MCK Mandi, Cuci dan Kakus

Tabel 25. Jawaban Responden terhadap Akses Pelayanan Air Bersih PDAM No Pusong Lama Ya Tidak Keterangan 1 Darussalam Lr I 3 17 Kategori tidak baik berdasarkan hasil pengukurannya kurang dari 40 2 Pancasila Lr II 2 18 3 Rawa Jaya Lr III 2 18 4 Nelayan Lr IV 20 5 Pasi Lr V 20 Jumlah 7 93 100 Persentase 7 93 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari hasil jawaban responden dalam tabel diatas menunjukkan bahwa akses masyarakat Gampong Pusong Lama terhadap pelayanan air bersih yang menjawab “ya” sebanyak 7 orang dengan rasio 7 dan yang menjawab “tidak” 93 orang dengan rasio 93 . Maka dapat dikatagori tidak baik berdasarkan hasil pengukuran kurang dari 40.

d. MCK Mandi, Cuci dan Kakus

Permukiman padat penduduk menjadi identik dengan permukiman kumuh yang dipenuhi masyarakat miskin, lingkungan kotor, prasarana dan infrastruktur terbatas seperti air bersih, saluran pembuangan air, listrik, sarana bermain anak dan tidak tersedianya ruang terbuka. Karena keterbatasan ini, banyak masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk MCK Mandi, Cuci, Kakus, mengambil air dan juga membuang sampah. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya, masyarakat permukiman kumuh tidak memiliki sarana MCK sendiri di tiap-tiap rumah karena keterbatasan lahan dan ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mereka menggunakan sarana MCK Mandi Cuci Kakus umum yang digunakan secara bersama-sama dengan penduduk lain. Sebagian besar kondisi MCK di permukiman kumuh tidak memadai, walaupun tersedia sarana MCK, jumlah MCK yang terbatas tidak sesuai dengan jumlah masyarakat yang menggunakannya. Akibatnya mereka harus antri jika menggunakan MCK. Berdasarkan wawancara dengan Keuchik Gampong Pusong Baru mengatakan : “Mencuci dan mandi dilakukan warga secara antrian di sumur bor, ada juga warga yang menggali sumur di dekat rumah sendiri, tetapi airnya terasa payau, namun kalau untuk kakus warga masih memanfaatkan laut untuk membuang kotoran, hampir 90 warga tidak mempunyai WC dirumah dan hanya 10 warga yang mempunyai WC dirumahnya sendiri” wawancara, 25 Agustus 2011. Dari uraian hasil wawancara diatas menunjukkan di Gampong Pusong Baru warga masih memanfaatkan laut untuk membuang kotoran, dan sebahagian besar warga tidak mempunyai jamban dirumah dan hanya 10 warga yang sudah mempunyai jamban di rumah. Keadaan seperti ini dapat menghambat kelestarian lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Wawancara penulis dengan Keuchik Gampong Pusong Lama mengatakan : “Untuk mandi dan cuci warga dapat melakukan di sumur bor yang ada di Lr IV dan di Lr V. Namun untuk kakus, warga turut berpartisipatif dengan mengeluarkan biaya pribadi secara bersama- sama warga membuat kakus berupa Bagan tidak ada kloset, dinding terbuat dari papan ada yang mempunyai atap, ada juga yang tidak ada atap, dan kotoran tertampung dalam cicin sumur dan ketika Universitas Sumatera Utara pasang air laut, cicin sumur itu dibuka dan kotoran terseret ke laut” wawancara, 25 Agustus 2011. Hasil wawancara menunjukkan bahwa warga Gampong Pusong Lama memilki dua sumur bor. Dan dari hasil biaya bersama yang warga kumpulkan berpartisipatif untuk membangun jamban berupa bagan tanpa kloset, dan dinding papan. Tetapi alternatif warga ini menurut penulis masih mencemari lingkungan, karena keberadaan jamban ini masih bergantung dengan alam. Wawancara dengan Dr. Hj. Ratna Zahara, M. Kes Kabid Program Pencegahan Pemberantasan Penyakit P2P dari Dinas Kesehatan Lhokseumawe mengatakan : “Penggunaan jamban juga merupakan salah satu indikator penting untuk melihat bagaimana kesehatan dan pola hidup masyarakat. Survei kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa ada tiga jenis jamban yang umumnya digunakan oleh masyarakat Kota Lhokseumawe. Pada kategori leher angsa, sebanyak 89,71 rumah telah menggunakan jamban leher angsa yang memenuhi syarat. Selebihnya ada 10,29 rumah menggunakan leher angsa yang tidak memenuhi syarat. Jamban metode plengsengan menurut survei kesehatan lingkungan, semuanya berada pada kategori memenuhi syarat. Rumah yang menggunakan model jamban cemplung, menurut survei kesehatan lingkungan sebanyak 64,61 berada dalam kategori memenuhi syarat. Sedangkan sebanyak 35,39 berada dalam kondisi tidak memenuhi syarat. Kondisi jamban di Gampong Pusong yang masih menggunakan jamban bagan dan masih BAB di bawah rumah itu menunjukkan pola hidup masyarakat yang tidak sehat dan lingkungan yang tidak sehat pula” wawancara, 25 Agustus 2011. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi masyarakat Gampong Pusong tidak memiliki sarana MCK yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Jamban yang diupayakan oleh masyarakatpun belum cukup memadai dari Universitas Sumatera Utara sisi kesehatan warga dan kelestarian lingkungan. Dari penggunaan jamban dapat menjadi indikator penting yang menunjukkan pola hidup masyarakat yang sehat dan lingkungan yang sehat pula. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam pelaksanaan kesehatan dibutuhkan cara pandang mindset dari paradigma sakit ke paradigma sehat. Tabel 26. Jawaban Responden terhadap Ketersediaan Jamban di Rumah No Pusong Baru Ya Tidak Keterangan 1 Dusun I 4 16 Kategori tidak baik berdasarkan hasil pengukurannya kurang dari 40 2 Dusun II 3 17 3 Dusun III 3 17 4 Dusun IV 20 5 Dusun V 20 Jumlah 10 90 100 Persentase 10 90 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari hasil jawaban responden di Gampong Pusong Baru terhadap ketersediaan jamban dirumah terlihat dalam tabel diatas yang menunjukkan masyarakat dari lima dusun yang menjawab “ya” sebanyak 10 orang dengan rasio 10 dan yang menjawab “tidak” sebanyak 90 orang dengan rasio 90 , berarti dapat dikatagorikan tidak baik berdasarkan hasil pengukurannya kurang dari 40. Universitas Sumatera Utara Tabel 27. Jawaban Responden terhadap Ketersediaan Jamban di Rumah No Pusong Lama Ya Tidak Keterangan 1 Darussalam Lr I 10 10 Kategori tidak baik berdasarkan hasil pengukurannya kurang dari 40 2 Pancasila Lr II 10 10 3 Rawa Jaya Lr III 8 12 4 Nelayan Lr IV 2 18 5 Pasi Lr V 2 18 Jumlah 32 68 100 Persentase 32 68 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari hasil tabel diatas ketersediaan jamban di rumah warga Gampong Pusong Lama yang menjawab “ya” sebanyak 32 orang dengan rasio 32 , dan yang menjawab “tidak” sebanyak 68 orang dengan rasio 68 , maka dapat dikatagorikan tidak baik berdasarkan hasil pengukurannya kurang dari 40. Universitas Sumatera Utara Tabel 28. Rekapitulasi Tanggapan Responden secara Keseluruhan terhadap Profil Kondisi Sosial, Ekonomi dan Ekologi di Pemukiman Kumuh Gampong Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe No Aspek Kategori 1 Sosial a. Kesediaan untuk direlokasikan ke tempat lain selama perbaikan pemukiman dengan persentase 29 yang bersedia. b. Tingkat pendidikan dengan persentase 34 yang berpendidikan c. Akses pelayanan kesehatan dengan persentase 51 d. Status lahan kepemilikan lahan yang dihuni dengan persentase 47 a. Tidak Baik b. Tidak Baik c. Kurang d. Kurang 2 Ekonomi a. Penghasilanpendapatan diatas Rp 2.000.000,- perbulan dengan persentase 58 a. Cukup 3 Ekologi a. Ketersediaan saluran Drainase dengan persentase 2 b. Ketersediaan tempat pembuangan sampah dengan persentase 0 c. Akses pelayanan air bersih PDAM dengan persentase 0 d. Ketersediaan Jamban di rumah dengan persentase 10 a. Tidak Baik b. Tidak Baik c. Tidak Baik d. Tidak Baik Sumber : Hasil Rekapitulasi Kuesioner, 2011. Universitas Sumatera Utara

4.4 Pengembangan Konsep Pemukiman Berkelanjutan di Pemukiman Kumuh