1.5 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengacu kepada pendapat Nettl 1964: 62 yang mengatakan ada dua hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian
dalam disiplin etnomusikologi. Dua hal itu adalah kerja lapangan field work dan kerja laboratorium desk work.
Penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu sebuah metodologi penelitian yang mencakup pandangan-pandangan falsafah
mengenai disiplin inquiry dan mengenai realitas objek studi dalam ilmu-ilmu sosial dan tingkah laku Sanapiah 1990:1. Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian
kasus dan lapangan sangat tepat untuk menganalisa berbagai permasalahan, seperti memahami makna yang mendasari tingkah laku partisipan, eksplorasi untuk
mengidentifikasi tipe-tipe informasi baru yang hendak dikumpulkan untuk memahami keadaan yang terbatas jumlahnya dengan folus yang mendalam dan terinci, dan
mempersoalkan variable-variabel menurut pandangan dan defenisi partisipan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan suatu penelitian diperlukan panduan yang merupakan suatu referensi bagi peneliti. Oleh karenanya, penulis melakukan pencarian bahan-
bahan sebelum melakukan penelitian ke lapangan. Terlebih dahulu penulis melakukan studi kepustakaan, seperti bahan-bahan bacaan mengenai teori, konsep, bahkan
Universitas Sumatera Utara
tulisan-tulisan lain yang berhubungan atau sedikitnya mempunyai kesamaan dengan judul penelitian ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1 Buku Budaya Musik Tari dan Sumatera Utara 2008 oleh Muhammad
Takari dan Heristina Dewi. Dalam buku ini dimuat tentang sejarah budaya music dan tari Melayu dari era animism, Hindu, Budha, Islam, penjajahan Eropa, dan era
globalisasi. Yang menarik dalam buku ini juga dibahas tentang akulturasi music Portugis dan Melayu yang terdapat dalam tarian joget atau branle Portugis. Dalam
buku ini juga diuraikan secara singkat tentang kedudukan alat musik akordion, dan gaya music Melayu yang disebut dengan gerenek, cengkok, dan patah lagu.
2 Buku Jatidiri Melayu 1995 oleh Luckman Sinar. Dalam buku ini
dibahas tentang siapa itu orang Mlayu, baik dari perspektif orang-orang Eropa, penulis asing, maupun di kalangan orang Melayu sendiri. Buku ini sangat relevan dengan
topic kajian ini, yaitu Zulfan Effendi Lubis merasa dirinya sebagai orang Melayu yang bernenek moyang orang Mandailing.
3 Jurnal Etnomusikologi Vol 1 Nomor 2 oleh Muhammad Takari yang
berjudul Komunikasi dalam Seni Pertunjukan Melayu. Dalam artike ini, Takari banyak menyoroti bagaimana seni pertunjukan musik dan tari Melayu dikomunikasikan dari
para seniman kepada khalayak penontonnya. Kemudian ia mengkaji aspek bahasa verbal yang terdapat dalam genre-genre seni Melayu, seperti: ronggeng, nazam,
gurindam, ahoi, dan lain-lain. Tulisan ini memberikan wawasan aspek komunikasi seni Melayu kepada saya.
Universitas Sumatera Utara
4 Penelusuran online Wikipedia yang berisi tentang sejarah dan jenis-jenis
akordion. Termasuk akordion yang terdapat dalam kebudayaan Melayu. 5
Selain itu, penulis juga mencari referensi dari beberapa skripsi mahasiswa etnomusikologi, seperti Siti Sitanggang yang membahas tentang biografi
dan gaya melodis permainan akordion seorang pemusik Melayu yang bernama Ahmad Setia, dan Jagar Lumbantoruan yang membahas tentang Analisis Gaya Melodi
Talempong.
1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan 1.5.2.1 Observasi