman kawan-kawannya terhadap dirinya (Anorogo, 1993 : 32).

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap dan terampil tetapi yang penting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan dan ketrampilan karyawan tidak ada artinya lagi perusahaan jika mereka tidak mau bekerja keras.

Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi hanya dapat diberikan kepada orang-orang yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, bagi orang-orang yang tidak mampu mengerjakan pekerjaan tersebut, tidak perlu dimotivasi (Muchadarsyah,


(31)

2000:134-135). Orang-orang mau bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang tidak disadari. Kebutuhan setiap orang adalah sama misalnya setiap orang butuh makan dan minum tetapi keinginan dari setiap orang tidak sama karena dipengaruhi oleh selera kebiasaan dan lingkungannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja (Anorogo, 1992:56-58) yaitu :

1. Pekerjaan yang menarik

Biasanya apabila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan dengan senang atau menarik bagi dirinya, maka hasil pekerjaannya akan lebih memuaskan daripada dia mengerjakan pekerjaan yang tidak ia senangi. Demikian pulaapabila kita akan memberikan tugas pada seseorang, maka alangkah baiknya bila kita mengetahui apakah orang tersebut senang atau tidak dengan pekerjaan yang akan kita berikan. Hal ini dilakukan agar kita mendapatkan suatu hasil yang lebih memuaskan.

2. Upah yang baik.

Pada dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Karena adanya upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka akan timbul pula rasa gairah kerja yang semakin baik.

3. Lingkungan atau suasana kerja yang baik.

Lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik pula pada segala pihak, baik pada para pekerja, pimpinan ataupun pada hasil pekerjaannya.


(32)

4. Pengembangan karir

Seorang pemimpin yang bijaksana akan memperhatikan prestasi kerja bawahannya. Bagi karyawan yang memiliki prestasi yang baik akan diberikan penghargaan, berupa promosi untuk pengembangan karirnya. Hal ini mendorong motivasi pekerja untuk bekerja lebih giat lagi.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40). Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 :57).

Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

I.6.1. Variabel Bebas (X)

Variabel Bebas adalah sejumlah gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala atau faktor atau unsur lain, yang pada gilirannya gejala atau faktor atau unsur yang kedua itu disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel terikat tidak akan ada atau


(33)

tidak muncul. Selanjutnya apabila variabel ini berubah maka muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul (Nawawi, 1995 : 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kegiatan Konseling.

I.6.2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel lain (Nawawi, 1995 :57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Motivasi Kerja..

I.7. Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel yang dikelompokkan dalam kerangka konsep akan di bentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden Variabel Bebas (X)

Kegiatan Konseling

Variabel Terikat (Y)


(34)

I.8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk lebih memudahkan dalam penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel terkait sebagai berikut :

Tabel 1.1

Operasional Variabel

No. Variabel Teoritis Operasional Variabel

1. Variabel Bebas (X) Kegiatan Konseling

1. Konseling terarah (directive counseling)

2. Konseling tak terarah (non-directive counseling)

2. Variabel Terikat (Y) Motivasi Kerja

1. Pekerjaan yang menarik 2. Upah yang baik

3. Lingkungan atau suasana kerja yang baik 4. Pengembangan karir

3. Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Masa kerja 5. Jabatan


(35)

I.9. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang sangat membantu penelitian lain yang akan menggunakan variabel yang sama.

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas ( Kegiatan Konseling )

a. Konseling terarah (directive counseling), yakni konseling yang

pendekatannya terpusatkan kepada konselor. Dalam cara konseling seperti ini aktivitas yang utama terletak pada konselor. Pertama-tama konselor berusaha agar terjadi hubungan yang akrab, sehingga konseli menaruh kepercayaan kepadanya. Selanjutnya ia mengajukan pertanyaan-pertanyaannya dalam rangka mengumpulkan informasi. Data yang ia peroleh, ia analisis untuk pada tahap berikutnya melakukan diagnose; berusaha memahami masalah yang memberati

konseli. (Effendy, 1993:83).

b. Konseling tak terarah (non-directive counseling), yakni konseling yang

pendekatannya terpusatkan kepada konseli. Jenis ini dapat digunakan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan yang mendalam tentang psikologi. Dibandingkan dengan yang tradisional, konseling jenis ini lebih ampuh dalam membantu karyawan yang menderita frustasi.


(36)

2. Variabel Terikat ( Motivasi Kerja )

Motivasi kerja adalah mau bekerja keras untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja (Anorogo, 1992:56-60) :

a. Pekerjaan yang menarik

Biasanya apabila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan dengan senang atau menarik bagi dirinya, maka hasil pekerjaannya akan lebih memuaskan daripada dia mengerjakan pekerjaan yang tidak ia senangi. Demikian pula apabila kita akan memberikan tugas pada seseorang, maka alangkah baiknya bila kita mengetahui apakah orang tersebut senang atau tidak dengan pekerjaan yang akan kita berikan. Hal ini dilakukan agar kita mendapatkan suatu hasil yang lebih memuaskan. b. Upah yang baik

Pada dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Karena adanya upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka akan timbul pula rasa gairah kerja yang semakin baik.

c. Lingkungan atau suasana kerja yang baik

Lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik pula pada segala pihak, baik pada para pekerja, pimpinan ataupun pada hasil pekerjaannya


(37)

d. Pengembangan karir

Seorang pemimpin yang bijaksana akan memperhatikan prestasi kerja bawahannya. Bagi karyawan yang memiliki prestasi yang baik akan diberikan penghargaan, berupa promosi untuk pengembangan karirnya. Hal ini mendorong motivasi pekerja untuk bekerja lebih giat lagi.

I.10. Hipotesa

Hipotesa merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan dua variabel atau lebih. Hipotesa adalah kesimpulan yang masih harus dibuktikan dan diuji lagi kebenarannya (Nawawi : 1991 : 43).

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh kegiatan konseling terhadap motivasi kerja karyawan.

Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh kegiatan konseling terhadap motivasi kerja karyawan.


(38)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin yaitu communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan (Effendy, 1990:9).

Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.

Menurut Carl I. Hovland (Effendy, 1990:10), ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian


(39)

informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Defenisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public

opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan

kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam defenisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain

(communication is the process to modify the behavior of other individuals).

Harold Laswell (Effendy:1990:10), mengatakan bahwa cara yang paling baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut :

Who says what in which channel to whom with what effect. Paradigma Laswell

tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communican, communicate, receiver, recipient)

- Efek (effect, impact, influence)

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Laswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahwa setiap unsur diteliti secara khusus.

Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang


(40)

bermakna sama bagi kedua pihak. Dalam situasi tertentu, komunikasi menggunakan media tertentu untuk mencapai sasaran yang jauh tempatnya dan banyak jumlahnya. Dalam situasi tertentu pula komunikasi dimaksudkan atau ditujukan untuk merubah sikap, pendapat atau tingkah laku seseorang atau sejumlah orang, sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.

Menurut William Albig (Abdurrachman, 1990:30), komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti diantara individu-individu. Sedangkan Bernard Berelson mengemukakan pendapat Carl I. Hovland bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang individu (komunikator) mengoperkan perangsang (biasanya lambang-lambang bahasa) untuk merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan).

II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi meliputi lima unsur pokok yaitu komunikator, pesan, komunikan, media dan efek. Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pikirannya atau perasaannya kepada orang lain. Pesan adalah lambang yang membawakan pikiran atau perasaan komunikator, pesan yang disampaikan komunikator harus mempunyai pengertian yang sama dengan komunikan agar dapat dimengerti, sehingga komunikator akan mengetahui bagaimana reaksi dan respon dari komunikan terhadap pesan (message) yang

disampaikan. Hal ini merupakan salah satu faktor utama dalam public relations

sesuai dengan fungsinya.

Komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran komunikator ketika dia menyampaikan pesannya. Media adalah sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator apabila


(41)

komunikan berada di tempat yang jauh dari komunikator dan atau jumlahnya banyak. Sedangkan efek adalah tanggapan, respon atau reaksi dari komunikan ketika dia atau mereka menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah akibat dari proses komunikasi.

Faktor lainnya yang penting dan harus diperhatikan di dalam penyampaian

message kepada public adalah channel atau medium yang akan digunakan. Pesan

yang khusus sifatnya dan ditujukan kepada publik tertentu penyampaiannya memerlukan medium yang khusus pula. Komunikasi selanjutnya akan meliputi respon sebagai pesan yang disampaikan komunikan tadi kepada si pengirim pesan semula (komunikator).

II.2. Komunikasi Interpersonal

II.2.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, dapat berlangsung secara tatap muka (face to face) maupun

dengan menggunakan media seperti telepon, telegram, surat, dan sebagainya. Dean C. Barluns dalam Liliweri (1991:12) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. William G. Glueck dalam bukunya manajemen (Widjaja, 1986:8) mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar dua orang atau lebih dalam suatu kelompok kecil.


(42)

De Vito dalam Liliweri (1991:13) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

1. Keterbukaan (openess)

Segala ide, gagasan maupun permasalahan hendaknya diungkapkan secara bebas dan terbuka, karenanya antara komunikator dan komunikan harus saling mengerti dan memahami.

2. Empati (emphaty)

Pesan-pesan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak tanpa berpura-pura.

3. Dukungan (support)

Ide maupun gagasan yang dikomunikasikan hendaknya mendapat dukungan dari kedua belah pihak, dengan adanya dukungan tersebut akan menimbulkan semangat dalam melaksanakan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Rasa positif (positiveness)

Rasa positif yang timbul di dalam berkomunikasi dapat menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk berprasangka atau curiga antara satu dengan yang lain.

5. Kesamaan (equality)

Komunikasi yang berlangsung akan terasa terjalin lebih akrab dan kuat apabila terdapat berbagai kesamaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi.


(43)

Dari pelbagai sumber (Liliweri,1991:13) dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan terjadi sambil lalu saja.

2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. 3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antar peserta yang

tidak mepunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun tidak disengaja.

5. Komunikasi antar pribadi seringakali berlangsung berbalas-balasan. 6. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan

hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.

7. Komunikasi antar pribadi dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil.

8. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna.

II.2.2. Proses dan Efektivitas Komunikasi Interpersonal

II.2.2.1 Proses Komunikasi Interpersonal

Pengertian proses dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau peristiwa yang sedang berlangsung dalam mencapai suatu hasil tertentu. Proses komunikasi itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan atau peristiwa ketika pesan mulai disampaikan sampai terjadinya tindakan sebagai pengaruh dari pesan itu. Cara yang terbaik dalam menerangkan komunikasi menurut Harold Lasswell dalam bukunya “The Structure and Function of Communication in Society”


(44)

(Effendy:1990:10) adalah dengan menjawab pertanyaan who, says what, in which

channel, to whom and with what effect.

Formula tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Who (komunikator)

Merupakan pihak yang menyampaikan pesan yaitu pimpinan.

2. Says what (pesan)

Pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang dalam hal ini adalah perintah, peraturan, dan kebijaksanaan.

3. In which channel (media)

Sarana atau saluran yang mendukung pesan yang disampaikan, seperti telepon, memo, bulletin, dan sebagainya.

4. To whom (komunikan)

Pihak-pihak yang menerima pesan dari komunikator.

5. With what effect (efek yang ditimbulkan)

Dampak yang timbul sebagai pengaruh dari pesan.

Komponen komunikasi tersebut di atas harus saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Jika suatu komponen diabaikan maka kegiatan proses komunikasi tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses komunikasi antar pribadi memerlukan lambang-lambang sebagai media. Lambang sebagai media yang terdapat dalam Komunikasi Antar Pribadi dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:


(45)

1. Lambang verbal, yaitu penggunaan bahasa sebagai media. Bahasa merupakan lambang yang dapat mewakili kenyataan yang konkrit dan objektif disamping juga dapat mewakili hal-hal yang bersifat abstrak. 2. Lambang non verbal, dimana proses komunikasi yang berlangsung dengan

gejala yang menyangkut gerak-gerik (gesture), sikap (postures), ekspresi

(facial expression) dan gejala lain yang sama.

II.2.2.2 Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektivitas komunikasi interpersonal dalam hal ini adalah apabila tercapai tujuan dalam rangka mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku. Mc Grosky, Larson dan Knap dalam bukunya “An Introduction to Interpersonal Communication” (Effendy, 1981:37) mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi.

Steward L. Tubs dan Sylvia Moss (Rakhmat, 1986:38), mengemukakan bahwa komunikasi yang efektif setidaknya akan menimbulkan lima hal yaitu: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang baik dan tindakan. Pengertian, diartikan sebagai penerimaan yang cermat dari pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator. Kesenangan, komunikasi yang dilakukan bukan hanya menyampaikan informasi, melainkan untuk menjalin hubungan yang lebih akrab dan menyenangkan.

Pengaruh pada sikap, bagaimana agar pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi pendapat, sikap, dan tingkah laku seseorang. Hubungan yang semakin baik, komunikasi ditujukan untuk dapat membina hubungan social


(46)

diantara para komunikannya. Tindakan, merupakan tujuan yang diinginkan dari proses komunikasi.

Cherter I Barnard dalam Rakhmat (1986:38), mengatakan jika ditinjau dari unsur komunikasi maka seseorang akan menerima pesan jika terjadi empat kondisi sebagai berikut:

1. Ia dapat benar-benar mengerti pesan komunikasi.

2. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya bersangkutan bagi kepentingan pribadinya.

3. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai dengan tujuannya.

4. Ia mampu untuk menempati baik secara mental maupun secara fisik.

II.2.3. Teori self disclosure (Johari Window)

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan jendela Johari (Johari window).

diketahui tidak diketahui

sendiri sendiri

diketahui oranglain tidak diketahui oranglain

1. terbuka 2. buta


(47)

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang (jendela) itu.

Bidang 1, melukiskan suatu kondisi dimana antara seorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Bidang 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri.

Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.

Bidang 4, bidang tidak dikenal,dimana kedua pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan diantara mereka.

Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar pribadi ialah bidang 1, dimana antara komunikator dengan komunikan saling mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun demikian kenyataan hubungan antar pribadi tidak seideal yang diharapkan itu, ini disebabkan karena dalam berhubungan dengan orang lain betapa sering setiap orang mempunyai peluang untuk menyembunyikan atau mengungkapkan masalah yang dihadapinya.


(48)

II.3. Pengertian dan Fungsi Humas

II.3.1 Pengertian Humas

Istilah “hubungan masyarakat” yang disingkat “humas” sebagai terjemahan dari istilah public relations, di Indonesia sudah benar-benar memasyarakat dalam arti kata telah dipergunakan secara luas oleh departemen, jawatan, perusahaan, badan, lembaga, dan lain-lain. Menurut defenisi kamus terbitan Institude of Public Relations yakni sebuah lembaga humas terkemuka di

Inggris dan Eropa. Humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayak (Anggoro, 2000:2).

Dalam organisasi, Humas mempunyai tujuan untuk memberikan kepuasan terhadap semua pihak yang berkepentingan yaitu masyarakat umum, para karyawan dan para pemimpin organisasi itu sendiri. Sedangkan maksud dari aktivitas humas adalah untuk mencegah “miss understanding”. Untuk memperoleh penghargaan dari masyarakat dan mempengaruhi massa. Disamping itu, juga untuk meningkatkan moral para karyawan, atas penghargaannya dari hasil usahanya.

Sedangkan menurut kamus fund and wagnal, American standart desk

dictionary, istilah humas diartikan sebagai segenap kegiatan dan teknik atau kiat

yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya. Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City, ditetapkan defenisi Humas suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial


(49)

yang manganalisa berbagai kecenderungan, memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberikan masukan dan saran-saran kepada para pimpinan organisasi dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi atau kepetingan khalayak.

Para pemraktek public relations dari berbagai Negara di seluruh dunia,

yang terhimpun dalam organisasi yang bernama The International Public

Relations Association mengatakan humas adalah fungsi manajemen dari sikap

budi yang berencana dan berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau mungkin ada hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka, untuk mengorelasikan, sedapat mungkin kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerja sama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisian (Effendy, 1989 : 20-21).

Menurut Dr. Rex F. Harlow dalam Effendy (1989:21) seorang veteran professional hubungan masyarakat mendefenisikan Humas sebagai fungsi manajemen yang khas yang mendukung dan memelihara jalur bersama bagi komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan khalayaknya, melibatkan manajemen dalam permasalahan atau persoalan, membentu manajemen memperoleh penerangan mengenai dan tanggapan public, menetapkan dan menegaskan tanggungjawab manajemen dalam melayani kepentingan umum, menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan


(50)

perubahan secara efektif dalam penerapannya sebagai system peringatan secara dini guna membantu mengantisipasi kecenderungan dan menggunakan penelitian serta teknik-teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai kegiatan utama.

Menurut wakil para pakar Humas dari Negara maju, defenisi Humas adalah seni dan ilmu pengetahuan sosial untuk menganalisa kecenderungan, memprediksi konsekuensi-konsekuensi, menasehati para pemimpin organisasi dan melaksanakan program yang terencana mengenai kegiatan-kegiatan melayani, baik kepentingan publik atau umum. Rex F. Harlow dalam bukunya “public relations” mendefenisikan Humas sebagai suatu ilmu yang mempelajari dimana suatu organisasi mencoba memenuhi pertanggungjawaban masyarakat, menjamin pengakuan masyarakat dan bila perlu persetujuannya untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Batasan pengertian mengenai Humas, para ahli sampai saat ini belum ada satu kesepakatan secara tegas, pertama karena disebabkan banyaknya defenisi Humas yang satu sama lain saling berbeda pendapat tentang Humas. Kedua, terjadinya perbedaan pendapat tentang Humas tersebut diakibatkan adanya latar belakang yang berbeda, misalnya defenisi yang dilontarkan oleh kalangan akademis/teoritis perguruan tinggi tersebut akan lain bunyinya dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi. Dan ketiga, sesuatu yang menunjukkan baik secara teoritis maupun praktisi bahwa kegiatan Humas itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika masyarakat serta mengikuti kemajuan zaman.


(51)

Dari sekian defenisi/pengertian Humas dengan bahasa dan formulasi yang bervariasi diatas, hakikatnya terdapat persamaan. Hal itu terutama bahwa kegiatan Humas dimaksudkan untuk memperoleh pengertian, kepercayaan dan dukungan melalui suatu kegiatan komunikasi dua arah/timbal balik. Kegiatan komunikasi tersebut, baik dilakukan di dalam organisasinya, maupun komunikasi dengan publik-publik diluar organisasi.

II.3.2. Fungsi Humas

Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public Relations Principles and

Problems yang dikutip oleh Tolseley dan Campbell, Exporing Journalism,

mengemukakan tiga fungsi Public Relations (Suwardi, 2001:20) yaitu :

a). Mengabdi kepada kepentingan umum

Suatu usaha yang baik harus dibuat agar publik menaruh kepercayaan dan simpati kepada perusahaan beserta produktivitasnya. Soal kepercayaan dan simpati dari publik ini berhubungan dengan moral di pihak perusahaan. Usaha yang berhasil sampai publik menjadi langganan ialah sebagian dari tugas Public

Relations telah terlaksana. Taraf berikutnya adalah memelihara sikap publik

seperti itu. Sebab kalau tidak dipelihara, publik tersebut kemungkinan besar akan menjadi publik perusahaan lain atau saingan.

Jadi tujuan Public Relations ialah menciptakan sikap yang menyenangkan

antara organisasi dan publik, kemudian sikap yang berhasil diciptakan itu dibina untuk selanjutnya dipelihara sebaik-baiknya. Public Relations yang

mengutamakan kepentingan umum akan mengakibatkan adanya rasa senang pada pihak public terhadap organisasi. Sering terjadi kesalahpahaman antara organisasi dengan publik, dalam hubungan ini adalah tugas public relations untuk


(52)

mengatasinya sehingga kembali hubungan yang harmonis dimana pengertian bersama dan hasrat yang baik satu sama lain. Dalam pelaksanaannya harus ditunjukkan bahwa public relations lebih menumpahkan perhatiannya kepada

kepentingan umum daripada kepentingan organisasi. Dengan demikian suksesnya pekerjaan public relations berarti keuntungan organisasi.

b). Memelihara hubungan yang baik

Hubungan yang baik harus senantiasa dipelihara dan dipererat, baik antara organisasi maupun publik diluar organisasi. Adalah tugas public relations untuk

mencegah ketegangan-ketegangan dan bentrokan-bentrokan antara kedua organisasi tersebut. Dalam hubungan ini, tugas public relations ialah selalu memelihara adanya pengertian bersama dalam rangka membina suasana yang harmonis. Pimpinan perusahaan harus mendapat pengertian bagaimana penghidupan buruh dengan upahnya yang diterima itu. Dengan diberi pengertian berdasarkan fakta, pimpinan perusahaan akan menjalankan kebijaksanaan untuk memberi upah yang relatif tinggi sehubungan dengan keuntungan perusahaan. Dengan diberikan keterangan-keterangan yang dapat diterima, pihak kaum buruh tidak akan bersitegang urat leher kepada tuntutannya sampai terdapat titik pertemuan dalam jumlah upah yang merupakan kemampuan pihak pimpinan perusahaan dan yang dituntut pihak kaum buruh.

Untuk memelihara suasana agar selalu harmonis banyak jalan yang harus dilakukan oleh public relations, dengan mengadakan pertemuan kekeluargaan, pertandingan olahraga, mengadakan darmawisata dan sebagainya. Dalam suasana seperti itu akan mendapat hubungan yang akrab. Dimana suasana kantor yang kaku akan berubah menjadi suasana kekeluargaan yang menyenangkan.


(53)

Organisasi apapun dalam menjalankan kegiatannya tidak akan selalu berlangsung dengan lancar dan baik sebagaimana diharapkan pimpinannya. Pada suatu waktu kemungkinan besar akan menemui hal yang tidak diinginkan yang akan merugikan apabila diketahui umum. Dan jika hal itu bernilai berita, maka wartawan akan memuatnya dalam surat kabar.

Dalam hubungan dengan kejadian seperti itu, kemungkinan besar yang dapat mengatasinya ialah hubungan yang baik dengan wartawan. Disebabkan hubungan yang baik, mungkin sekali si wartawan akan mengadakan hubungan dahulu dengan pihak petugas public relations. Di sebabkan hubungan yang baik

besar pula kemungkinan si wartawan hanya memberikan hal yang tidak merugikan organisasi dimana humas harus mengadakan hubungan yang sebaik-baiknya.

c. Menitikberatkan usaha dan tingkah laku yang baik

Kegiatan public relations harus dititikberatkan kepada moral dan kelakuan

yang baik. Dengan menyadari tujuan public relations, yakni menciptakan,

membina dan memelihara sikap yang menyenangkan pihak organisasi dan pihak publik, maka moral dan kelakuan yang baik yang harus ditujukan oleh public

relations adalah merupakan keharusan. Bagaimana bisa menciptakan sikap yang

menyenangkan dan suasana yang harmonis, apabila public relations tidak

mendapat kepercayaan , baik dari organisasi maupun dari publik. Untuk mendapatkan kepercayaan ini, harus menunjukkan moral yang tinggi dan kelakuan yang baik.

Oleh karena itu, setiap perbuatan yang akan dijalankan oleh public


(54)

pekerjaan dilaksanakan harus dipertimbangkan dahulu dengan baik dan diperhitungkan dengan seksama. Seorang petugas public relations harus

menguasai ilmu publisistik yang mencakup pengetahuan, pengertian, sifat, fungsi dan tujuan public relations sebaik-baiknya.

II.4. PENGERTIAN KONSELING

Secara etimologi, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “berasama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” (Lubis, 2006:6).

Sedangkan pengertian konseling secara terminology atau istilah terdapat beberapa pendapat para pakar, diantaranya Jones (1951) yang dikutip oleh Prayitno & Ermananti (1990:100) dalam Lubis (2006:6) mendefenisikan konseling sebagai berikut : Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman seseorang difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.

Proses konseling akan terlaksana manakala terlihat beberapa aspek berikut ini (Lubis, 2006:7) :

a. Terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien.


(55)

b. Terjadi dalam suasana yang profesional.

c. Dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.

Disamping itu, konseling merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Counseling” berasal dari kata “Councel” atau “to councel” yang artinya memberikan nasehat atau anjuran kepada orang lain secara berhadapan muka

(face to face of relation). Jadi arti konseling adalah pemberian nasihat atau

penasihatan kepada orang lain mengenai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.

Konseling merupakan bagian dari bimbingan, bahkan layanan konseling merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan. Konseling adalah suatu proses dimana seorang konselor yang terlatih membantu individu, kelompok orang atau ahli keluarga untuk memahami diri dan orang lain bagi penyelesaian masalah dan konflik harian (Lubis, 2006:7-8).

Kata “konseling” mencakup bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah. Tugas konseling adalah memberikan kesempatan kepada “klien” untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu.(McLeod, 2006:5).

Konseling mengindikasikan hubungan professional antara konselor terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individu ke individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu orang. Konseling didesain untuk menolong klien untuk memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan,


(1)

-

Selama Anda bekerja, hal apa yang Anda anggap tidak sesuai dan mengganggu

kinerja di perusahaan?

(……… )

-

Untuk perbaikan di masa mendatang, apa saran yang dapat Anda berikan untuk

kemajuan perusahaan?

(………)


(2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

0 1 1 3 3 5 4 4 2 2 2 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

0 2 2 3 3 5 4 4 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2

0 3 1 3 3 5 3 4 3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 3

0 4 1 3 3 5 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3

0 5 1 3 3 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3

0 6 2 3 3 5 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 4 2 2 3 4 3 3

0 7 2 3 2 5 3 4 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3

0 8 1 3 2 5 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3

0 9 1 3 3 5 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3

1 0 1 3 4 5 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 1 3

1 1 2 3 3 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

1 2 2 3 3 5 4 4 3 4 3 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3

1 3 2 3 2 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3

1 4 1 3 3 5 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3

1 5 2 3 3 5 4 2 3 4 3 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3

1 6 1 3 3 5 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3

1 7 2 3 3 5 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3

1 8 2 3 3 5 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

1 9 2 3 2 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3

2 0 1 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

2 1 2 3 2 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3

2 2 1 3 3 4 4 4 3 4 3 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3

2 3 2 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 4 1 3

2 4 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 1 3

2 5 1 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3

2 6 1 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3

2 7 1 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3

2 8 2 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

2 9 2 3 2 2 4 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4

3 0 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3

3 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3

FOTRON COBOL No

KR Kegiatan Konseling (X) Motivasi Kerja (Y)


(3)

3 3 2 3 2 1 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3

3 4 1 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3

3 5 2 3 2 1 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

3 6 2 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3

3 7 2 3 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 1 3 2 3

3 8 1 3 3 1 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3

3 9 1 3 3 1 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3

4 0 1 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3

4 1 1 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3

4 2 1 3 3 1 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4

4 3 2 3 3 1 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3

4 4 2 3 3 1 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 2 4

4 5 1 3 2 1 4 2 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 3 4

4 6 2 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3

4 7 1 2 4 3 4 4 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 1 2 3 2

4 8 1 2 2 3 3 4 3 4 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 4 3 3

4 9 1 2 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 3

5 0 1 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 3

5 1 1 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 4

5 2 2 4 2 1 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 3 2 2 4 3 4

5 3 2 3 2 1 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3

5 4 2 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2 4 3 3

5 5 1 2 4 4 3 4 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3

5 6 1 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 2 3 3

5 7 2 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 1 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3

5 8 1 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3

5 9 1 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3

6 0 1 3 2 3 4 4 3 2 2 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3

6 1 1 2 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3

6 2 2 2 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3

6 3 2 2 2 2 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

6 4 1 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3

6 5 1 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3

6 6 2 2 2 5 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3


(4)

6 8 1 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3

6 9 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3

7 0 1 2 2 1 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 4

7 1 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3

7 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3

7 3 1 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3

7 4 2 3 4 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3

7 5 1 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3

7 6 1 3 4 5 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

7 7 1 3 2 5 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3

7 8 1 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3

7 9 1 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3


(5)

X

Y

0

1

23

37

0

2

24

36

0

3

21

28

0

4

27

42

0

5

25

40

0

6

26

41

0

7

23

35

0

8

23

40

0

9

24

36

1

0

27

39

1

1

25

41

1

2

25

37

1

3

26

37

1

4

26

44

1

5

23

38

1

6

24

37

1

7

24

44

1

8

26

42

1

9

25

40

2

0

23

41

2

1

27

41

2

2

25

38

2

3

25

35

2

4

24

42

2

5

26

41

2

6

25

43

2

7

23

40

2

8

27

42

2

9

26

43

3

0

24

36

3

1

22

33

3

2

26

41

3

3

27

42

3

4

22

37

3

5

24

41

3

6

25

40

3

7

26

42

3

8

28

41

3

9

24

38

4

0

24

40

4

1

23

45

4

2

25

42

4

3

29

43


(6)

4

4

29

46

4

5

27

41

4

6

25

36

4

7

24

33

4

8

23

32

4

9

27

41

5

0

25

38

5

1

26

42

5

2

26

46

5

3

26

44

5

4

26

40

5

5

23

38

5

6

24

36

5

7

23

35

5

8

27

40

5

9

24

39

6

0

22

38

6

1

26

37

6

2

26

45

6

3

26

42

6

4

27

42

6

5

23

40

6

6

26

42

6

7

24

43

6

8

25

35

6

9

22

33

7

0

24

41

7

1

26

40

7

2

22

40

7

3

25

39

7

4

25

40

7

5

26

45

7

6

27

42

7

7

23

33

7

8

22

42

7

9

25

40


Dokumen yang terkait

Peranan Analisis Strenghts Weakness Opportunities Threats (Swot) Pada PT. Indosat,TBK Jl. Perintis Kemerdekaan 39 Medan

8 141 66

Komunikasi Kelompok Kecil Dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi kerja Karyawan PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun)

2 70 103

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi Regional Wilayah Barat Medan.

17 121 80

Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT Oriflame Medan

14 127 155

Budaya Komunikasi Di Organisasi Dan Motivasi Kerja Karyawan (Studi Korelasional Budaya Komunikasi Di Organisasi Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan)

0 45 209

Internal Public Relations Dan Motivasi Kerja Karyawan (Studi Korelasional Tentang Peranan Kegiatan Internal Public Relations Dengan Motivasi Kerja Karyawan Pada HO PT. Wilmar Group Medan)

7 65 92

Kegiatan Employee Relations Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Tentang Kegiatan Employee Relations dan Kepuasan Kerja Karyawan di PT. CIMB NIAGA Tbk Jl. Pemuda No. 14 Medan)

3 48 87

Komunikasi Kelompoko Kecil dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Consultant PT Oriflame Medan)

0 0 26

Komunikasi Kelompoko Kecil dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Consultant PT Oriflame Medan)

0 0 3

Komunikasi Kelompok Kecil Dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi kerja Karyawan PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun)

0 1 11