Sejak masih kecil, Zulfan Effendi sering melihat kelompok musik Melayu pada saat mereka latihan, dan menontonnya saat pertunjukan. Inilah awal mulanya ia
bertemu dengan Ahmad Baqi yang merupakan seorang profesor musik Padang Pasir yang menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar di Kairo. Sekitar tahun 60-an,
Ahmad Baqi memiliki sanggar musik di daerah dekat rumah Zulfan. Grup musik ini Ahmad namakan Grup “Sebernafis” yang merupakan akronim dari istilah yang terdiri
dari tiga kata, yaitu seni bernafaskan Islam. Kemudian Zulfan sering datang ke tempat itu dan sering diajari main akordion
secara otodidak oleh Ahmad Baqi. Zulfan cepat menyerap pelajaran yang diberikan gurunya tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses belajar 1 lagu
dia lakukan dalam waktu kurang dari satu hari. Ia tidak pernah belajar dengan menggunakan notasi apapun. Zulfan hanya belajar dengan cara mempraktekkan secara
langsung apa yang ia dengar melalui gurunya ataupun melalui kaset. Saat ini, ia hanya membutuhkan beberapa jam saja untuk mempelajari satu lagu. Kemudian sampai saat
ini ia merupakan seorang pemain akordion yang handal.
2.2.2 Zulfan Effendi sebagai Lubis Pemusik Melayu
Pekerjaan tetap yang digeluti Zulfan Effendi sampai saat ini adalah sebagai seorang pemain musik, khususnya musik Melayu. Ia merupakan seorang pemain
akordion dan biola yang handal, bahkan ia juga bisa menyanyikan lagu-lagu Melayu dengan cengkok Melayu dengan tepat, tetapi ia lebih dikenal sebagai seorang pemain
akordion yang mahir dengan ciri musik padang pasirnya.
Universitas Sumatera Utara
Sejak masih kecil, Zulfan bergabung dengan grup As-Syabab Senandung Deli yang dibentuk oleh ayah dan pamannya. Ia sering dipakai sebagai pemain akordion
untuk menggantikan pamannya M. Nasir Nasution. Ia juga kadang-kadang bermain biola atau bertindak sebagai penyanyi dalam grup ini. Kemudian grup ini bubar saat
Zulfan berusia 17 tahun. Di samping bermain musik bersama grup As-Syabab Senandung Deli, Zulfan juga dulu pernah bekerja di bagian pengangkatan barang di
Garuda Airlines Polonia dengan rekomendasi ayahnya yang dulu juga bekerja di perusahaan penerbangan ini. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan tetap yang digeluti
Zulfan pada masa itu, dan bermain musik merupakan pekerjaan sampingan baginya. Sampai akhirnya grup ini bubar, Zulfan tetap bekerja di perusahaan penerbangan ini.
Kemudian pada tahun 1970-an Zulfan Effendi bergabung dengan grup musik El-Surayya. Grup ini merupakan grup yang dipimpin oleh Prof. Ahmad Baqi
Dalimunthe yang banyak menciptakan lagu-lagu bernuansa padang pasir. Zulfan merupakan satu-satunya murid penerus Ahmad Baqi yang bisa memainkan musik
padang pasir pada akordion dan biola yang dianggap sebahagian besar seniman pang pasir “mirip” dengan beliau. Oleh karena itu tidak aneh jika Zulfan merupakan murid
kesayangan Ahmad Baqi. Tawaran bermain musik yang diterima grup El-Surayya ini bukan hanya di
kota Medan, tetapi juga di luar kota, seperti Aceh, Padang, Riau, bahkan sampai ke luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia. Tawaran bermain akordion yang pertama
sekali membawa Zulfan ke Malaysia adalah bersama grup ini. Mereka juga membuat rekaman lagu Melayu dengan piringan hitam tahun 1970-an di Malaysia. Satu
Universitas Sumatera Utara
piringan hitam mereka jual dengan harga 8 ringgit atau kira-kira Rp 800. Banyaknya tawaran pekerjaan yang diterima Zulfan mengakibatkan ia sering meninggalkan
tanggung jawabnya pada pekerjaan tetapnya di Garuda Indonesia Airways GIA sampai berbulan-bulan, sehingga pihak pengelola tidak dapat lagi memperkerjakan
Zulfan dan langsung memecatnya sebagai karyawan tetap. Meskipun demikian, Zulfan masih bisa bekerja sebagai pegawai serabutan yang mengharapkan honor dari
penumpang pesawat. Banyak tawaran bermain musik yang diterima Zulfan bersama grup El-Surayya
ini. Mereka sering kali mendapat tawaran bermain musik di Aceh. Hampir semua daerah Aceh pernah mereka jalani, baik untuk acara kunjungan yang diadakan
walikota, maupun konser musik yang menggunakan tiket sekalipun sering mereka lakukan. Oleh karena itu, Zulfan pernah menerima tawaran untuk menjadi seorang
pegawai negeri sipil oleh walikota Sabang yang bernama Yusuf Walat, pada tahun 1980. Ia mendapatkan surat keputusan dari menteri pendidikan dengan nomor induk
pegawai NIP 01. Zulfan kemudian mengajak istrinya untuk pindah ke Sabang, Aceh, karena istrinya juga diterima sebagai pegawai negeri sipil di kota yang sama. Selama
di Sabang, Zulfan membentuk Orkes Melayu Pemda Sabang dan mereka selalu dipakai dalam setiap acara pertunjukan musik di Melayu di kota tersebut.
Gambar 2.2: Bersama Orkes Melayu Pemda Sabang tahun 1981
Universitas Sumatera Utara
di Sabang, Aceh
Selama tiga tahun Zulfan dan istrinya bekerja di Pemda Sabang. Kemudian terjadi suatu kasus yang menimpa walikota Sabang yang mengakibatkan beliau harus
menerima hukuman penjara. Hal itu mengakibatkan Zulfan dan istrinya tidak nyaman lagi bekerja karena mereka termasuk orang yang dekat dan sangat menghormati
walikota tersebut. Selain itu mereka juga tidak tega meninggalkan anak-anaknya terlalu lama di Medan. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti bekerja dan
kembali ke Medan. Sesampainya di Medan, Zulfan kembali bergabung dengan grup El Surayya.
Mereka kembali menerima tawaran manggung ke luar kota dan sampai ke luar negeri dengan jadwal yang semakin padat. Grup ini merupakan grup yang paling terkenal
sejak tahun 60-an. Karena jadwal yang begitu padat, Zulfan merasa sudah tidak
Universitas Sumatera Utara
sanggup mengikuti setiap kegiatan yang diikuti grup ini. Akhirnya pada tahun 1996, Zulfan memutuskan untuk keluar dari grup yang dipimpin Ahmad Baqi ini, dan
kembali meneruskan grup AS-Syabab Senandung Deli yaitu grup yang pernah dibentuk oleh anggota keluarganya. Ia mengatakan:
Dulu ngeri kali jadwal latihan kami sama pak Ahmad Baqi ini. Sampai berbulan-bulan mau di Malaysia, satu hari mau dua acara
kami, belum lagi latihannya dari pagi. Selama di sana, mau minta pulang ajalah awak terus. Sampai si Zulhaini pun lahir tak bapak
liat. Jadi bapak bilanglah sama pak Ahmad Baqi, pak saya enggak sanggup lagilah ikut bapak. Cari ajalah pengganti saya ya pak, saya
keluarlah dari grup ini.
Gambar 2.3: Bersama Ahmad Baqi pada Acara Penyerahan Bintang
Mas dari Raja Kinabalo kepada Ahmad Baqi tahun 1996 di Sabah, Malaysia
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1996, Ahmad Baqi meninggal dunia dan akhirnya grup inipun bubar. Beberapa tahun kemudian, Menteri Sabah yang sejak kecil sering menonton
grup El-Surayya ini, ternyata memiliki kerinduan untuk mendengar sajian musik yang dibawakan uleh grup ini. Oleh karena itu, ia mencari informasi tentang grup ini dan
mengundang mereka untuk kembali mengisi acara di Sabah. Kemudian beberapa dari anggota grup yang telah bubar ini menerima tawaran dan bersepakat untuk bertemu di
Malaysia untuk memenuhi undangan menteri tersebut. Dengan dibantu beberapa pemain musik diluar grup El-Surayya, mereka mengisi acara musik Melayu di Sabah,
Malaysia. Kemudian kira-kira tahun 1996, Zulfan bergabung dengan Sinar Budaya Grup
yang dipimpin oleh Luckman Sinar. Grup ini secara rutin mengikuti acara Pesta Gendang Nusantara di Malaysia yang diadakan setiap tahun. Selain itu, banyak
kegiatan-kegiatan kesenian lain yang diikuti grup ini dan bukan hanya musik Melayu,
Universitas Sumatera Utara
tetapi juga musik Sumatera lain, seperti Batak Toba, Karo, Mandailing, Pakpak. Dalam grup ini Zulfan bukanlah anggota tetap, melainkan pemain cabutan, sehingga
penulis tidak mendapatkan informasi yang jelas tentang waktu bergabungnya Zulfan dengan grup ini, dan kapan keluarnya.
Gambar 2.4: Bersama beberapa anggota grup El-Surayya
Pada acara kerajaan Pahang, Malaysia
Gambar 2.5: Bersama Sinar Budaya Group di caracas,Venezuela dalam rangka
OPEC Second Summit
Universitas Sumatera Utara
2.4 Prestasi dan Kegiatan yang diikuti Zulfan Effendi Lubis