Laju Assimilasi Bersih Panjang Ruas cm

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata.

9. Laju Assimilasi Bersih

Komponen yang terlibat dalam LAB adalah luas daun dan bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Rataan laju assimilasi bersih pada umur 6 bulan disajikan pada Tabel 14, sedangkan hasil sidik ragam pada Lampiran 12. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada umur 6 bulan dosis pupuk dan klon serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap laju assimilasi bersih. Dari hasil analisi menunjukkan bahwa pada umur 6 bulan nilai LAB tertinggi diperoleh pada perlakuan P 1 K 2 25 klon GT1 yaitu 0,0053, sedangkan LAB yang terendah terdapat pada P K 2 pemberian pupuk ekstra 0 pada klon GT1 yaitu 0.0014. Tabel 14. Rataan Pengujian Ketahanan Klon terhadap C.gloeosporioides dengan Pemberian Pupuk Ekstra N,K peubah Laju Asssimilasi Bersih gdm 2 minggu pada umur 6 Bulan Perlakuan Interval dosis Pupuk Ekstra N,K Rataan P P 1 25 P 2 50 P 3 75 K 1 BPM1 0.0035 0.0029 0.0037 0.0043 0.0036 K 2 GT1 0.0014 0.0053 0.0044 0.0039 0.0037 K 3 BPM 24 0.0020 0.0052 0.0034 0.0030 0.0034 K 4 PB 260 0.0034 0.0031 0.0037 0.0050 0.0038 Rataan 0.0025 0.0041 0.0038 0.0040 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata. Syamsafitri : Studi Virulensi Isolat Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Dan Pemberian Pupuk Ekstra N,K…, 2008 USU e-Repository © 2009

10. Panjang Ruas cm

Rataan panjang ruas umur 6 bulan disajikan pada Tabel 15, sedangkan hasil sidik ragam pada Lampiran 13 Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan klon karet berpengaruh nyata, tetapi dosis pupuk dan interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang ruas umur 6 bulan. Perlakuan klon karet menunjukkan pengaruh nyata terhadap panjang ruas. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa panjang ruas terpanjang terdapat pada klon K4 PB 260 yaitu 13,08 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan K 3 BPM 24 yaitu 12,36 cm, perlakuan K 2 GT 1 yaitu 11,84 cm, dan perlakuan K 1 BPM 1 yaitu 8,18 cm. Pemberian pupuk ekstra 25 P1 memberikan hasil yang lebih tinggi terhadap panjang ruas klon K4 PB260 yaitu 17,33 cm. Tabel 15. Rataan Pengujian Ketahanan Klon terhadap C.gloeosporioides dengan Pemberian Pupuk Ekstra N,K peubah Panjang Ruas cm pada umur 6 Bulan Perlakuan Interval dosis Pupuk Ekstra N,K Rataan P P 1 25 P 2 50 P 3 75 K 1 BPM1 8.38 7.67 6.33 10.33 8.18 b K 2 GT1 13.67 10.67 11.67 11.33 11.83 c K 3 BPM 24 12.27 13.00 14.50 9.67 12.36 d K 4 PB 260 13.00 17.33 12.33 9.67 13.08 a Rataan 11.83 12.17 11.21 10.25 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata. Syamsafitri : Studi Virulensi Isolat Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Dan Pemberian Pupuk Ekstra N,K…, 2008 USU e-Repository © 2009 y = -0.0028x 2 + 0.15x + 13.583 R 2 = 0.7754 K4 y = -0.0022x 2 + 0.1418x + 11.912 R 2 = 0.7943 K3 y = 0.0019x 2 - 0.1233x + 8.6777 R 2 = 0.7878 K1 y = 0.0011x 2 - 0.104x + 13.4 R 2 = 0.7156 K2 - 5,00 10,00 15,00 20,00 20 40 60 80 Dosis Pupuk Ekstra N,K P a nj a n g R ua s c m Rataan K1 Rataan K2 Rataan K3 Rataan K4 Gambar 13. Hubungan panjang ruas dengan interval dosis pupuk ekstra N, K Hubungan laju assimisali bersih dengan dosis pupuk dapat dilihat pada gambar 13.dimana hubungannya menunjukkan pola kuadratikpada setiap klon. Hasil analisis menunjukkan klon BPM1 K 1 adalah R 2 = 0,78, pada klon GT1K 2 nilai koefisien determinannya adalah R 2 = 0,71, pada klon BPM 24 K 3 nilai koefisien determinannya adalah R 2 = 0,79, sedangakan pada klon PB 260 K 4 nilai koefisien determinannya adalah R 2 = 0,77.

11. Diameter Batang mm

Dokumen yang terkait

Uji Ketahanan Beberapa Genotipe Tanaman Karet Terhadap Penyakit Corynespora cassiicola dan Colletotrichum gloeosporioides di Kebun Entres Sei Putih

1 85 68

Studi Karakter Fisiologis Dan Sifat Aliran Lateks Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300.

1 55 60

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Ketahanan Klon IRR Seri 200 Terhadap Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Di Laboratorium

0 38 63

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium

1 54 88

PATOTIPE COLLETOTRICHUM GLOEOSPORIOIDES PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI DI PROVINSI LAMPUNG

0 9 27

Pewarisan Karakter Ketahanan pada Cabai (Capsicum annum x Capsicum chinese) terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides Penz.)

0 6 86

KETAHANAN LAPANGAN TANAMAN KARET KLON IRR SERI 100 TERHADAP TIGA PATOGEN PENTING PENYAKIT GUGUR DAUN

0 0 12

UJI KETAHANAN KLON KARET IRR SERI 400 TERHADAP BEBERAPA ISOLAT PENYAKIT GUGUR DAUN Colletotrichum Resistance Test of Rubber IRR 400 Series to Saveral Isolates Colletotrichum Leaf Fall Disease

0 0 12