Walaupun demikian dari tabel 9, terlihat bahwa pada umur 6 bulan nisbi akar tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan P
2
pupuk ekstra 50 yaitu 0,165 dan terendah pada perlakuan P
tanpa pupuk ekstra yaitu 0,123. Nisbi akar tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan K
2
GT1 yaitu 0,166 dan terendah pada perlakuan K
3
BPM 24 yaitu 0,104. Tabel 11. Rataan Pengujian Ketahanan Klon terhadap C.gloeosporioides dengan
Pemberian Pupuk Ekstra N,K peubah Nisbah Akar Tajuk gr pada umur 6 Bulan
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi
menunjukkan tidak berbeda nyata Perlakuan
Interval dosis Pupuk Ekstra N,K Rataan
P P
1
25 P
2
50 P
3
75 K
1
BPM1 0.137 0.159 0.180 0.19 0.166
K
2
GT1 0.123 0.157
0.103 0.27
0.164 K
3
BPM 24 0.067
0.077 0.167
0.11 0.104
K
4
PB 260 0.163
0.167 0.150
0.09 0.143
Rataan 0.123 0.140
0.150 0.165
7. Laju Pertumbuhan Nisbi Akar
Rataan laju pertumbuhan nisbi akar dari umur 4 - 5 bulan disajikan pada Tabel 12, sedangkan hasil sidik ragam pada Lampiran 10.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada umur 6 bulan dosis pupuk dan interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata, tetapi klon berpengaruh
nyata terhadap laju pertumbuhan nisbi akar. Perlakuan K
1 ,
BPM 1 menunjukkan
Syamsafitri : Studi Virulensi Isolat Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Dan Pemberian Pupuk Ekstra N,K…, 2008 USU e-Repository © 2009
nilai LPNA = 0,520 g.g-1.minggu yang tidak berbeda nyata dengan K
4,
PB260 yaitu 0,489 g.g-1.minggu dan K
3
BPM 24 yaitu 0,389 g.g-1.minggu.
Tabel 12. Rataan Pengujian Ketahanan Klon terhadap C.gloeosporioides dengan Pemberian Pupuk Ekstra N,K peubah Laju Pertumbuhan Nisbi Akar
g.g-1.minggu pada umur 6 Bulan Perlakuan
Interval dosis Pupuk Ekstra N,K Rataan
P P
1
25 P
2
50 P
3
75 K
1
BPM1 0.583 0.450 0.487 0.56 0.520 a
K
2
GT1 0.355 0.224
0.362 0.23
0.292 b
K
3
BPM 24 0.303
0.581 0.340
0.33 0.389 ab
K
4
PB 260 0.365
0.764 0.427
0.40 0.489 a
Rataan 0.402 0.505 0.404 0.380
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi
menunjukkan tidak berbeda nyata.
Hasil analisis interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap peubah LPNA, akan tetapi nilai LPNA tertinggi diperoleh pada perlakuan P
1
K
4
25 dosis pupuk ekstra dan Klon PB260 yaitu 0,764 g.g-1.minggu, sedangkan LPNA yang
terkecil diperoleh dari perlakuan P
1
K
2
25 dosis pupuk ekstra dan Klon GT1 yaitu 0,223 g.g-1.minggu.
Syamsafitri : Studi Virulensi Isolat Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Dan Pemberian Pupuk Ekstra N,K…, 2008 USU e-Repository © 2009
Sumber : Koleksi Penelitian Gambar 11. Perakaran Klon Karet yang diberi perlakuan pupuk ekstra N, K
0, 25, 50 dan 75 searah jarum jam
.8. Laju Pertumbuhan Nisbi Tajuk
Rataan laju pertumbuhan nisbi tajuk dari umur 6 bulan disajikan pada Tabel 13, sedangkan hasil sidik ragam pada Lampiran 11.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada umur 6 bulan dosis pupuk dan klon serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap laju
pertumbuhan nisbi tajuk. LPNT tertinggi pada umur 6 bulan adalah perlakuan P
3
K
4
75 pupuk ekstra dan klon PB260 yaitu 0,32 g.g-1.minggu sedangkan yang terendah pada perlakuan P
K
2
0 pupuk ekstra dengan klon GT1 dan perlakuan P
3
K
3
75 pupuk ekstra dengan klon BPM 24 yaitu 0,13 g.g-1.minggu. Tabel 13. Rataan Pengujian Ketahanan Klon terhadap C.gloeosporioides dengan
Pemberian Pupuk Ekstra N,K peubah Laju Pertumbuhan Nisbi Tajuk g.g-1.minggu pada umur 6 Bulan
Perlakuan Interval dosis Pupuk Ekstra N,K
Rataan P
P
1
25 P
2
50 P
3
75 K
1
BPM1 0.28 0.22 0.20 0.26 0.239
K
2
GT1 0.13 0.25 0.24 0.27
0.222 K
3
BPM 24
0.22 0.16 0.15
0.13 0.163
K
4
PB 260
0.19 0.17 0.20
0.32 0.218
Rataan 0.203
0.201 0.196
0.242
Syamsafitri : Studi Virulensi Isolat Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Dan Pemberian Pupuk Ekstra N,K…, 2008 USU e-Repository © 2009
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi
menunjukkan tidak berbeda nyata.
9. Laju Assimilasi Bersih