W2 – W1 ln La2 – ln La1 LAB = ———— x ——————— gdm2minggu
T2 – T1 La2 – La1 W1 = bobot kering tanaman pada pengamatan 1
W2 = bobot kering tanaman pada pengamatan 2 La1 =luas daun total pada pengamatan 1
La2 = luas daun total pada pengamatan 2 T1 = Waktu pengamatan 1
T2 = Waktu pengamatan 2
8. Panjang ruas cm
Panjang ruas diukur pada akhir penelitian yaitu pada saat tanaman berumur 6 bulan
9. Diameter batang mm
Pengukuran diameter batang tanaman dilakukan 2 kali yaitu pada umur 4 dan 6 bulan.
10. Intensitas Penyakit diseases severity
Pengamatan intensitas serangan penyakit dilakukan 10 hari setelah inokulasi dengan mengamati 15 helai daun yang diambil dari 5 tangkai terbawah dari payung
teratas Rahayu dkk, 2005, dan selanjutnya dilakukan pengukuran pada saat tanaman telah berpayung dua umur 4 bulan dengan pengukuran 1x 2 hari sebanyak 5 kali
pengamatan dalam rumus Towsendt dan Hueberger Unterstenhover, 1963 berikut: ∑ni x vi
I = ---------------x 100 NxV
Syamsafitri : Studi Virulensi Isolat Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Dan Pemberian Pupuk Ekstra N,K…, 2008 USU e-Repository © 2009
I = Intensitas serangan n = jumlah daun ke-i
v = skala serangan ke-j N = jumlah daun yang diamati
V = Nilai score tertinggi 6+6
Tabel 2. Nilai bercak atau cacat daun C. glooesporiodes
Nilai Score Keterangan
Tidak terdapat bercak atau cacat pada daun
1 Terdapat bercak atau cacat pada daun 116 bagian
2 Terdapat bercak atau cacat pada daun 18 bagian
3 Terdapat bercak atau cacat pada daun 14 bagian
4 Terdapat bercak atau cacat pada daun 12 bagian
5 Terdapat bercak atau cacat pada daun 12 bagian
6 Daun gugur akibat C.gloeosporiodes
Soekirman,2004.
11. Laju Infeksi r
Pengukuran dilakukan setelah inokulasi pada umur tanaman ±
3 bulan dan selanjutnya pada saau tanaman telah berpayung 2 sampai tanaman berumur 6 bulan.
2,3 x
2
x
1
r = --------- [
log 10 -
log 10 -------- ]
t
2
–t
1
1 – x
2
1 – x
1
r = laju infeksi t
1
= waktu pengamatan pertama t
2
= waktu pengamatan kedua x
1
= proporsi bagian tanaman bagian dari populasi tanaman yang terkena infeksi pada pengamatan pertama
Syamsafitri : Studi Virulensi Isolat Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Dan Pemberian Pupuk Ekstra N,K…, 2008 USU e-Repository © 2009
x
2
= proporsi bagian tanaman bagian dari populasi tanaman yang terkena infeksi pada pengamatan kedua
Oka,1993.
Analisis Data
Untuk mengetahui pertumbuhan antar 4 klon yang diuji dengan perlakuan dosis pupuk ekstra N, K , dilakukan analisis statistik dengan menggunakan pola
Rancangan Acak Kelompok Lengkap RAKL dan dilanjutkan dengan uji F. Apabila uji F menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan,
dilanjutkan dengan uji beda jarak berganda Duncan Duncan Multiple Range Test pada taraf beda nyata 5 Gomez et al., 1995.
Syamsafitri : Studi Virulensi Isolat Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Dan Pemberian Pupuk Ekstra N,K…, 2008 USU e-Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Uji virulensi isolat C.gloeosporioides
Uji virulensi isolat C.gloeosporioides dilakukan berdasarkan periode laten masa inkubasi , laju perkembangan bercak dan intensitas penyakit disease severity
Ketiga parameter menunjukkan adanya korelasi dan hubungan dan dijelaskan satu persatu sebagai berikut:
1. Periode Laten
Hasil analisis menunjukkan bahwa klon yang diuji dan isolat memiliki perbedaan sangat nyata terhadap periode laten. Tetapi interaksi kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap periode laten. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan rataan periode laten terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Periode laten Hari I Isolat
Rataan Perlakuan
I
1
Isolat Langkat I
2
Isolat Deli Serdang BPM1
3.00 ab 2.40 de
2.70 b GT1
2.80 cd 2.25 ef
2.53 bc BPM 24
2.60 cde 2.00 f
2.30 c PB 260
3.20 a 2.80 bc
3.00 a Rataan
2.90 a 2.36 b
2.61 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok perlakuan
yang sama berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan uji DMRT. Periode laten yang paling lama pada perlakuan K
4
I
1
PB 260 dan Isolat asal Langkat yaitu 3,20 hsi yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan K
1
I
1
3,00 hsi , K
1
I
2
2,40 hsi, K
2
I
1
2,8 hsi, K
2
I
2
2,25 hsi, K
3
I
1
2,60 hsi, K
3
I
2
2 hsi dan K
4
I
2
Syamsafitri : Studi Virulensi Isolat Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Dan Pemberian Pupuk Ekstra N,K…, 2008 USU e-Repository © 2009
2,80 hsi. Periode laten yang paling cepat adalah perlakuan K
3
I
2
klon BPM 24 isolat Deli Serdang yaitu 2 hsi dibandingkan dengan K
3
I
1
BPM 24 isolat Langkat yaitu 2,60 hsi, demikian juga dengan K
1
I
2
BPM 1 dan isolat Deliserdang periode latennya lebih cepat yaitu 2,40 hsi dibanding dengan K
1
I
1
BPM 1 dan isolate Langkat yaitu 3,00 hsi. K
2
I
2
GT1 dan isolate Deliserdang periode latennya adalah 2,25 hsi lebih lama disbanding dengan K
2
I
1
GT1 dan isolat Langkat yaitu 2,80 hsi.
2. Laju Perkembangan Bercak