2.4 Prestasi dan Kegiatan yang diikuti Zulfan Effendi Lubis
Prestasi yang dilakukan Zulfan Effendi bukan hanya terdapat dari kemahirannya menainkan lagu-lagu Melayu pada akordion. Saat ini ia dikenal sebagai
pemain akordion dan merupakan penggubah lagu Melayu yang handal. Ia banyak menggubah lagu Melayu dengan nuansa yang berbeda dan banyak disukai oleh
masyarakat pencinta musik Melayu. Ia membuat karya mengkolaborasikan unsur musik lain, seperti Padang Pasir, Karo, Pakpak ke dalam musik Melayu.
Awalnya Zulfan sangat sulit mencari penyanyi yang akan membawakan karyanya ini. Ia menunjuk Syaiful Amri sebagai penyanyi laki-laki, dan Layla Hasyim
sebagai penyanyi wanitanya. Layla Hasyim tidak menyetujui tawaran ini pada awalnya. Ia khawatir akan banyak masyarakat Melayu yang marah dan menolak
karena tidak suka lagunya diubah-ubah. Layla takut kaset yang akan mereka produksi
Universitas Sumatera Utara
tidak akan laku di pasaran. Namunn demikian, Zulfan selalu meyakinkan kedua penyanyinya ini untuk bekerja sama dengannya, dan usahanyapun tidak sia-sia.
Tahun 95-an lah itu bapak niat mau rekamkan lagu-lagu Melayu yang bapak gubah itu kan. Waktu itu payah kali saya cari orang
yang mau diajak nyanyikan lagu ini untuk direkam. Bapak tanyalah si Laiyla Hasim sama si Syaiful Amri waktu itu, eh si Layla bilang
enggak berani karena dia takut marah pulak nanti orang Melayu kalau kita bawa lagunya kayak gitu.
Baru teruslah saya yakinkan dia kan, enggak usah takutlah, Enggak mungkin marahlah, orang bukannya yang jelek kita buat. Kalau si
Amri mau aja dia. Baru tahun 1997 lah kami rekaman. Kemudian pada tahun1997, mereka merekamkan lagu-lagu mereka dalam
bentuk kaset di studio rekaman SN Record dengan judul album Dua Dimensi. Mereka memproduksi kaset album ini sebanyak 500.000 kaset, dan habis tiap minggunya
sebanyak 5000 kaset. Zulfan dan grup musiknya ini kembali membuat 2 album baru yang berjudul Melayu 3 in 1 Ujung Sirih dan album Melayu 3 dimensi Pucuk
Pisang 2. Dari setiap penjualan 1 kaset, Zulfan menerima Rp. 200. Semua album
kasetnya diproduksi sebanyak 800.000 kaset, sehingga ia memperoleh Rp. 160.000.000 dari hasil penjualan kaset tersebut. Namun kaset tersebut kabarnya
banyak dibajak oleh para pembajak kaset. Sampai saat ini, Zulfan tidak pernah menerima kabar kasetnya dicetak ulang
lagi. Ketika ia berada di Riau, ia menemukan kasetnya di toko kaset yang ada di Riau. Bahkan saat ia berada di Malaysia untuk bermain akordion pada suatu acara, ia
mendengarkan kasetnya sedang diputar di mobil yang ditumpanginya. Zulfan kecewa dengan keadaan ini, ia mengetahui bahwa karyanya telah dibajak oleh orang lain dan
Universitas Sumatera Utara
dicetak ulang tanpa sepengetahannya. Sedangkan ia hanya mengetahui bahwa master lagu-lagu ini dipegang oleh Layla Hasyim yang merupakan orang yang mendanai
produksi kaset ini. Tetapi Zulfan tidak ingin berprasangka buruk kepada rekan kerja yang juga merupakan temannya ini. Ia menganggap ini semua adalah pekerjaan orang-
orang usil yang ingin mencari keuntungan dari orang lain. Bersama temannya Syaiful Amri, Zulfan pernah melaporkan pembajakan kaset
ini ke Polisi Daerah Polda Sumut. Kasus ini diusut sampai ke Kejaksaan kota Medan. Para pembajak kaset akhirnya di tangkap dan denda sebanyak Rp. 20.000.000
atas pelanggaran undang-undang pembajakan kaset tanpa izin. Tetapi masalah ini masih berlanjut sampai saat ini. Zulfan pernah menemukan karyanya dalam bentuk
VCD dengan video klip pemandangan-pemandangan alam atau tempat-tempat wisata. Padahal ia tidak pernah syuting video klip sebelumnya. Zulfan benar-benar merasa
kecewa dengan keadaan ini, seperti yang dikatakannya sebagai berikut:
Memang payah seniman maju di negara kita ini. Adapun undang-undang tetap ajanya dilanggar orang-orang itu. Macam
inilah kaset saya, saya tengok di Riau pun ada, di Pekan Baru, Jambi, Padang pun ada, sampai waktu saya ke Malaysia ngikuti
acara di situ, dipasanglah kaset itu di mobil yang kami tumpangi. Kan waktu itu ada kawan yang jemput kami di situ naik mobil.
Terkejutlah saya kan, mak ngeri kali orang ini padahal udah lama kali enggak pernah lagi dicetak kaset itu. Yang paling parahnya
lagi, ada VCD bapak liat, diambilnyalah lagu kaset itu kan, ha abis itu dimasukkannya gambar-gambar pemandangan sama tempat-
tempat sejarah kayak istana maimun, ke dalam VCD itu. Heranlah bapak, kapan pulaklah saya pernah syuting ini.
Selain merupakan seorang pemain akordion yang handal, Zulfan juga memiliki beberapa murid yang ia ajari bermain akordion, seperti Jamal pemain musik yang saat
Universitas Sumatera Utara
ini memiliki grup sendiri, Ahrai Tentara Nasional Indonesia, Khairus Syahri, dan lain-lain. Mereka juga ia ajari akordion secara oral dan otodidak. Salah satu
diantaranya adalah Khairus Syahri. Pria yang berusia 32 tahun ini merupakan muridnya Zulfan yang saat ini berprofesi sebagai pemain musik khususnya akordion
dan keyboard. Khairus sudah sejak lama mengagumi permainan akordion Zulfan. Ia mengatakan bahwa ia sudah lama sering melihat Zufan memainkan akordion dalam
beberapa acara di TVRI dan di beberapa pentas kesenian Melayu. Kemudian pada satu kesempatan Khairus bertindak sebagai pemain keyboard di TVRI dalam acara yang
juga diikuti Zulfan Effendi pada tahun 1998. Dari pertemuan inilah Khairus berkenalan dan sering berkunjung ke rumah Zulfan untuk belajar akordion langsung
kepadanya. Kalau tau orangnya sih, saya udah lama kali, tapi kalau ketemu
langsung dengan bapak Fendi ini kira-kira tahun 1998. Waktu itu saya masih kuliah semester 2. Saya sudah lama melihat bapak ini
main akordion, saya piker kok hebat kalilah bapak ini. Mainnya kok bisa gitu ya, saya pikr kan.
… Terus itu kan pas ada acara main live di TVRI, pas bapak itu main akordion, saya yang main keyboard. Senang kalilah saya
kan, terus cerita-ceritalah saya sama bapak itu minta diajarin, disuruhlah saya dating kerumahnya.
Sistem belajar yang diberikan Zulfan kepada muridnya bukan seperti kursus musik formal. Zulfan mengajari dengan cara memainkan lagu pada akordion terlebih
dahulu, kemudian diikuti oleh muridnya. Keuletan dan kerja keras Khairus dan murid- murid Zulfan tentu saja membuat mereka cepat menerima pelajaran yang diberikan.
Ditambah dengan pengetahuan musik yang sudah dimiliki Khairus, ia menjadi lebih mudah mempraktekkan secara langsung lagu yang dicontohkan Zulfan.
Universitas Sumatera Utara
Zulfan merupakan guru yang sangat dikagumi murid-muridnya dan juga merupakan seorang guru yang sabar dalam mengajar. Ia tidak pernah memaksakan
jadwal belajar sesuai dengan keinginannya. Bahkan disela-sela kesibukannya, ia mampu membagi waktu untuk mengajarkan orang yang sangat ingin belajar
dengannya. Melihat kemampuan Khairus yang semakin bagus, Zulfan sering mengajaknya
ikut bersama grup As-Syabab yang dipimpinnya. Khairus sering menggantikannya bermain akordion, sementara Zulfan memainkan biola. Perjalanan paling jauh yang
diikuti Khairus bersama grup ini yaitu ke Malaysia. Saat itu mereka diundang oleh kerajaan Pahang untuk memainkan lagu-lagu Melayu dan Padang Pasir. Sampai tahun
2003 Khairus bergabung bersama grup ini, tetapi kemudian ia keluar tidak sepenuhnya. Ia masih sering ikut pada beberapa acara, tetapi tidak lagi rutin, seperti
pada acara Festival Lagu Melayu 2 Dimensi yang diadakan di Helvetia, Medan, Februari 2011. Kebanyakan murid Zulfan sudah memiliki grup sendiri dan menetap
diluar kota Medan, sehingga penulis mendapatkan kesulitan untuk menghubunginya. Selain sebagai pemain musik dan guru, Zulfan juga sering ditunjuk sebagai juri
dan pelatih pada beberapa perlombaan musik, seperti perlombaan nasyid dan festival musik Melayu. Salah satu festival yang diikutinya, yaitu Festival Melayu 2 Dimensi
pada tanggal 3-5 Februari 2011. Zulfan Effendi bertindak sebagai juri dalam perlombaan ini. Festival ini diadakan di Lapangan Nanda Putra Daulay, Jalan Veteran,
Halvetia, Labuan Deli-Deli Serdang. Perlombaan ini merupakan perlombaan vokal solo lagu-lagu Melayu yang diadakan setiap tahun oleh Bupati Deli Serdang
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6: Para juri pada Festival Lagu Melayu 2 Dimensi
Tahun 2011 di Kab. Deli Serdang
Gambar 2.7: Juri pada Festival Nasyid Sumatera Utara tahun 1994
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8: Pada Saat dikontrak di Hotel Danau Toba, Medan
Gambar2. 9: Foto Bersama Penulis pada Saat Wawancara
Universitas Sumatera Utara
BAB III SEJARAH AKORDION DAN KEBERADAANNYA
DALAM MUSIK MELAYU
Setelah pada Bab II diuraikan mengenai biografi musikal Zulfan Effendi, maka pada Bab III ini akan dideskripsikan pula tentang sejarah dan keberadaan alat
musik akordion dalam budaya Melayu. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran bahwa alat musik ini memiliki kedudukan dan peran penting dalam budaya
musik Melayu. Sementara Zulfan Effendi lazim dipandang sebagai pemain akordion lagu-lagu Melayu yang baik. Pada bahagian sejarah ini, penulis mengambil data
sebahagian besarnya dari situs internet www.wikipedia.org
.
3.1 Sejarah Akordion
Bentuk dasar akordion diyakini telah ditemukan di Berlin tahun 1822 oleh Christian Friedrich Ludwiq Buschmann. Akordion merupakan salah satu dari beberapa
penemuan Eropa pada awal abad ke-19. Alat musik ini pertama kali dipatenkan pada tahun 1829 oleh Cyrill Deminan, yaitu seorang yang merupakan keturunan Armenia,
di Wina. Awalnya akordion hanya memiliki bagian buttons pada tangan kiri, dan tangan kanan hanya mengoperasikan bellowsnya. Satu keistimewaan yang dicari
Demian dari alat musik ini adalah munculnya bunyi akord dengan hanya menekan satu tombol saja pada bagian buttons. Setiap tombol memiliki akord-akord yang berbeda
pula.
Universitas Sumatera Utara