pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kemanusiaan.
Penyebab kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi dua 2 golongan : 1.
Kemiskinan yang ditimbulkan oleh faktor alamiah, yaitu kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai, adanya bencana alam dan
lain-lain. Dengan kata lain kemiskinan yang disebabkan mereka memang miskin. 2.
Kemiskinan yang disebabkan faktor non alamiah, yaitu adanya kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan
pengelolaan sumber daya alam. Namba A. 2003 menyatakan bahwa kemiskinan yang disebabkan kesalahan
pengelolaan sumberdaya alam sehingga menimbulkan kerusakan ekosistem lebih sulit diatasi dibandingkan penyebab kemiskinan yang lain. Karena kemiskinan yang
disebabkan kerusakan ekosistem permasalahnya sangat komplek dan rumit. Profil kemiskinan dapat dilihat dari karakteristik ekonominya seperti sumber
pendapatan, pola konsumsipengeluaran, tingkat beban tanggungan dan lain-lain. Juga perlu diperhatikan profil kemiskinan dari karakteristik sosial-budaya dan karakteristik
demografinya seperti tingkat pendidikan, cara memperoleh fasilitas kesehatan, jumlah anggota keluarga, cara memperoleh air bersih dan sebagainya.
2.16 Strategi Pengentasan Kemiskinan
Penanganan masalah kemiskinan harus dilakukan secara menyeluruh dan kontekstutal, menyeluruh berarti menyangkut seluruh penyebab kemiskinan,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan kontekstual mencakup faktor lingkungan si miskin. Untuk dapat merumuskan kebijakan yang tepat dalam menangani kemiskinan perlu pengkajian
yang mendalam tentang profil kemiskinan itu sendiri. Sehingga aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat sesuai dengan karakteristik masayarakat tersebut dan
dapat berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan sustainable. Beberapa kebijakan yang disarankan untuk tetap ditindaklanjuti dan
disempurnakan implementasinya adalah : 1. Perluasan Akses Kredit Masyarakat
Penyediaan fasilitas kredit merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengurangi kemiskinan, terutama pada tataran
implementasinya. Namba 2003 bahwa instrumen kebijakan pembangunan lebih efektif mereduksi kemiskinan secara tajam dibanding dengan mengandalkan
masyarakat hidup dari sumber-daya alam yang kaya-raya tanpa ditunjang dengan kebijakan yang memihak pada masyarakat miskin. Artinya jika masyarakat yang
tinggal di lingkungan kaya akan sumberdaya alam dan mendapat kebijakan yang menyentuh mereka, maka mereka akan lebih bijak dan peduli dalam mengolah
sumberdayanya. Baden: 1993 Yunus dalam Mubyarto 2003 mengenalkan model kredit
mikro yang telah berhasil diterapkan di Bangladesh yang terkenal dengan nama Grameen Bank. Sekitar 10 kelompok perempuan miskin, masing-masing beranggota
5 orang, ketika kita mendekati tempat pertemuan mereka, mengucapkan sumpahjanji berupa “16 keputusan” sixteen decisions antara lain melaksanakan KB, mendidik
Universitas Sumatera Utara
anak, hanya minum air putih yang dimasak atau air sumur yang sehat, dan menahan diri dari membayar atau memakai “mahar” dalam perkawinan anak-anaknya. Semua
sumpahjanji ini dapat diringkas dalam 4 asas hidup Grameen Bank, yaitu disiplin, bersatu, berani, dan bekerja keras. Grameen Bank yang mulai beroperasi tahun 1976,
lima 5 tahun setelah kemerdekaan Bangladesh, telah terbukti dapat mengurangi angka kemiskinan di negara tersebut.
2. Peningkatan Tingkat Pendidikan Masyarakat Kualitas sumberdaya manusia sangat terkait dengan pendidikan masyarakat.
Kebijakan Wajib belajar sembilan tahun kiranya patut ditinjau ulang untuk ditingkatkan menjadi dua belas tahun, sehingga tuntutan minimal masyarakat
berpendidikan SMA. Kebijakan ini perlu diiringi dengan kebijakan lain yang dapat menampung dan mengatasi anak putus sekolah yang cenderung menjadi anak jalanan.
Dengan meningkatnya pendidikan masyarakat kualitas sumberdaya manusia menjadi lebih baik sehingga kesadaran masayarakat akan masa depan menjadi lebih baik.
Kondisi ini akan mendorong masyarakat untuk lebih berkreasi dalam meningkatkan taraf hidupnya.
3. Menciptakan Lapangan Kerja Untuk mengimbangi meningkatnya pendidikan masyarakat pemerintah perlu
menciptakan lapangan kerja. Menciptakan lapangan kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan saving S dan investasi I, baik investasi domestik maupun foreign
direct invesment FDI. 4. Membudayakan Entrepreneurship
Universitas Sumatera Utara
Dengan membudayanya sikap Entrepreneurship pada masyarakat diharapakan masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengurangi angka pengangguran, sebab
mereka dapat menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain peran entrepeneur sangat besar, yaitu: 1 menambah produksi nasional2
menciptakan kesempatan kerja 3 membantu pemerintah mengurangi pengangguran 4 membantu pemerintah dalam pemerataan pembangunan 5 menambah sumber
devisa bagi pemerintah 6 menambah sumber pendapatan negara dengan membayar pajak.
2.17 Tridaya: Melawan Keterbatasan Mewujudkan Keterjangkauan dalam Pembangunan Perumahan dan Pemukiman
Hakekat pembangunan perumahan dan permukiman menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak yang penyelenggaraannya melibatkan banyak unsur.
Rumah yang layak di lingkungan permukiman yang sehat merupakan tempat berlindung dan membina keluarga. Tersedianya berbagai kemudahan, berupa air
bersih, sanitasi, fasilitas persampahan, saluran pembuangan air hujan, dan sebaginya memberi rasa aman dan nyaman kepada keluarga untuk hidup, berusaha dan bekerja.
Lingkungan permukiman yang sehat disertai dengan perilaku hidup sehat akan mendorong produktivitas kerja, pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
ekonomi keluarga. Pembangunan perumahan dan permukiman pada dasarnya juga berperan
dalam peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penciptaan lapangan kerja dan
Universitas Sumatera Utara
kesempatan usaha. Pembangunan perumahan, baik dari sisi pelaksanaannya maupun pemanfaatannya, dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya,
seperti penyerapan tenaga kerja konstruksi, penggunaan bahan-bahan bangunan, pembelian berbagai macam perabotan rumah tangga, pemanfataan rumah sebagai
tempat usaha dan sosial. Maka, pembangunan perumahan dan permukiman dapat bersifat konsumtif maupun produktif.
Berdasarkan kondisi psiko-sosial-ekonomi, permasalahan perumahan dan permukiman yang dihadapi cukup beragam, diantaranya arus urbanisasi yang pesat,
langkanya lahan murah, tingkat disiplin kebersihan penduduk kota yang masih rendah, lemahnya pengendalian tata ruang, kebutuhan perumahan yang cukup tinggi,
kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, rendahnya pemahaman masyarakat terhadap rumah dan lingkungan sehat, serta kebiasan-kebiasaan dan tradisi yang tidak
mendukung perilaku hidup sehat. Semua ini dapat menyebabkan kuantitas dan kualitas perumahan dan permukiman jauh dari harapan ideal, yakni setiap keluarga
menempati rumah yang layak di lingkungan permukiman yang sehat. Pendekatan yang dilakukan untuk penyelenggaraan perumahan dan
permukiman adalah : Pertama : Berdasarkan azas Tridaya yang bertujuan mendayagunakan
komponen masyarakat, usaha, ekonomi dan prasarana dan sarana lingkungannya. Dalam pendekatan ini kegiatan penyiapan masyarakat, pemberdayaan kegaiatan
usaha ekonomi komunitas, dan pendayagunaan sarana dan prasarana lingkungan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Universitas Sumatera Utara
Kedua : Pembangunan yang berkelanjutan, pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang berkelanjutan. Pembangunan perlu
mempertimbangkan kelestarian dan keseraian lingkungan dan keseimbangan sumberdaya yang ada dan daya dukungnya sejak tahap perencanaan, pengelolaan dan
pengembangannya. Sehingga tumbuh selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan baik secara ekonomi, lingkungan , sosial dan budaya.
Ketiga : Pembangunan berwawasan kesehatan. Kesehatan lingkungan perumahan dan permukiman sangat mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat
yang menghuninya. Selain itu juga sangat mendukung upaya penanganan permukiman kumuh dan upaya pencegahan terjadinya permukiman yang tidak sehat
kahficenter.wordpress.comtridaya_melawan_keterbatasan_mewujudkan ketergantungan diakses 08092011.
Penanganan perbaikan permukiman kumuh tidak semata-mata melalui kegiatan yang sifatnya fisik, tetapi yang lebih penting juga bukan fisik yaitu
memberdayakan masyarakat.
a. Pemberdayaan