BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kota Lhokseumawe
Asal Kata Lhokseumawe adalah Lhok dan Seumawe. Lhok artinya dalam, teluk, palung laut, dan Seumawe artinya air yang berputar - putar atau pusat mata air
pada laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti dan Sekitarnya. Sebelum abad ke XX negeri ini telah diperintah oleh Uleebalang Kutablang. Tahun 1903 setelah
perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, Aceh mulai dikuasai. Lhokseumawe menjadi daerah taklukan dan mulai saat itu status Lhokseumawe
menjadi Bestuur Van Lhokseumawe dengan Zelf Bestuurder adalah Teuku Abdul Lhokseumawe tunduk dibawah Aspiran Controeleur dan di Lhokseumawe
berkedudukan juga Wedana serta Asisten Residen atau Bupati.
Pada Dasawarsa kedua abad ke XX itu, diantara seluruh daratan Aceh, salah satu pulau kecil luas sekitar 11 Km2 yang dipisahkan Sungai Krueng Cunda diisi
bangunan-bangunan Pemerintah Umum, Militer dan Perhubungan Kereta Api oleh Pemerintah Belanda. Pulau kecil dengan desa-desa Kampung Keude Aceh, Kampung
Jawa, Kampung Kutablang, Kampung Mon Geudong, Kampung Teumpok Teungoh, Kampung Hagu, Kampung Uteuen Bayi, dan Kampung Ujong Blang yang
Universitas Sumatera Utara
keseluruhannya baru berpenduduk 5.500 jiwa secara jamak di sebut Lhokseumawe. Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud embrio kota yang
memiliki pelabuhan, pasar, stasiun kereta api dan kantor-kantor lembaga pemerintahan.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Pemerintahan Negara Republik Indonesia belum terbentuk sistemik sampai kecamatan ini. Pada mulanya Lhokseumawe
digabung dengan Bestuurder Van Cunda. Penduduk didaratan ini makin ramai berdatangan dari daerah sekitarnya seperti Buloh Blang Ara, Matangkuli, Blang
Jruen, Lhoksukon, Nisam, Cunda serta Pidie. Pada tahun 1956 dengan Undang - undang DRT Nomor 7 Tahun 1956, terbentuk daerah-daerah otonom kabupaten -
kabupaten dalam lingkup daerah Propinsi Sumatera Utara, dimana salah satu kabupaten diantaranya adalah Aceh Utara dengan ibukotanya Lhokseumawe.
Kemudian Pada Tahun 1964 dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh Nomor : 34G.A1964 tanggal 30 Nopember 1964, ditetapkan bahwa kemukiman
Banda Sakti dalam Kecamatan Muara Dua, dijadikan Kecamatan tersendiri dengan nama Kecamatan Banda Sakti.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, berpeluang meningkatkan status Lhokseumawe menjadi
Kota Administratif, pada tanggal 14 Agustus 1986 dengan Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 1986 Pembentukan Kota Administratif Lhokseumawe ditandatangai oleh
Universitas Sumatera Utara
Presiden Soeharto, yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Soeparjo Roestam pada tanggal 31 Agustus 1987. Dengan adanya hal tersebut maka secara De Jure dan
de Facto Lhokseumawe telah menjadi Kota Administratif dengan luas wilayah 253,87 Km2 yang meliputi 101 desa dan 6 kelurahan yang tersebar di lima kecamatan yaitu :
Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Dewantara, Kecamatan Muara Batu dan Kecamatan Blang Mangat. Sejak Tahun 1988 gagasan peningkatan
status Kotif Lhokseumawe menjadi Kotamadya mulai diupayakan sehingga kemudian lahir UU Nomor : 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe tanggal
21 Juni 2001 yang ditanda tangani Presiden RI Abdurrahman Wahid, yang wilayahnya mencakup tiga kecamatan, yaitu : Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan
Muara Dua dan Kecamatan Blang Mangat. www.lhokseumawekota.go.idsejarah+kota+lhokseumawe, diakses 26082011.
Pada era reformasi, pemekaran wilayah atau pembentukan daerah otonomi baru semakin marak sejak disahkannya UU No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No 32 Tahun 2004. Kota Lhokseumawe, pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 21 Juni 2001,
http:id.wikipedia.orgwikiPemekaran_daerah_di_Indonesia, diakses 26082011. Secara administratif, Kota Lhokseumawe dibagi ke dalam 4 empat wilayah
kecamatan, yaitu Kecamatan Banda Sakti, Muara Dua, Blang Mangat dan Muara Satu yang merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Muara Dua sejak tahun 2006.
Keempat kecamatan ini melingkupi 9 sembilan Kemukiman, dan 68 enam puluh
Universitas Sumatera Utara
delapan Gampong. Luas wilayah menurut kecamatan Kota Lhokseumawe disajikan pada Tabel 1 berikut ini
Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Lhokseumawe No.
Kecamatan Luas Km
2
Persentase
1. 2.
3. 4.
Banda Sakti Muara Dua
Blang Mangat Muara Satu
11,24 57,80
56,12 55,90
6,21 31,92
30,99 30,87
Jumlah 181,06
100,00
Sumber : BPS Lhokseumawe, 2009.
Muara Dua Muara Satu
Banda Sakti
Blang Mangat
Luas Wilayah Lhokseumawe Menurut Kecamatan
Sumber : Bappeda Kota Lhokseumawe, 2011.
Gambar 2. Luas Wilayah Lhokseumawe menurut Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Muara Dua merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas. Kecamatan ini memiliki luas 57,80 Km
2
atau hampir 31,92 dari keseluruhan luas wilayah kota ini. Kecamatan Blang Mangat memiliki luas wilayah seluas 56,12
Km
2
atau 31 dari luas kota Lhokseumawe. Sementara Banda Sakti adalah kecamatan paling kecil luas wilayahnya, yaitu hanya 11,24 Km
2
atau 6,21 dari total luas daerah ini. Kecamatan Muara Satu, sebagai wilayah pemekaran dari Kecamatan
Muara Dua memiliki luas 55,90 Km
2
30,87.
4.1.2 Kondisi Demografi
Tahun 2008 penduduk Kota Lhokseumawe berjumlah 158.760 jiwa, terdiri dari 79.009 jiwa laki-laki dan 79.751 jiwa perempuan. Dengan demikian, sex ratio
penduduk kota Lhokseumawe adalah 99,1. Lihat tabel 4.2 dibawah ini tingkat kepadatan penduduk kota Lhokseumawe :
Tabel 2. Tingkat Kepadatan Penduduk Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008 No.
Kecamatan Jumlah
Penduduk Jiwa
Luas Wilayah
Km
2
Rata
2
Kepadatan Penduduk
JiwaKm
2
1. 2.
3. 4.
Banda Sakti Muara Dua
Blang Mangat Muara Satu
71.521 36.957
18.814 31.468
11,24 57,80
56,12 55,90
6.363 639
335 563
Kota Lhokseumawe 158.760
181,06 865
Sumber : BPS Lhokseumawe, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Konsentrasi penduduk lebih banyak berada di Kecamatan Banda Sakti sebagai pusat Pemerintahan Kota Lhokseumawe dan sekaligus masih merupakan pusat
pemerintahan Kabupaten Aceh Utara. Penduduk di Kecamatan ini mencapai 71.521 jiwa 45,01 dari total penduduk Lhokseumawe, disusul oleh Kecamatan Muara
Dua, penduduknya adalah 36.956 jiwa 23,32 dan Kecamatan Muara Satu Jumlah penduduk 31.468 jiwa 19,82. Sementara penduduk yang paling sedikit adalah di
Kecamatan Blang Mangat, yaitu hanya 18.814 jiwa 11,85 .
4.1.3 Kondisi Topografi
Berdasarkan kondisi fisik dasar yang ada, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan mengenali daya dukung lahan di Kota Lhokseumawe, khususnya dalam
menampung dan mendukung aktifitas masyarakat kota Lhokseumawe di atasnya. Dari karakteristik topografi uraian tempat atau daerah, sebagian besar wilayah ini
sangat potensial untuk dijadikan kawasan budidaya terutama karena daerahnya yang datar, namun jenis pengembangannya juga harus disesuaikan dengan jenis tanahnya.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah letak kota Lhokseumawe yang berada pada daerah rawan gempa dan tsunami, sehingga untuk pengembangan di masa depan
beberapa daerah yang dianggap menjadi titik rawan gempa dan Tsunami di wilayah ini perlu di rencanakan kawasan konservasi pemeliharaan atau kawasan budidaya
yang tidak padat penduduk atau kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
Kota Lhokseumawe merupakan wilayah dataran dengan kemiringan
0-15 Topografi Kota Lhokseumawe relatif
datar dengan kemiringan antara 0-8 pada kawasan pusat kota serta 8
– 15 pada kawasan pinggiran Sumber : Bappeda Kota Lhokseumawe, 2011.
Gambar 3. Kondisi Topografi Kota Lhokseumawe
Pantai Ujong Blang yang terletak di Kecamatan Banda Sakti, mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam bahari serta dilengkapi
dengan sarana dan prasarana pendukung. Potensi lain yang dimiliki adalah potensi wisata alam lingkungan pantai pada pertemuan antara sungai dan laut yang dapat
dilalui oleh perahu nelayan, Pantai Ujong Blang juga memiliki Industri Perahu boat serta perkampungan Nelayan. Pantai Ujong Blang juga berpotensi sebagai Tempat
Pendaratan Ikan TPI.
1. Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang menonjol di Kota
Lhokseumawe meliputi perikanan tangkap, budidaya tambak ikan dan tambak garam.
Universitas Sumatera Utara
2. Sektor pertanian meliputi padi sawah dan perkebunan.
3. Kota Lhokseumawe berada diantara dua patahan sebelah Timur – Utara dan
sebelah Barat – Selatan Kota. 4.
Berada pada pertemuan Plate Euroasia dan Australia berjarak + 130 km dari garis pantai Barat sehingga Kota ini rawan terhadap Tsunami.
5. Kecamatan Banda Sakti sebagai Pusat Pemerintahan, Perdagangan dan Pendidikan
di Wilayah Kota Lhokseumawe, merupakan kawasan yang di kelilingi oleh laut dan sungai, sehingga rawan bencana gelombang laut.
Ancaman gelombang laut di Kecamatan Banda Sakti
Kawasan Rawan Bencana Kota Lhokseumawe
Sumber : Bappeda Kota Lhokseumawe, 2011.
Gambar 4. Ancaman Bencana di Kota Lhokseumawe
6. Kota Lhokseumawe, secara khusus Kecamatan Banda Sakti sangat rentan terhadap
kemungkinan ancaman abrasi pantai dan gelombang pasang laut serta luapan sungai-sungai.
Universitas Sumatera Utara
7. Kerusakan Lingkungan
Kawasan hutan pantai tersebut terus mengalami kerusakan akibat terjadinya perambahan oleh masyarakat yang tinggal dekat kawasan pantai, sehingga
menimbulkan ancaman abrasi pantai. Dan diperkirakan kerusakan hutan ini setiap tahunnya terus bertambah. Disamping itu, tekanan pemanfaatan tambang galian C
untuk kegiatan pembangunan di Kota Lhokseumawe, yang utamanya diperuntukan bagi perumahan, timbunan maupun untuk bahan bangunan. Kondisi tersebut
secara nyata menyebabkan erosi, yang selanjutnya akan mengakibatkan sedimentasi proses pengendapan batu pada lokasi penambangan, sekaligus
menimbulkan tingkat kerawanan lingkungan yang berbahaya bagi masyarakat sekitar lokasi penambangan. Belum optimal dan terintegrasinya upaya
pengendalian aktivitas pada lahan kritis yang ada di Kecamatan Muara Dua. Akibatnya, secara nyata kondisi tersebut menjadi ancaman erosi pada saat musim
hujan bagi kawasan sekitarnya.
4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat
Jumlah angkatan kerja yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan di Kota Lhokseumawe terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Untuk itu Pemerintah Kota Lhokseumawe mempunyai tujuan yang harus segera dicapai, yaitu memperluas kesempatan kerja baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
Di sisi lain permasalahan akibat masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menciptakan ketentraman dan ketertiban terhadap penggunaan fasilitas-
fasilitas pemerintah dan fasilitas lainnya seperti : a.
Kesadaran dalam menciptakan suasana aman dan tertib di pasar masalah penertiban pedagang kaki lima.
b. Kesadaran penertiban bangunan masalah penataan ruang.
c. Pemerliharaan kebersihan dan keindahan lingkungan masalah persampahan.
Pembangunan pada sektor tenaga kerja diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan dengan mempercepat pemulihan ekonomi daerah dan penanganan
kemiskinan. Kendala atau permasalahan yang dihadapi pada sektor tenaga kerja adalah masalah konflik yang terjadi di Provinsi Aceh khususnya Kota Lhokseumawe,
kemudian lambatnya pemulihan ekonomi daerah dan penanganan kemiskinan, lemahnya kapasitas kelembagaan dan fungsi kelembagaan serta kurangnya kesadaran
dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan kerja Upaya pemerintah Kota Lhokseumawe dalam membuka lapangan kerja dinilai
sudah sangat mendesak untuk dilakukan. Hal ini dianggap sangat penting agar tidak menimbulkan persoalan baru yang dapat mengganggu proses pembangunan daerah
pada masa yang akan datang. Angkatan kerja yang terdidik yang belum mendapat pekerjaan relatif besar jumlahnya di samping angkatan kerja yang tidak
berpendidikan. Serta terbatasnya keterampilan teknis penguasaan teknologi oleh
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja. Secara terinci proporsi pekerjaan penduduk Kota Lhokseumawe ditampil pada tabel berikut :
Tabel 3. Proporsi Penduduk Lhokseumawe Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2008
No Jenis Pekerjaan
Proporsi
1 2
3
1 PNS
8.91 2
Tni Polri 2.33
3 BUMN
2.67 4
Pertambangan Penggalian 0.34
5 Pengangkutan Komunikasi
3.02 6
Industri Pengolahan 2.00
7 Dagang Jualan
18.98 8
Pertanian 11.86
9 Nelayan
12.43 10
Bangunan 10.79
11 Lain-lain
26.67
Lhokseumawe 100.00
Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Lhokseumawe, 2009.
Penduduk Kota Lhokseumawe yang bekerja di berbagai jenis pekerjaan pada tahun 2006 sebanyak 45.261 orang. Empat jenis lapangan pekerjaan yang paling
Universitas Sumatera Utara
banyak menyerap tenaga kerja adalah pedagangjualan 18,98, nelayan 12,43, pertanian 11,86, dan pekerja bangunan 10,79.
4.1.5 Kesehatan
Masalah Kesehatan Masyarakat adalah multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau
prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit preventif, meningkatkan kesehatan promotif,
terapi terapi fisik, mental, dan sosial atau kuratif, maupun pemulihan rehabilitatif kesehatan fisik, mental, sosial adalah upaya kesehatan masyarakat. Secara garis
besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular. b. Perbaikan sanitasi lingkungan
c. Perbaikan lingkungan pemukiman d. Pemberantasan Vektor
e. Pendidikan penyuluhan kesehatan masyarakat f. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
g. Pembinaan gizi masyarakat h. Pengawasan Sanitasi Tempat-tempat Umum
Universitas Sumatera Utara
i. Pengawasan Obat dan Minuman j. Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Kota Lhokseumawe diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan mutu sumber daya
manusia dan produktifitas yang dapat meningkatkan taraf hidup. Salah satu tolok ukur keberhasilan adalah meningkatnya derajat kesehatan yang optimal dan islami
yang memungkinkan setiap individu hidup sehat dan produktif secara sosial dan ekonomis dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat kesakitan,
menurunnya kasus kekurangan gizi pada usia bayi, balita, usia produktif, dan kelompok usia rentan lainnya.
4.2 Gambaran Umum Gampong Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe