Profil Kondisi Sosial, Ekonomi, Dan Lingkungan Pemukiman Kumuh Di

4.3 Profil Kondisi Sosial, Ekonomi, Dan Lingkungan Pemukiman Kumuh Di

Gampong Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Luas wilayah kota Lhokseumawe sebahagian besar dimanfaatkan untuk kebutuhan pemukiman. Kebutuhan perumahan dan sarana prasarana pemukiman semakin meningkat dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Kebutuhan terhadap perumahan serta prasarana penunjang lainnya terutama bagi masyarakat Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama yang berada di pemukiman kumuh menjadi perhatian utama pemerintah kota Lhokseumawe dan pihak terkait agar masyarakat tersebut dapat menikmati kehidupan sebagai warga masyarakat secara sehat dan layak. Permukiman kumuh cenderung dengan permasalahan status kependudukan dan masalah permukiman sebagai tempat tinggal serta masyarakat berpenghasilan rendah. Slum atau permukiman kumuh biasanya digunakan untuk menggambarkan permukiman yang tumbuh secara spontan di perkotaan yang mempunyai kualitas perumahan di bawah standar minimal dalam lingkungan yang kurang sehat dan tidak didukung oleh jasa pelayanan kota seperti air minum, sanitasi, drainase gorong- gorong, jalur pejalan kaki dan jalan akses darurat. Ciri lain permukiman kumuh adalah tingkat kepadatan yang tinggi dan kurangnya akses ke fasilitas sekolah, kesehatan, ruang bersama. Status permukiman kumuh seringkali tidak jelas baik dari status administrasi dan hukum tanah, maupun kesesuaian dengan rencana tata ruang Universitas Sumatera Utara kota. Terkait status hukum atas tanah, biasanya hal ini yang membedakan permukiman kumuh slum dengan pemukiman liar squatter. Berdasarkan wawancara penulis dengan T. Zulkifli Ilyas Keuchik Gampong Pusong Baru Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe mengatakan bahwa : “Pemukiman Kumuh adalah pemukiman yang kotor penuh dengan tumpukan sampah yang menyebarkan bau busuk dan khususnya warga Pusong Baru sering kesulitan bernafas serta mengalami gatal-gatal, rumah warga yang tidak layak huni dan dari dahulu hingga sekarang masih sangat kontras lingkungan yang tidak sehat, genangan air akibat tidak adanya saluran” wawancara, 12 Juli 2011. Dari hasil wawancara menunjukkan Pemukiman kumuh di Gampong Pusong Baru ditandai dengan pemukiman yang kotor dan tumpukan sampah, rumah tidak layak huni dan lingkungan yang tidak sehat sehingga warga mengalami kehidupan yang tidak nyaman dan tidak sehat. Uraian senada yang diungkapkan oleh Muhammad Keuchik Gampong Pusong Lama Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe mengatakan bahwa : “Pemukiman kumuh adalah lingkungan yang kotor, becek, sanitasi yang buruk, bangunan yang tidak teratur, dan padat penduduk. Gampong Pusong Lama Dusun IV dan V masyarakat yang masih tinggal di pemukiman kumuh dengan lingkungan yang tidak sehat, masyarakat masih hidup dirumah yang dibangun apa adanya berupa rumah panggung darurat, karena pemukiman Pusong dekat dengan laut. Masih terlihat tumpukan sampah dibawah rumah warga.” wawancara, 12 Juli 2011. Hasil wawancara dan observasi diatas menunjukkan pemukiman kumuh di Gampong Pusong Lama masih terlihat dengan lingkungan yang kotor, becek, sanitasi yang buruk, bangunan yang tidak teratur. Masyarakat dusun IV dan V masih tinggal Universitas Sumatera Utara di pemukiman kumuh dengan membangun rumah panggung darurat dan dibawah rumah warga masih terdapat tumpukan sampah. Wawancara penulis dengan Masrizal Kasubbid Pekerjaan Umum, SDA, SDL dan Pertambangan Bappeda Kota Lhokseumawe mengatakan bahwa : “Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tumbuh secara spontan serta kualitas perumahan di bawah standar minimal dalam lingkungan yang kurang sehat dan tidak didukung oleh jasa pelayanan kota seperti air minum, sanitasi, dan drainase gorong-gorong. Berdasarkan surat keputusan Walikota Lhokseumawe Nomor : 225 Tahun 2010, menetapkan bahwa Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama adalah sebagai kawasan kumuh” wawancara, 20 Juli 2011. Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan pemukiman kumuh di Gampong Pusong telah ditetap berdasarkan Surat Keputusan Walikota Lhokseumawe Nomor : 225 tahun 2010. Pemukiman kumuh yang tumbuh secara spontan dengan kualitas rumah di bawah standar minimal atau rumah yang tidak layak huni serta tidak didukung oleh akses pelayanan yang memadai seperti air minum, sanitasi dan drainase. Wawancara dengan Kepala Dusun III M. Ali Amin Gampong Pusong Baru mengenai kondisi rumah warga : “Bangunan yang berhimpitan, ukurannya kecil, kondisi bangunan tidak memadai seperti dinding rumah yang kusam dan kotor, ventilasi rumah tidak ada, atap dari seng yang sudah tua, jika hujan terjadi bocor. Keadaan rumah pengap, lembab dan gelap. Permukiman kumuh terletak di gang-gang sempit. Tidak ada sarana ruang terbuka bagi anak-anak untuk bermain. Setiap rumah tidak terdapat pembagian ruang seperti ruang tamu, dapur atau kamar tidur. Seringkali untuk sarana memasak dilakukan di depan rumah dengan menyimpan kompor dan ditutupi triplek seadanya. Sarana untuk menjemur pakaianpun di lakukan Universitas Sumatera Utara didepan rumah. Bangunan rumah yang darurat mencapai 242, semi permanen mencapai 102 dan 59 bangunan yang sudah permanen di Gampong Pusong Baru” wawancara, 21 Juli 2011. Hasil wawancara diatas menunjukan mengenai kondisi rumah warga di Gampong Pusong Baru bangunan rumah yang berhimpitan, ukuran kecil, tidak mempunyai ventilasi, keadaan rumah pengap, pemukiman terletak di gang sempit. Sarana untuk menjemur pakaian dilakukan di depan rumah. Bangunan rumah darurat mencapai 242, semi permanen 102 dan rumah permanen hanya 59 rumah. Menurut Kepala Dusun Nelayan Lr IV Gampong Pusong Lama mengatakan keadaan rumah warga : “Kondisi rumah warga yang tinggal dipemukiman kumuh dengan rumah yang tidak layak huni, tidak adanya ventilasi udara, tidak ada penyekatan ruang antara kamar dan dapur sama saja, karena warga masih miskin sehingga tidak mampu untuk memikirkan pembangunan rumah, yang penting bisa makan sehari tiga kali, keadaan yang masih kumuh ini terlihat di Dusun Nelayan Lr. IV dan di Dusun Pasi Lr. V ” wawancara, 21 Juli 2011. Berdasarkan uraian wawancara dan hasil observasi penulis, menunjukkan bahwa masyarakat Gampong Pusong Baru sangat terlihat kontras kumuh, bangunan rumah darurat mencapai 242 dan Pusong lama yang masih kumuh terdapat di Dusun Nelayan Lr. IV dan Dusun Pasi Lr. V sehingga belum tercipta lingkungan yang sehat karena masih terdapat tumpukan sampah dan genangan air di sekitar rumah warga, rumah panggung yang tidak layak seperti tidak adanya pembatas ruang, tidak adanya ventilasi udara dan pengap. Kondisi rumah yang berhimpitan, akses jalan berupa Universitas Sumatera Utara jembatan kecil titi alternatif untuk jalan setapak. Pemukiman kumuh Pusong di perkuat dengan SK walikota bahwa Gampong tersebut adalah kawasan kumuh. Pemukiman kumuh merupakan pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Mengingatkan rumah layak huni adalah isu hak asasi manusia. Karena itu, semua pemimpin dunia berpandangan perlu mengatasi masalah perumahan ini terutama dengan pembangunan perumahan yang terjangkau low cost housing. Beberapa indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah sebuah kawasan tergolong kumuh atau tidak adalah diantaranya dengan melihat : tingkat kepadatan kawasan, kepemilikan lahan dan bangunan serta kualitas sarana dan prasarana yang ada dalam kawasan tersebut. Sebab kumuh kumuh adalah kemunduran atau kerusakan lingkungan hidup dilihat dari: Segi fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam seperti air dan udara. Segi masyarakatsosial, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusia sendiri seperti kepadatan lalulintas, sampah. Secara umum yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat dengan sarana pembersihan, serta berada ditempat dimana air hujan dan air kotor tidak mengenang. Universitas Sumatera Utara Akibat Kumuh kumuh adalah akibat perkembangan dari gejala-gejala antara lain : kondisi perumahan yang buruk, penduduk yang terlalu padat, fasilitas lingkungan yang kurang memadai, tingkah laku menyimpang, budaya kumuh, apati dan isolasi. Menurut wawancara dengan T. Taiburrahman Kepala Dusun IV Gampong Pusong Baru mengatakan bahwa : “Munculnya pemukiman kumuh di Gampong Pusong Baru disebabkan oleh adanya potensi sumberdaya alam yaitu laut. Pada tahun 1970 belum ada pemukiman rumah di pinggiran laut. Pada tahun 1980 baru ada sedikit yang mulai menimbun bibir pantai untuk di bangun rumah. Dan setiap lima 5 tahun sekali rumah bertambah tanpa ada status kepemilikan tanah yang jelas. 90 pendatang, ada yang dari Sigli, Panton Labu dan Lhoksukon, mereka datang untuk mencari nafkah di laut sebagai nelayan. ” wawancara, 21 Juli 2011. Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan munculnya pemukiman kumuh di Gampong Pusong Baru dikarenakan adanya potensi sumberdaya alam yaitu laut. Warga mulai berdatangan untuk mengadu nasib dan pada akhir membangun rumah sementara tanpa ada status kepemilikan tanah yang jelas. Wawancara juga penulis lakukan dengan Bapak Muhammad Keuchik Gampong Pusong Lama yang mengatakan bahwa : “Berdasarkan kriteria adat warga Pusong Lama sekitar 70 adalah pendatang, sebahagian warga telah mendapatkan sertifikan tanah dan sebagian lagi masih belum ada membuat sertifikat tanah karena menunggu pemutihan dan biaya lebih murah. Dan kehidupan mereka bergantung pada hasil tangkapan ikan di laut, Masyarakat Gampong Pusong Lama 80 bermata pencaharian sebagai nelayan dan selebihnya adalah wiraswasta dan PNS” wawancara, 21 Juli 2011. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan wawancara penulis dengan M. Nasir Setdako Lhokseumawe mengatakan bahwa : “Masyarakat yang tinggal di Pusong bukan warga asli, banyak pendatang dari Sigli yang mengadu nasib dan akhirnya menetap dengan membangun rumah darurat di pinggiran pantai, dan terus dilanjutkan oleh famili yang berkunjung dan pada akhirnya menetap lagi membangun rumah di sampingnya lagi” wawancara, 22 Juli 2011. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa di Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama munculnya pemukiman kumuh disebabkan oleh pendatang yang mengadu nasib dengan melihat potensi sumberdaya alam yaitu hasil laut sehingga warga pendatang memutuskan untuk menetap dengan membangun rumah seadanya dan ketika ada famili yang berkunjung kemudian menetap dan membangun lagi rumah disampingnya, karena warga pendatang rata-rata berpendidikan rendah dan tidak mempunyai ketrampilan khusus untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, akhirnya memutuskan untuk mencari nafkah sebagai nelayan. Pada awalnya lahan yang ditempati masih berupa rawa yang ditumbuhi pohon bakau, tidak terurus oleh pemerintah. Rencana semula warga pendatang hanya menumpang hidup untuk sementara waktu, dan proses kehidupan terus berlangsung sampai beberapa keturunan, hingga tanah yang tidak bertuan itupun akhirnya menjadi hak milik masyarakat, sampai dengan sekarang sudah ada sebahagian masyarakat yang telah membuat sertifikat tanah. Ada dua alasan mengapa permukiman kumuh tetap berkembang : alasan yang pertama adalah Pertumbuhan Penduduk yaitu tingkat pertumbuhan penduduk dunia di perkotaan semakin tinggi. Pertumbuhan ini dapat berasal melalui migrasi dari Universitas Sumatera Utara perdesan ke perkotaan, migrasi antar kota, maupun pertumbuhan penduduk alami. Beberapa faktor terjadinya mirgasi ke kota adalah karena faktor dorong dan tarik. Faktor dorong misalnya terjadinya bencana alam atau perubahan ekologi yang mengakibatkan berkurangnya peluang kerja, sedangkan faktor tarik ke kota karena adanya peluang kerja. Migrasi ke kota juga merupakan strategi hidup masyarakat perdesaan. Seringkali migrasi terjadi secara temporer dan rutin, di mana masyarakat desa pergi ke kota dan mencari peluang kerja dengan menjadi pedagang kaki lima atau berjualan di warung. Setelah mengumpulkan sejumlah uang, mereka akan kembali ke desa. Alasan yang kedua adalah tata-kelola pemerintahan governance yaitu tata-kelola pemerintah yang kurang baik juga dapat memicu pertumbuhan permukiman kumuh. Pemerintah seringkali tidak mengakui hak masyarakat miskin dan melibatkan mereka dalam proses perencanaan. Hal ini justru mendukung pertumbuhan permukiman kumuh. Respon pemerintah yang lamban dalam menanggapi urbanisasi juga memicu pertumbuhan kumuh. Urbanisasi membutuhkan perumahan yang terjangkau yang justru tidak mampu disediakan pemerintah atau swasta. Karena ketidak tersediaan hunian terjangkau, masyarakat miskin mencari peluang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya akan hunian dengan menempati tanah dan membangun gubuknya, atau menyewa rumah petak yang ada tanpa mempedulikan status tanahnya, hal ini seperti yang terjadi di pemukiman kumuh Gampong Pusong, karena tidak adanya perhatian dan tanggap dari pemerintah sehingga pemukiman kumuh semakin tidak dapat Universitas Sumatera Utara terkendalikan sehingga mengalami kepadatan penduduk yang tinggi tanpa ada kejelasan status lahan yang di huni ilegal baik dari status administrasi dan hukum tanah, maupun kesesuaian dengan rencana tata ruang kota. Terkait dengan kejelasan status lahan Wawancara dengan Impiansyah Kabid Ekonomi dan Insfrastruktur Bappeda Kota Lhokseumawe mengatakan bahwa : “Dibagian Pusong yang dekat dengan PPI Pelabuhan Pendaratan Ikan itu adalah zona terlarang untuk pemukiman, itu adalah tanah kepemilikan pemerintah, tapi aset dikuasai oleh masyarakat dengan adanya pemukiman rumah liar dan tanah itu harus dikosongkan dan akan segera ditangani” wawancara, 25 Juli 2011. Menurut Salahuddin Kasubbag perencanaan kegiatan dokumentasi dan informasi Bappeda Kota Lhokseumawe mengatakan bahwa : “Rumah Liar yang ada di Pusong itu tidak ditangani atau tidak masuk dalam program penanganan pemukiman kumuh dengan alasan bila ditangani mereka akan semakin banyak. Lahan rumah liar tersebut akan dikosongkan dengan membuat strategi legal dengan cara menggusur” wawancara, 25 Juli 2011. Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Kajian Mikro Kawasan Prioritas GAMPONG PUSONG 0,18 KM 2 KONDISI BANGUNAN a. Status Lahan ilegal b. Kepadatan Bangunan Tinggi c. Bangunan Temporer sementara 75 KEPENDUDUKAN a. Kepadatan 22 Jiwakm b. Pertumbuhan 2 1,8 Sumber : Bappeda Kota Lhokseumawe, 2011. Dari uraian wawancara dan tabel diatas, status lahan di Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama sebahagian besar adalah ilegal, kepadatan penduduk yang tinggi dan bangunan temporer sebesar 75 . Kepadatan penduduk mencapai 22 jiwakm 2 Warga Gampong Pusong sangat mengharapkan agar pemerintah dapat memperhatikan pemukiman kumuh, sebagaimana wawancara dengan Keuchik Gampong Pusong Baru T. Zulkifli Ilyas mengatakan bahwa : dan pertumbuhan mencapai 1,8. “Gampong Pusong adalah bagian strategis dari pusat kota Lhokseumawe, namun sudah beberapa kali berganti Walikota, Gampong Pusong tidak tersentuh pembangunan bahkan terabaikan”wawancara, 26 Juli 2011. Selanjutnya Keuchik Gampong Pusong Lama Muhammad mengatakan : “Gampong Pusong Lama dan Pusong Baru khususnya untuk pemukiman kumuh belum ada penanganan atau perhatian dari Universitas Sumatera Utara pemerintah kota Lhokseumawe. Rencana pemerintah untuk menangani pemukiman kumuh sudah sejak tahun 1985, namun sampai sekarang rencana itu belum terlaksanakan” wawancara, 26 Juli 2011. Wawancara penulis dengan Masrizal Kasubbid Pekerjaan Umum, SDA, SDL dan Pertambangan Bappeda Kota Lhokseumawe mengatakan bahwa : “Secara fisik belum dilakukan penanganan, tahun ini masih dibuat dokumen strategi penanganan perumahan dan Pusong adalah prioritas. Dan hanya berupa regulasi sedangkan untuk implementasinya belum berjalan, karena setiap perencanaan dalam penataan tata ruang kota dilakukan secara bertahap.” wawancara, 27 Juli 2011. Menurut Salahuddin Kasubbag perencanaan kegiatan dokumentasi dan informasi Bappeda Kota Lhokseumawe mengatakan bahwa : “Penanganan untuk pemukiman kumuh secara khusus belum ada, namun pemerintah telah mengupayakan bantuan untuk penanganan abrasi pantai melalui bantuan dari Unicef dan BRR yaitu warga Pusong yang terkena abrasi direlokasikan ke Blang Crum, tetapi kenyataannya warga yang telah direlokasikan tetap kembali lagi ke pemukiman kumuh, dan rumah bantuan yang mereka terima ada yang dijual dan disewakan” wawancara, 27 Juli 2011. Dari hasil wawancara, pemukiman kumuh di Gampong Pusong Baru dan Pusong lama masih belum tertangani, dan hanya berupa regulasi saja, namun untuk implementasinya belum berjalan. Pemerintah Kota Lhokseumawe baru akan memprioritaskan penanganan pemukiman kumuh. Dalam hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat menganggap pemerintah lamban dan tidak serius dalam penanganannya karena dari dahulu hingga sekarang hanya berupa wacana saja. Mengingat tujuan pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals MDGs yang dicanangkan oleh PBB menargetkan perbaikan kehidupan 100 juta penghuni permukiman kumuh pada tahun 2020. Jadi pemerintah kota Universitas Sumatera Utara Lhokseumawe sudah semestinya lebih tanggap lagi dalam mengatasi persoalan tersebut. Salah satu tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarkat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien dan akuntabel sehingga terwujud kota tanpa pemukiman kumuh. Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh seperti masyarakat Gampong Pusong adalah bagian dari penduduk kota Lhokseumawe, dan seharusnya mempunyai hak yang sama atas kesehatan lingkungan. Tabel 8. Jawaban Responden terhadap Kesediaan Direlokasikan ke Tempat Lain Selama Perbaikan Pemukiman No Pusong Baru Ya Tidak Keterangan 1 Dusun I 5 15 Kategori tidak baik berdasarkan hasil pengukuran kurang dari 40. 2 Dusun II 4 16 3 Dusun III 5 15 4 Dusun IV 8 12 5 Dusun V 7 13 Jumlah 29 71 100 Persentase 29 71 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Kesediaan masyarakat Gampong Pusong Baru untuk di relokasikan ketempat lain selama perbaikan pemukiman dikategorikan tidak baik dengan jumlah responden 29 yang menjawab “ya” dan 71 yang menjawab “tidak” dengan rasio 71 . Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Jawaban Responden terhadap kesediaan direlokasikan ke tempat lain selama perbaikan pemukiman No Pusong Lama Ya Tidak Keterangan 1 Darussalam Lr I 3 17 Kategori tidak baik berdasarkan hasil pengukuran kurang dari 40. 2 Pancasila Lr II 2 18 3 Rawa Jaya Lr III 2 18 4 Nelayan Lr IV 8 12 5 Pasi Lr V 9 11 Jumlah 24 76 100 Persentase 24 76 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Kesediaan masyarakat Gampong Pusong Lama untuk di relokasikan ketempat lain selama perbaikan pemukiman dikategorikan tidak baik dengan jumlah responden 24 yang menjawab “ya” dan 76 yang menjawab “tidak” dengan rasio 76 .

4.3.1 Aspek Sosial

Peningkatan jumlah penduduk membuat beban lingkungan bertambah berat. Masyarakat yang menderita kemiskinan menyebabkan pengangguran, kriminalitas, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang tidak memadai serta lemahnya partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Kemiskinan merupakan salah satu contoh ketidakadilan yang dialami suatu kelompok masyarakat miskin, hal ini terlihat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan untuk bertahan hidup dalam kesehatan yang baik, sulitnya mendapat akses ke pelayanan publik sanitasi sehat, air bersih, Universitas Sumatera Utara pengelolaan sampah, rumah sehat, dan pelayanan pendidikan. Ketidakadilan juga terlihat dari tidak adanya kepemilikan hak atas tanah yang mereka huni. Fasilitas pendidikan di Gampong Pusong Baru sebagaimana hasil wawancara dengan Sofyan Sabi Kepala Dusun II mengatakan : “Gampong Pusong Baru memiliki fasilitas pendidikan TK ada 1, SD ada 1 yaitu SD No 20, SMP ada 1 yaitu SMP No 15, SMA tidak ada dan Balai pengajian ada 9 buah” wawancara, 1 Agustus 2011. Hasil wawancara dengan Kepala Urusan Umum Gampong Pusong Lama Bukhari mengatakan : “Fasilitas pendidikan di Gampong Pusong Lama masih kurang memadai, dulunya ada SD 7 dan SD 8 di Lr I dan Lr II, tapi sekarang SD nya sudah digabung menjadi SD 8 di Lr I” wawancara, 18 Agustus 2011. Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa fasilitas pendidikan di Gampong Pusong masih kurang memadai, dengan melihat fenomena sarana dan prasarana pendidikan yang masih tidak mendukung. Tabel 10 Jenjang Pendidikan Masyarakat Gampong Pusong Baru Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Lhokseumawe, 2010. No Jenjang Pendidikan 1 TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III 533 1088 721 1314 9 28 21 2 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel diatas sebanyak 533 orang masyarakat di Gampong Pusong Baru yang tidak tamat Sekolah Dasar SD, 1088 orang yang tamat SD, 721 orang yang tamat SLTP, 1314 orang yang tamat SLTA, dan 9 orang yang menamatkan Diploma II, 28 Diploma III, yang selesai pendidikan Strata I sebanyak 21 orang, serta strata II sebanyak 2 orang. Kondisi jenjang pendidikan masyarakat Pusong Baru seperti yang terlihat di tabel menunjukan masih rendah pendidikan warga sehingga mereka tidak mampu untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup, baik untuk mendapatkan pekerjaan yang layak maupun untuk menciptakan kehidupan lingkungan yang sehat. Tabel 11. Jenjang Pendidikan Masyarakat Gampong Pusong Lama Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Lhokseumawe, 2010. Masyarakat Gampong Pusong Lama yang tidak tamat SD sebanyak 638 orang, yang tamat SD sebanyak 1202, yang tamat SLTP sebanyak 813 orang, tamat SLTA sebanyak 1615 orang, diploma II sebanyak 14, diploma III senyak 44 orang, yang menyelesaikan Strata I sebanyak 70 orang, Strata II sebanyak 2 orang dan Strata III sebanyak 2 orang. Kondisi jenjang pendidikan masyarakat Gampong Pusong Lama tidak jauh berbeda dengan Gampong Pusong Baru, hanya saja kondisi jenjang pendidikan di Pusong Lama sudah sedikit lebih meningkat, dilihat tingkat Diploma No Jenjang Pendidikan 1 TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III 638 1202 813 1615 14 44 70 2 2 Universitas Sumatera Utara dan Strata I, II dan III sudah ada beberapa orang yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan tersebut. Tabel 12. Jawaban Responden terhadap Tingkat Pendidikan No Pusong Baru Ya Tidak Keterangan 1 Dusun I 10 10 Kategori tidak baik berdasarkan hasil pengukuran kurang dari 40. 2 Dusun II 8 12 3 Dusun III 9 11 4 Dusun IV 4 16 5 Dusun V 3 17 Jumlah 34 66 100 Persentase 34 66 Dapat dilihat bahwa dari jawaban responden yang berpendidikan di Gampong Pusong Baru dikategorikan tidak baik. Adapun jumlah responden yang memilih “ya” sebanyak 34 dan 66 yang menjawab “tidak” dengan rasio 66 . Maka kategori tidak baik berdasarkan hasil pengukuran kurang dari 40. Universitas Sumatera Utara Tabel 13. Jawaban Responden terhadap Tingkat Pendidikan Gampong Pusong Lama No Pusong Lama Ya Tidak Keterangan 1 Darussalam Lr I 12 8 Kategori kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55 2 Pancasila Lr II 10 10 3 Rawa Jaya Lr III 11 9 4 Nelayan Lr IV 9 11 5 Pasi Lr V 8 12 Jumlah 50 50 100 Persentase 50 50 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari data di atas dapat dilihat bahwa pendidikan masyarakat Gampong Pusong Lama sedikit lebih baik dari Pusong Baru. Adapun jawaban responden yang menjawab “ya” 50 dan jawaban “tidak” 50 dengan rasio 50. Maka dikategori kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55. Data Kota Lhokseumawe dalam Angka tahun 2008 menggambarkan bahwasanya ada terjadi peningkatan penyakit yang diakibatkan oleh kualitas lingkungan yang buruk. Dimana pada tahun 2007 penduduk yang terkena penyakit diare berjumlah 6.573 jiwa dari sebelumnya 5.176 jiwa pada tahun 2006. Sebahagian besar penduduk yang terkena penyakit diare ini berada di Kecamatan Banda Sakti dan salah satunya adalah di Gampong Pusong. Kepala Urusan Umum Sari Iryawati di Gampong Pusong Baru mengatakan : Universitas Sumatera Utara “Selama ini masyarakat Pusong Baru sudah mudah untuk berobat, karena di Gampong Pusong Baru ada PUSTU Puskesmas Pembantu yang melayani kesehatan masyarakat setempat jika terkena penyakit diare, batuk, dan lain-lain. Pada saat ini kesehatan masyarakat sudah terjamin karena sudah ada akses ASKESKIN dan JKA Jaminan Kesehatan Aceh” wawancara, 1 Agustus 2011. Yusmahdi Sekretasis Keuchik Gampong Pusong Baru mengatakan : “Sebelum adanya JKA kondisi kesehatan masyarakat masih sangat buruk, pada umumnya anak-anak sering terkena penyakit diare dan demam berdarah, namun setelah adanya PUSTU dan JKA kondisi kesehatan masyarakat sudah sedikit membaik” wawancara, 1 Agustus 2011. Akses pelayanan kesehatan sudah mulai tersentuh ke Gampong Pusong yaitu dengan adanya PUSTU Puskesmas Pembantu dan masyarakat sudah dapat berobat dengan adanya program pemerintah Provinsi NAD yaitu JKA guna untuk menjamin kesehatan masyarakat Aceh. Walaupun akses pelayanan sudah mulai tersentuh dengan adanya PUSTU dan JKA, namun masih menunjukkan potensi untuk tetap berkembang dan meluas bibit penyakit yang disebabkan oleh kualitas lingkungan pemukiman yang buruk. Menurut Buchari H. Yusuf sebagai Kepala Urusan Umum di Gampong Pusong Lama mengatakan bahwa : “Akses pelayanan kesehatan sudah ada di Gampong Pusong Lama, tapi masih sangat terbatas, buktinya masyarakat sering berobat ke klinik yang ada di pusong walaupun harus membayar” wawancara, 18 Agustus 2011. Menurut Kepala Dusun Pasi Lr V Gampong Pusong Lama Zainal Abidin mengatakan : Universitas Sumatera Utara “Pelayanan kesehatan masih kurang memadai, Puskesmas Pembantu PUSTU yang berada di Dusun Pasi Lorong V mempunyai ruang yang kecil serta kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung” wawancara, 18 Agustus 2011. Berdasarkan hasil wawancara diatas akses pelayanan kesehatan di Gampong Pusong Lama masih kurang memadai dengan hanya ada Puskesmas Pembantu dan ruang yang kecil dan kurang sarana dan prasana pendukung lainnya sehingga masyarakat harus berobat ke klinik lain walaupun harus membayarnya. Tabel 14. Jawaban Responden terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Gampong Pusong Baru No Pusong Baru Ya Tidak Keterangan 1 Dusun I 12 8 Kategori kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55 2 Dusun II 13 7 3 Dusun III 11 9 4 Dusun IV 8 12 5 Dusun V 7 13 Jumlah 51 49 100 Persentase 51 49 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jawaban responden terhadap akses pelayanan kesehatan di Gampong Pusong Baru yang menjawab “ya” sebanyak 51 dengan rasio 51 sedangkan yang menjawab “tidak” sebanyak 49 orang dengan rasio 49 . Akses pelayanan kesehatan di Gampong Pusong Baru dari jawaban responden dapat di katagorikan kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55. Universitas Sumatera Utara Tabel 15. Jawaban Responden terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Gampong Pusong Lama No Pusong Lama Ya Tidak Keterangan 1 Darussalam Lr I 13 7 Kategori kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55 2 Pancasila Lr II 6 14 3 Rawa Jaya Lr III 14 6 4 Nelayan Lr IV 5 15 5 Pasi Lr V 15 5 Jumlah 53 47 100 Persentase 53 47 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jawaban responden terhadap akses pelayanan kesehatan di Gampong Pusong Lama yang menjawab “ya” sebanyak 53 dengan rasio 53 sedangkan yang menjawab “tidak” sebanyak 47 orang dengan rasio 47 . Akses pelayanan kesehatan di Gampong Pusong Lama dari jawaban responden dapat di katagorikan kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55. Beranjak kepada status kepemilikan tanah yang dihuni dalam pemukiman. Status permukiman kumuh seringkali tidak jelas baik dari status administrasi dan hukum tanah, maupun kesesuaian dengan rencana tata ruang kota. Terkait status hukum atas tanah, biasanya hal ini yang membedakan permukiman kumuh slum dengan pemukiman liar squatter. Universitas Sumatera Utara Wawancara dengan Kepala Dusun IV T. Taiburrahman mengenai status kepemilikan tanah warga, mengatakan : “Ada sebahagian rumah warga yang tinggal di pemukiman kumuh Pusong Baru sudah mendapatkan sertifikat tanah. Warga yang telah memiliki kejelasan atas status tanah mereka sekitar 50 dan 50 lagi di perkirakan belum memiliki sertifikat tanah” wawancara, 1 Agustus 2011. Hasil wawancara menunjukkan masih belum ada kejelasan atas lahan yang dihuni warga mencapai 50 , dan 50 warga yang telah jelas status lahan yang mereka huni. Wawancara dengan Keuchik Gampong Pusong Lama mengatakan : “Asal usul lahan pemukiman di Gampong Pusong yaitu dengan adanya pembebasan lahan oleh pemerintah Aceh Utara untuk menjadi pemukiman masyarakat sebelum lahirnya pemerintah kota Lhokseumawe. Masyarakat Pusong Lama kurang lebih 600 KK yang sudah memiliki sertifikat tanah dan selebihnya belum memiliki karena belum membuatnya. Dusun Nelayan lrg IV jumlah 255 KK yang sudah ada sertifikat tanah kurang lebih 150 KK selebihnya belum membuat. Dusun Pasi lrg V 350 KK dan yang paling banyak penduduk, di Dusun ini banyak tanah yang sudah diganti rugi oleh pemerintah.” wawancara, 18 Agustus 2011. Pemukiman Pusong berkembang setelah adanya pembebasan lahan pada masa pemerintahan Aceh Utara dan sebelum lahirnya Pemerintahan Kota Lhokseumawe. Masyarakat Pusong Lama sekitar 600 KK yang telah mendapatkan sertifikat atas tanah mereka dan selebihnya mereka belum membuat sertifikat tanah. Di Dusun Pasi Pusong Lama berdasarkan hasil wawancara dengan Keuchik adalah Dusun yang Universitas Sumatera Utara paling banyak penduduk dan sudah banyak tanah warga yang telah diganti rugi oleh pemerintah. Tabel 16. Jawaban Responden terhadap Status Lahan yang Dihuni kepemilikan Lahan yang Dihuni No Pusong Baru Ya Tidak Keterangan 1 Dusun I 12 8 Kategori kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55 2 Dusun II 12 8 3 Dusun III 14 6 4 Dusun IV 5 15 5 Dusun V 4 16 Jumlah 47 53 100 Persentase 47 53 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari hasil jawaban responden yang terdapat dalam tabel diatas menunjukkan terhadap kepemilikan lahan hunian, responden yang menjawab “ya” mencapai 47 orang dari lima Dusun di Gampong Pusong Baru dengan rasio 47 dan yang menjawab “tidak” 53 orang dengan rasio 53 , dari hasil jawaban responden ini dapat dikatagorikan kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55. Universitas Sumatera Utara Tabel 17. Jawaban Responden terhadap Status Lahan yang Dihuni kepemilikan No Pusong Lama Ya Tidak Keterangan 1 Darussalam Lr I 15 5 Kategori cukup berdasarkan hasil pengukuran antara 56 sd 75 2 Pancasila Lr II 16 4 3 Rawa Jaya Lr III 18 2 4 Nelayan Lr IV 5 15 5 Pasi Lr V 2 18 Jumlah 56 44 100 Persentase 56 44 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari hasil jawaban responden yang terdapat dalam tabel diatas menunjukkan terhadap kepemilikan lahan hunian, responden yang menjawab “ya” mencapai 56 orang dari lima Dusun di Gampong Pusong Lama dengan rasio 56 dan yang menjawb “tidak” 44 orang dengan rasio 44 , dari hasil jawaban responden ini dapat dikatagorikan cukup berdasarkan hasil pengukuran antara 56 sd 75 . Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan kemampuan partisipasi masyarakat, keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam upaya untuk menciptakan lingkungan sehat dan berkelanjutan sangat dibutuhkan partisipasi dari masyarakat. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dusun I Gampong Pusong Baru, Husri H Sufi mengatakan : “Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat, yang mana masih terdapat masyarakat yang membuang sampah dan buang hajat langsung di bawah rumah mereka. Hal ini kalau menurut saya, sudah menjadi budaya jelek warga Gampong Pusong Baru dikarenakan oleh keadaan. Mereka hidup dalam kemiskinan ditambah lagi rendahnya pendidikan dan pengetahuan mereka. Kerja bakti pun hanya dilakukan ketika menyambut hari-hari besar agama saja seperti menyambut maulid dan bulan ramadhan ” wawancara 1 Agustus 2011. Wawancara dengan Kepala Urusan Pembangunanekonomi Gampong Pusong Lama Lr IV, Tisara mengatakan : “Kami sudah terbiasa dengan keadaan kumuh di sini, kami BAB Buang Air Besar dan buang sampah langsung dibawah rumah kami masing- masing, karena tidak ada WC dan tempat sampah. Sebelum adanya waduk, BAB dan sampah dapat terseret ke laut dengan air laut, tetapi setelah adanya pembangunan waduk raksasa itu air laut tidak sampai lagi ke rumah panggung kami, sehingga BAB dan sampah bertumpuk di bawah rumah dan menjadi bau”wawancara, 18 Agustus 2011. Wawancara dengan Salahuddin Kasubbag perencanaan kegiatan dokumentasi dan informasi Bappeda Kota Lhokseumawe Mengatakan bahwa : “Menurut saya, masyarakat Pusong masih kurang kesadaran untuk menjaga lingkungan sehat, selain rendahnya pendidikan yang merupakan salah satu penyebab, juga masih terbiasa dengan budaya jorok dan kumuh serta kurang partisipasif masyarakat untuk membentuk kerja bakti membersihkan lingkungan mereka. Satu lagi yang sangat susah diatasi yaitu merubah mindset masyarakat. mengapa di sekitar laut sangat identik dengan kumuh, karena mereka menganggap kotoran BAB dan sampah dapat dibawa oleh arus laut ke laut, padahal logika berfikir, laut tidak menerima sampah rumah tangga, sampah itu akan terbawa kembali ke daratan”wawancara, 18 Agustus 2011. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis, partisipasi masyarakat di Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama masih kurang berperan disebabkan oleh kehidupan yang masih terbiasa dengan budaya jorok dan kumuh dan mereka sangat bergantung dengan alam. Mereka berfikir bahwa mereka tidak akan sakit bila pun kondisi lingkungan mereka kotor seperti membuang hajat langsung di bawah rumah dan mereka menganggap sudah menyatu dengan alam. Menurut penulis, warga Pusong yang tinggal di pemukiman kumuh itu sendiri yang tidak mau merubah keadaan mereka, tidak mau tahu dan apatis. Mereka sudah terbiasa dan selalu berharap bantuan dari pemerintah setelah terjadi tsunami beberapa tahun yang lalu. Dari hasil observasi penulis ke lapangan didalam rumah mereka lengkap dengan TV, parabola, Kulkas dan sepeda motor, tetapi WC jamban tidak ada, dan bertahun-tahun mereka buang hajat langsung dibawah rumah, air laut akan menyapu dan menyeret kotoran itu ke laut. Namun ada juga sebahagian masyarakat yang miskin sehingga benar-benar tidak mampu untuk membuat jamban di rumahnya. Rendahnya pendidikan dan pengetahuan untuk menjaga kualitas lingkungan sehat dan berkelanjutan juga yang menjadikan mereka tetap masih kumuh. Ketidaktahuan dan tidak adanya kesadaran akan makna hidup sehat sehingga mereka masih bertahan dengan kondisi itu dan tidak mampu untuk menumbuhkan tingkat berperan serta atau partisipasi untuk menjaga lingkungan untuk menuju kepada pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota Universitas Sumatera Utara masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, ditambah dengan peningkatan pendidikan dan pengetahuan. Rendahnya sikap kegotong royongan dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan sekitar, kerja bakti hanya dilakukan pada saat menyambut hari-hari besar agama, tidak ada upaya perbaikan sarana dan prasarana di permukiman kumuh secara partisipatif rutin tiap minggu.

4.3.2 Aspek Ekonomi

Jumlah angkatan kerja di kota Lhokseumawe terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Upaya menciptakan lapangan pekerjaanpun di nilai sangat perlu. Identifikasi angkatan kerja terdidik yang belum bekerja masih ditemui dalam jumlah yang relatif besar disamping angkatan kerja yang tidak berpendidikan, serta terbatasnya keterampilan teknis penguasaan tehnologi oleh tenaga kerja sehingga empat jenis lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja seperti pedagangjualan, nelayan, petani, dan pekerja bangunan. Berdasarkan wawancara dengan Keuchik Gampong Pusong Baru mengatakan bahwa : “Mata Pencaharian dominan masyarakat Gampong Pusong Baru adalah nelayan yang mencapai 979, dan swasta tukang mencapai 225, PNS sebanyak 22, TniPolri hanya 2, pensiunan sebanyak 11 dan pengusaha mencapai 238. Universitas Sumatera Utara Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat Pusong Baru sebahagian besar adalah sebagai nelayan sejumlah 979, dan sebahagian kecil sebagai swasta tukang sejumlah 225, PNS sejumlah 22, TniPolri sejumlah 2, pensiunan sejumlah 11 dan pengusaha sejumlah 238. Wawancara dengan Keuchik Pusong Lama mengatakan bahwa : “Mata pencaharian masyarakat di Gampong Pusong Lama lebih besar Swasta tukang yang mencapai 2022, sedangkan nelayan mencapai 1192, PNS mencapai 1477, TniPolri mencapai 42, pensiunan sebanyak 7 dan pengusaha mencapai 27. Untuk Dusun Nelayan Lr IV dan Pasi Lr V lebih besar mata pencahariannya adalah sebagai nelayan karena rumah mereka dekat dengan laut dan kedua Dusun ini yang lebih cenderung kumuh dan lebih padat penduduknya dibandingkan dengan Dusun yang lain” wawancara 18 Agustus 2011. Dari hasil wawancara diatas di Gampong Pusong Lama lebih besar swasta tukang, namun yang berada di Dusun Nelayan Lr IV dan Pasi Lr V lebih besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan lebih cenderung kumuh dan padat penduduknya. Menurut Tgk. M. Yakob Affan Kepala Urusan Kesejahteraan Gampong Pusong Baru mengatakan bahwa : “Masyarakat Pusong Baru sebagian besar adalah mencari nafkah dengan mencari ikan di laut. Penghasilan yang mereka dapati tidak menentu, terkadang banyak terkadang tidak dapat apa-apa. Rezeki yang mereka dapati tergantung hasil tangkapan ikan. Jumlah penduduk miskin kurang lebih 600 KK dari 1.119 KK dengan melihat hasil pendapatan, kondisi rumah, akses air minum dan septic tank” wawancara, 18 Agustus 2011. Kepala Urusan Kesejarteraan Gampong Pusong Lama mengatakan : Universitas Sumatera Utara “Hasil pendapatan masyarakat perhari tergantung hasil tangkapan ikan di laut sesuai dengan cuaca alam. Perhari terkadang dapat 30 ribu bahkan sampai 100 ribu, dan kalau tukang bangunan 50 ribu per hari” wawancara, 18 Agustus 2011. Dari hasil wawancara tersebut, masyarakat Gampong Pusong mata pencaharian dominan adalah nelayan yang mendapatkan penghasilan yang tidak pasti atau tidak menentu tergantung dengan keadaan cuaca. Jumlah penduduk miskin di Gampong Pusong mencapai 600 KK dari 1.119 KK. Penilaian miskin di lihat dari hasil pendapatan warga, keadaan rumah hunian, akses terhadap air minum dan keberadaan septic tank dirumah warga. Bardasarkan wawancara dengan Keuchik Gampong Pusong Lama mengatakan : “Jumlah penduduk Gampong Pusong Lama mencapai 1.438 KK. Jumlah penduduk miskin kurang lebih 400 KK, dengan melihat kategori dari mata pencaharian hasil pendapatan, kondisi rumah, septic tank, air minum” wawancara, 18 Agustus 2011. Hasil wawancara diatas menunjukkan dari 1.438 KK terdapat katagori miskin di Gampong Pusong Lama sekitar 400 KK dengan melihat hasil pendapatan, kondisi rumah, septic tank dan akses air minum. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara Tabel 18. Jawaban Responden terhadap Penghasilanpendapatan No Pusong Baru Ya Tidak Keterangan 1 Dusun I 12 8 Kategori kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55 2 Dusun II 11 9 3 Dusun III 11 9 4 Dusun IV 8 12 5 Dusun V 5 15 Jumlah 47 53 100 Persentase 47 53 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari jawaban responden terhadap hasil pendapatan dalam tabel diatas menunjukkan yang menjawab “ya” sebanyak 47 orang yang hasil pendapatannya diatas Rp 2.000.000 perbulan dengan rasio 47 . Dan yang menjawab “tidak” sebanyak 53 orang dengan rasio 53 yang hasil pendapatannya sekitar Rp 500.000 – 1.000.000. Dari hasil jawaban responden dapat dikategori kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40 sd 55. Universitas Sumatera Utara Tabel 19. Jawaban Responden terhadap penghasilanpendapatan No Pusong Lama Ya Tidak Keterangan 1 Darussalam Lr I 16 4 Kategori cukup berdasarkan hasil pengukuran antara 56 sd 75 2 Pancasila Lr II 17 3 3 Rawa Jaya Lr III 12 8 4 Nelayan Lr IV 8 12 5 Pasi Lr V 5 15 Jumlah 58 42 100 Persentase 58 42 Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011. Dari jawaban responden terhadap hasil pendapatan dalam tabel diatas menunjukkan yang menjawab “ya” sebanyak 58 orang yang hasil pendapatannya diatas Rp 2.000.000 perbulan dengan rasio 58 . Dan yang menjawab “tidak” sebanyak 42 orang dengan rasio 42 yang hasil pendapatannya sekitar Rp 500.000 – 1.000.000. Dari hasil jawaban responden dapat dikategori cukup berdasarkan hasil pengukuran antara 56 sd 75 . Pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk kesejahteraan semua anggota masyarakat, dapat dicapai melalui tehnologi inovatif yang berdampak minimum terhadap lingkungan. Pertumbuhan ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan dasar. dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar, kebijakan ekonomi makro perlu memperhitungkan empat tujuan yang saling berkaitan, yaitu menjaga stabilitas ekonomi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan wawancara dengan Kepala Urusan Kesejahteraan Gampong Pusong Baru Tgk. M. Yacob Affan mengatakan : “Pemberdayaan ekonomi lokal dengan potensi yang ada yaitu laut, dan Reservoir yaitu waduk raksasa sudah seharusnya dapat diberdayakan untuk pertumbuhan ekonomi lokal dan itu telah diupayakan oleh masyarakat dan pemerintah dengan budidaya ikan kerapu yaitu membuat gubuk terapung diatas air dan kemudian membuat keramba terapung diatas air. Bantuan bibit ikan dari DKPP Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian. Pembangunan waduk raksasa yang berada di kawasan Pusong dijadikan sebagai objek wisata, dengan harapan masyarakat sekitar Pusong dapat meningkatkan perekonomian, tetapi bibit ini hanya diberi kepada warga yang tinggalnya dekat dengan laut” wawancara, 18 Agustus 2011. Wawancara dengan Kepala Urusan Umum Gampong Pusong Lama mengatakan : “Ada beberapa program pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, tapi kalau menurut saya segala upaya pemerintah dalam memberdayakan ekonomi masyarakat hanya sia-sia saja, dikarenakan pemerintah kurang memantau, seperti ada memberikan mesin jahit 20 buah pada tahun 2009 tapi tidak dapat di berdayakan ibu-ibu untuk menerima jahitat dan menambah hasil pendapatan keluarga dan budidaya ikan kerapu pun hanya warga yang ekonominya mapan yang dapat mngembangkannya” wawancara, 18 Agustus 2011. Dari wawancara dan observasi penulis, menunjukkan bahwa potensi sumberdaya alam dapat dimanfaatkan untuk keberlanjutan ekonomi masyarakat, namun bila sumberdaya alam tidak diberdayakan dengan baik maka masyarakat setempat tidak mampu meningkatkan pendapatan. Ditambah lagi harus adanya keseriusan pemerintah dalam memberikan program-program pemberdayaan yang semestinya harus dapat melihat apa kebutuhan masyarakat setempat dan butuh Universitas Sumatera Utara adanya pendampingan agar dapat di manfaatkan seutuhnya. Ada sebahagian masyarakat selama ini menjadi sangat ketergantungan dengan bantuan dari pemerintah, sehingga masyarakat di pemukiman kumuh ini terkesan malas dan selalu berharap kepada bantuan-bantuan itu dan tidak ada upaya untuk merubah kondisi mereka yang kumuh.

4.3.3 Aspek Ekologi

Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi. Etika lingkungan menjadi pedoman hidup masyarakat, sehingga mereka selalu mengupayakan kelestarian dan keseimbangan lingkungan, konservasi sumberdaya alam vital, dan mengutamakan peningkatan kualitas hidup. Akibat peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan telah membuat beban lingkungan perkotaan bertambah berat. Lingkungan yang menderita kerusakan seperti pencemaran air, udara dan tanah, pengelolaan limbah, kelangkaan air bersih dan pemukiman yang kumuh. Alam menyediakan udara dimana kita menghirup udara bersih. Alam memberikan kita air dimana kita minum air bersih. Alam memberikan tanah sehingga kita bisa menanam. Alam, air, tanah, udara, dan iklim mampu menghidupi manusia. Pengelolaan kualitas lingkungan merupakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan Universitas Sumatera Utara hidup serta managemen lingkungan hidup dengan tujuan untuk mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sehingga dapat membangun manusia seutuhnya dan mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak akan dapat dipisahkan. Adapun keadaan kualitas lingkungan di Gampong Pusong di bidang :

a. Drainase