BIOGRAFI ZULFAN EFFENDI LUBIS DAN EKSISTENSINYA SEBAGAI PEMUSIK MELAYU
Meskipun dalam penelitian ini penulis menekankan perhatian kepada gaya bermain lagu-lagu Melayu pada akordion oleh Zulfan Effendi, namun di Bab II ini
penulis akan mendeskripsikan secara ringkas hidup beliau sebagai seniman musik Melayu. Alasannya adalah bahwa gaya permainan akordion yang dihasilkan oleh
Zulfan Effendi adalah dilatarbelakangi oleh faktor-faktor: bakat, lingkungan, pengalaman hidup, pendidikan, tujuan hidup di dunia, religi, dan tentu saja identitas
kemelayuan dan dirinya sebagai seorang keturunan Mandailing yang bermarga Lubis. Berikut ini adalah deskripsi tentang biografi Zulfan Effendi.
2.1 Latar Belakang Kehidupan Zulfan Effendi Lubis
Zulfan Effendi yang terkenal sebagai seniman musik Melayu, sebenarnya memiliki pengalaman hidup yang menjadikannya seperti itu. Pengalaman ini diperoleh
dari hasil pendidikan, lingkungan, dan interkasi sosialnya. Untuk lebih rincinya berikut ini diuraikan latar belakang kehidupannya, yang diperoleh dari hasil wawancara
penulis dengan beliau pada bulan Oktober 2010.
2.1.1 Latar Belakang Keluarga
Universitas Sumatera Utara
Zulfan Effendi Lubis lahir di Kota Medan, 21 September 1953. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Zakaria Lubis dan Nur Aini Lubis.
6
6
Adat istiadat suku Mandailing melarang adanya perkawinan semarga. Orang Mandailing menganut sistem klen eksogamus, artinya adalah kawin dianjurkan untuk yang berlainan marga, bukan
satu marga yang ditarik dari garis keturunan ayah patrilineal. Namun apabila sudah terlanjur, maka yang melanggar biasanya pergi jauh dari kampung halamannya. Namun demikian, dalam agama Islam
hal tersebut diterima dan disahkan.
Zulfan memiliki sembilan saudara, yaitu: Bustani, Zahara, Arfa, Nur Aida, Nur Sam, Zaini, Indriani,
Umi Kalsum, dan Masita. Empat dari sembilan saudaranya meninggal pada usia yang sangat muda, yaitu usia 1 hari sampai usia 6 tahun. Ayahnya merupakan orang
Mandailing yang sudah lama tinggal di Kota Medan, tepatnya di Jalan Brigjen Katamso yang secara mayoritas dihuni oleh masyarakat Melayu. Keluarga Zulfan
sudah tinggal di daerah ini sejak 4 generasi yang lampau, yaitu mulai dari kakek ayahnya yang hijrah ke Medan dari daerah Tapanuli Selatan dan menikah dengan
orang Melayu yang bernama Siti Fatimah. Dari garis keturunan itu, Zulfan Effendi berdarah Melayu dan sekali gus juga Mandailing. Dalam aktivitasnya sehari-hari,
karena lingkungan beliau adalah masyarakat yang berkebudayaan Melayu, maka adat istiadat yang digunakan Zulfan Effendi beserta keluarga besarnya adalah budaya
Melayu. Namun Zulfan Effendi juga tidak meninggalkan kebudayaan Mandailing. Ia tetap merasa sebagai keturunan Mandailing. Apalagi dalam kebudayaan Melayu,
seorang yang menjadi atau masuk Melayu, selain menggunakan kebudayaan Melayu, diperkenankan juga menggunakan kebudayaan etnik asalnya. Ini tidak menghalangi
Zulfan Effendi untuk menggunakan dua kebudayaan sekali gus yaitu Melayu dan Mandailing.
Universitas Sumatera Utara
Walau menggunakan dwietnisitas, keluarga Zulfan lebih dominan melakukan adat istiadat Melayu dan memelayukan diri. Bahkan adat Mandailing yang sebenarnya
melarang perkawinan semarga telah dilanggar oleh ayah Zulfan yang menikah dengan wanita yang bergaris keturunan Lubis juga.
Nenek ayah Zulfan merupakan seorang bidan pertama di Istana Maimun yang membantu setiap persalinan istri Sultan Deli, yaitu Sultan Makmun El-Rasyid, dan
merawat anak-anak Sultan sampai remaja. Ia merupakan orang yang terpandang di daerah itu. Sehingga masyarakat di sekitarnya menjadikan nama lorong gang
dengan nama “Gang Bidan.” Dari keenam saudara Zulfan yang masih hidup, hanya dua orang yang mahir
bermain musik, yaitu Zulfan dan Zaini adik laki-lakinya. Zaini mahir bermain gitar dan merupakan seorang penyanyi, tetapi yang paling berbakat dan yang sampai
sekarang berprofesi sebagai pemusik dari semuanya hanyalah Zulfan Effendi. Sedangkan saudaranya yang lain berprofesi sebagai pedagang.
Zulfan sering diajak bermain musik oleh ayah dan pamannya di beberapa acara bersama grup As-Syabab Senandung Deli. Dalam grup ini Zulfan sering bertemu
kepada seorang penyanyi yang merupakan putri dari pamannya. Kecantikan dan suara indah yang dimiliki gadis ini, membuat Zulfan tertarik kepadanya Ahmad Effendi
yang merupakan ayah gadis ini pun melihat kedekatan Zulfan kepada putrinya. Rasa kagum pamannya kepada Zulfan, membuat ia berniat menjodohkan Zulfan dengan
putrinya tersebut. Kemudian Zulfan sangat senang dengan perjodohan itu, dan menikahi Zakiah pada tahun 1973, seperti yang ia katakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Di grup As-Syabab inilah bapak jumpa dengan ibu. Ibu penyanyi pulak di grup ini kan. Udah cantik, bagus pulak suaranya. Bapak
pun tertariklah sama dia kan. Nah, uwak bapak yang juga ayahnya ibu ini rupanya tau kalau bapak dekat sama anaknya. Dijodohkanlah
kami sama ayah dan uwak bapak itu. Bapak pun senaglah, orang bapak suka. Jadi, nikahlah kami tahun 1973. Wawancara penulis
dengan Zulfan Effendi Oktober 2009. Dari pernikahan tersebut, Zulfan dan istrinya dikaruniai tiga orang anak, yaitu
satu orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki. Putri pertamanya diberi nama Zuhaini Lubis, putra keduanya bernama Zuhri Lubis, dan putra bungsunya
bernama Harun Lubis. Zuhaini merupakan seorang penyanyi Melayu. Zuhri merupakan pemain keyboard, dan Harun yang saat ini masih duduk di bangku SMA
juga berbakat memainkan keyboard. Ketiga anaknya ini juga ia ajari musik Melayu sejak masih kecil. Zulfan berharap anak-anaknya dapat meneruskan kemampuan
ayahnya dalam bermusik, khususnya musik Melayu. Gambar 2.1:
Zulfan Effendi Lubis dan Istri
Dari ketiga anaknya, ia memperoleh delapan orang cucu. Cucu dari anak pertamanya hanya satu orang laki-laki yang bernama Fahrojan Chaniago. Dari anak
Universitas Sumatera Utara
keduanya ia memiliki tujuh orang cucu, yaitu Zehan, Zaidi, Fitri, Maulana, Ulia, Ahmad Zedan, dan Zipni Mereka semua tinggal berdekatan. Zulfan dan istrinya
sering datang kerumah putri sulungnya untuk beristirahat dan bersantai di siang hari, dan sore harinya Zulfan dan istrinya kembali pulang ke rumah.
Zulfan Effendi merupakan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Demi mendapatkan uang untuk membiayai keluarganya, ia rela pergi
menerima tawaran bermain musik ke Malaysia selama kira-kira tiga bulan saat istrinya akan melahirkan putri pertamanya. Dengan hati cemas ia tetap melakukan
pekerjaannya dengan baik, dan pada akhirnya Zulfan tidak dapat menyaksikan kelahiran putri pertamanya tersebut. Ia tetap bersyukur dan mendoakan keselamatan
dan kesehatan istri dan putrinya dari kejauhan, dan ia segera pulang ke rumah setelah pekerjaannya selesai dengan membawa uang hasil bermain musiknya.
Zakiah merupakan seorang istri yang sangat baik dan pengertian di mata Zulfan. Ia selalu mendukung pekerjaan apapun yang dilakukan Zulfan. Bahkan ia rela
ditinggal berhari-hari, bahkan berbulan-bulan oleh Zulfan keluar kota maupun ke luar negeri, demi kebutuhan hidup keluarga mereka. Zakiah tidak pernah marah atau
menuntut Zulfan ketika panggilan bermain musik sepi. Ia juga turut membantu keuangan keluarga dengan cara mencari tambahan menyanyi dengan grup-grup nasyid.
Bahkan sampai saat ini mereka masih mengontrak rumah dan berpindah-pindah tempat tinggal.
2.1.2 Latar Belakang Pendidikan